Setelah bangun dari tidur bersama kedua anak perempuanku, aku mengamati bahwa mereka berdua masih saja tertidur pulas memeluk diriku. Ahh, harus ku bangunkan mereka.
“Nak, bangunlah.” aku mencoba menggoyangkan tubuh mereka berdua.
“Nghh, bentar lagi.” namun Exalux tidak mau mengikuti ucapanku.
“Masih mau tidur….” Lastia pun menolak.
Waw, mereka kalau tidur tidak bisa diganggu gugat ya rupanya.
“Chichiue harus kerja lho nak.” aku mencoba merayu mereka sekali lagi.
“Nghh, sama Lastia aja.” Lastia justru menahanku untuk tidak pergi.
Heh, bagaimana ini? Aku akan membebani yang lainnya lagi nanti. Coba aku pakai cara lain.
“Nak, chichiue kelaperan lho, nanti pingsan gimana?” rayuan terakhir kulemparkan kepada mereka.
“Kan ada hahaue yang bisa ngambilin makan.” masih saja aku gagal merayu.
“Kenapa darling? Gak bisa gerak? Ahahaha.”
Suara yang familiar untuk membuatku sedikit kesal. Siapa lagi kalau bukan istri pertamaku, Marie.
“Heh daripada ngejek mending bantuin deh Marie-chan.” aku mengeluh dan mencoba memohon bantuan dari Marie.
“Bantuin atau maksa?” dengan nada yang arogan Marie menjawab.
“Bantuin, tolong dong sayang.” rayuan maut pun aku keluarkan.
“Iya deh, dasar.” ternyata Marie pun bisa malu kalau dimanja.
Marie berjalan ke arahku dan mencoba membangunkan kedua anak perempuanku yang sangat menempel denganku. Mungkin kalau mamanya yang membangunkan mereka akan bangun? Atau tidak?
“Nak kalian berdua bangun yuk. Kalau ndak bangun kalian ndak boleh pergi kemana-mana hari ini.” ucapannya kelihatan peduli, tetapi disaat yang bersamaan terlihat mengancam juga.
“Eh iya deh, bangun nih, bangun.” mereka berdua sekejap langsung bangun aja.
Muka cemberut mereka membuatku sedikit tersenyum dan ketawa. Namun sebelum semua itu berlanjut lebih dalam, ada hal lain yang membuatku sedikit emosi.
“Tuan raja, maafkan atas kelancangan saya, namun kita kedatangan seorang dari ras malaikat, atau mungkin dari ras dewa.” seorang prajurit masuk ke kamar anakku tiba-tiba tanpa ijin yang kuberikan.
Yah aku tidak mempermasalahkan dia masuk tiba-tiba, tetapi apakah malaikat bersaudara itu datang lagi? Perasaan aku tidak melakukan hal yang mungkin membuat mereka merasa jengkel terhadapku. Namun prajurit itu menyebutkan kalau itu mungkin dari ras dewa juga. Apakah artinya ada dewa lain selain diriku?
Aku mencoba memahami apa yang sedang terjadi di sini. Untuk sementara aku akan bersiap-siap dulu untuk menemui siapa pun yang datang tersebut.
“Baiklah kau boleh kembali, tolong sampaikan bahwa aku akan menemui dia segera.” aku memberikan perintah kepada prajurit tersebut agar ras dewa atau malaikat itu sabar menungguku.
Setelah prajurit itu pergi, aku mengecup dahi tiga orang, istriku, Lastia, dan Exalux. Setelah aku mengatakan akan kembali, maka aku bergegas menuju kamarku dan mandi dengan cepat pula. Pakaian raja pun ku pakai setelah aku mengeringkan badan dengan handuk.
Tanpa bertele-tele pun aku langsung menuju ruang takhta di mana siapa pun yang menungguku ada di situ.
“Maaf membuat anda menunggu.” aku menyapa dengan ramah tamu yang bahkan tak ku kenal.
“Pasti anda raja Lucifer, yang terkenal dengan kebaikannya kepada siapa pun.” kata orang tersebut.
Aku masih menjaga jarak dan menahan mulutku agar tidak berulah terlalu banyak. Mencari tau apakah seseorang itu terpercaya atau tidak itu bukan hal yang mudah, jadi dalam kasus ini akan ada banyak senyum palsu dariku, mungkin.
“Ah anda terlalu melebih-lebihkan suatu kondisi. Jadi, apa yang anda ingin katakan ke diriku? Tak mungkin kan datang hanya untuk memuji seseorang.” aku mencoba menarik ulur pikirannya agar terbuka totalitas.
“Ahahaha benar sekali. Baiklah, sebelumnya perkenalkan nama saya Gnieresis. Mungkin anda sudah mendengar dari prajurit yang membawa pesan bahwa saya seorang ras malaikat atau ras dewa.” walau ada kemungkinan bahwa dia akan dicurigai, tetapi masih saja dia berbicara dengan tenang.
Humm, kenapa dia masih tenang walau keadaannya menekannya? Aneh sekali. Apakah ada yang salah dari diriku? Atau mungkin perkataanku? Kurasa tidak deh.
“Aku berasal dari kayangan, nama yang kubawa sebagai dewa adalah Yggdrasil, jadi namaku adalah Gnieresis Yggdrasil. Aku kemari ada untuk menyampaikan sebuah pesan penting.” tiba-tiba nada bicara menjadi serius sekali.
Ada kemungkinan informasi yang dia akan beri akan sangat penting. Jadi sebaiknya ku perhatikan dengan baik terlebih dahulu.
“Baiklah, silahkan bicara.” aku menyuruh orang tersebut menyampaikan pesan itu.
“Ahh maaf, namun apakah kita bisa bicara berdua sendiri? Informasi ini cukup rahasia untuk tidak disebarkan.” sebuah permohonan aku dengarkan darinya.
Aku mencoba menyelami apa yang dipikirkannya. Bisa saja dia punya maksud buruk, misal ingin membunuhku. Tetapi aku immortal juga, biarlah.
“Baiklah, prajurit keluarlah.” satu perintah untuk semua yang ada didalam ruang takhta selain diriku dan orang misterius satu ini.
“Tetapi raja, bagaimana kalau-.“
“Sudahlah, aku tau kau khawatir, tetapi jangan buat kekhawatiranmu itu menjadi batu sandungan untuk dirimu sendiri.” aku menghentikan ucapannya agar tidak berlangsung lebih lama.
“Baiklah….”
Setelah semuanya keluar, dan tersisa kami berdua, tatapan kami berdua menjadi sangat tajam ke arah satu sama lain.
“… raja Lucifer… bukan seharusnya kupanggil kau Sin.” ucapannya membuatku sangat terkejut.
“Rupanya kau seseorang yang punya autoritas di kayangan cukup tinggi. Siapa atasanmu?” ucapanku cukup mengancam.
“Ah kurasa kau sudah punya pengalaman lebih dari ini. Baiklah akan ku beritahu, aku adalah kepala prajurit kerajaan kayangan, atasanku adalah raja kayangan itu sendiri. Dia memberi perintah untukku untuk memberitahumu sesuatu.” ucapannya yang ini sedikit meragukan, namun kelihatannya bisa dipercaya.
Tatapanku menunjukan sedikit keraguan. Namun, biarkan dia berbicara terlebih dahulu.
“Baiklah, lalu?”
“Raja memberi pesan ini, ‘katakanlah kepada raja Lucifer itu, aku lah yang dia cari’. Itulah yang dia sampaikan.” ucapannya membuatku sedikit terkejut.
Apa yang dia maksud dengan dia lah yang aku cari? Apa? Apa? Apa!? Kenapa aku menjadi kesal sendiri? Memang siapa yang aku cari? Siapa?
“Aku berpikir bahwa kau bingung dengan pesan ini. Namun, kau akan mengertinya nanti, suatu saat.”
“Tsk.” aku kesal dengan tidak bisa mengerti dari pesan yang disampaikan ini.
“Kalau begitu aku izin pamit kembali terlebih dahulu, tugasku sudah selesai.”
Sebuah portal mirip lubang hitam terbuka di belakang dirinya. Sekejap setelah dia masuk ke dalam portal itu, lubang hitam itu hilang dari ruang takhta ini.
“Sial! Apa yang dimaksud oleh orang itu, siapakah yang aku cari!?” aku menjadi kesal sendiri karena tidak paham apa yang sedang terjadi.
Rupanya teriakanku dengarkan oleh seseorang, Marie. Dia datang dan memelukku, menenangkanku.
“Tenanglah sedikit darling. Berpikir berlebihan tidak baik untukmu.” kata-kata Marie cukup membuatku sedikit berpikir ulang kenapa aku begitu terbawa emosi oleh hal sesimpel ini.
“Baiklah… terima kasih Marie-chan.” kesadaranku untuk berpikir jernih sudah mulai kembali seperti biasa.
Anehnya kenapa aku bisa terbawa emosi oleh sesuatu yang tidak bisa ku pecahkan? Aku tau bahwa memang aku selalu bisa menyelesaikan segala masalah, tetapi bukan berarti tidak akan ada masalah yang melebihi kemampuanku bukan? Ahhh aku sungguh bodoh.
“Namun kenapa orang… bukan dewa itu berkata bahwa raja kayangan adalah yang aku cari? Siapakah yang aku cari? Jangan-jangan…” aku mulai berpikir, apa yang aku cari adalah yang dulu aku cari.
Orang… tuaku…? Benarkah? Benarkah bahwa raja kayangan adalah orang tuaku? Bagaimana bisa? Kalau memang sesuai penjelasan dari Blake bahwa orang tuaku meninggalku pedang yang bernama ‘Akinator’ itu, seharusnya orang tuaku sudah meninggal bukan? Lalu kenapa dia berkata kalau raja kayangan adalah orang yang aku cari?
Atau mungkin bukan? Raja kayangan bukanlah orang tuaku. Ada kemungkinan itu juga, tetapi siapa yang aku cari dalam kehidupanku selain orang tuaku? Semuanya aku sudah ketahui, tidak ada yang perlu aku cari lagi. Ya sudah, untuk sekarang aku menyimpulkan bahwa raja kayangan adalah ayahku? Atau ibuku? Prajurit itu tidak memberi tahu gender dari raja kayangan tersebut, jadi asumsiku tidak akan memecahkan masalah.
“Sudah tenang darling?” tanya Marie dengan lembut.
“Sudah kok, terima kasih Marie-chan.” cukup dengan perhatian sedikit, aku bisa menjadi normal. Hahaha sungguh aneh.
Baiklah, aku akan cari informasi lebih lagi. Ada kemungkinan bahwa semua ini ada kaitannya, dan informasi yang akan ku dapatkan jauh lebih dalam dan sulit untuk dimengerti dari yang ku kira. Ini hanya firasatku, namun aku pasti dengan hal ini.
“Kalau begitu tolong suruh para prajurit masuk ke ruang takhta kembali, aku akan menghabiskan waktuku mencari apa yang sedang terjadi. Entah kapan aku akan kembali tolong jaga kerajaan ini terlebih dahulu.” aku mengucapkan kata-kataku dengan teliti agar seluruh yang kumaksud bisa tercapai dengan benar.
“Benarkah darling harus pergi? Tidakkah bisa mencari informasi di kerajaan ini saja?” Marie ternyata cukup khawatir dengan kondisiku, sungguh membuatku tersenyum.
“Maaf, kasus ini bukan menyangkutkan hanya di kerajaan ini atau bahkan di dunia ini. Masalah yang ku hadapi sudah bermula dari sejak aku masih di Terra. Bahkan mungkin aku harus pergi ke dunia lain yang aku tidak ketahui hanya untuk mencari tahu hal yang satu ini.” nada bicaraku memberat dan menjadi sangat tegas.
Walau emosiku mulai muncul lagi, aku masih bisa mengontrolnya tidak seperti tadi.
“Baiklah… aku dan yang lainnya akan menunggumu, cepatlah kembali….” muka Marie menunduk memberitahuku untuk membuatnya tidak khawatir lagi.
Aku mengecup bibirnya yang lembut itu dan mengusap kepalanya. Ucapan pergi pun aku lemparkan sebelum aku membuka sayapku yang sepasang hitam dan sepasang putih kuning. Melalui pintu kerajaan saja aku keluar sambil dilihat banyak orang. Kenapa aku tidak pergi diam-diam? Karena aku sekaligus ingin memberi tahu semua orang bahwa aku akan pergi lagi dalam waktu lama tanpa menyuruh prajurit memberi tahu.
Mungkin mereka tidak akan sadar di awalnya kenapa aku pergi sendirian dan terlihat buru-buru, tetapi lama-lama pasti mereka akan sadar. Biarlah semua orang tahu dengan mereka berpikir sendiri, sekaligus mengasah otak mereka untuk berpikir, hehehe.
“//Pentarundum On!//” aku menyuarakan perintah untuk menyalakan sebuah kreasiku, Pentarundum.
Pentarundum adalah salah satu alat yang sangat berguna walau tidak sering terpakai. Bentuknya liontin yang dipakai di leher, jadi tidak banyak orang akan sadar dengan apa yang ku pakai ini. Pentarundum sendiri sudah merupakan alat teknologi yang jauh lebih maju dari handphone zaman sekarang. Hanya sebuah informasi, namun lumayan penting untuk diperhatikan.
“Hubungi Jurai.” sebuah perintah lain aku lontarkan.
“Dimengerti tuan Sin, menelpon Jurai.” sistem Pentarundum yang berupa AI membalas perintahku dengan baik.
Jurai adalah seorang yang sangat ku percayai. Walau sebenarnya kami berbagi nama keluarga, kami bukanlah saudara kandung. Kami hanya ditemukan di hari yang sama oleh pemilik panti asuhan, tetapi penampilan kami berbeda totalitas.
“Peringatan, telepon tersambung.”
“Halo Jurai.” aku menyapa terlebih dahulu.
“Lucifer nii-san? Ada apa?” Jurai menanyakan alasanku menelponnya dengan sedikit bingung.
“Ada yang perlu ku bahas, bolehkah aku datang ke sana untuk membahasnya?” aku mengutarakan apa yang ku pikirkan.
“Tentu, aku akan tunggu.”
“Baiklah, aku akan datang dalam waktu beberapa menit lagi.”
“Dimengerti.”
Setelah aku selesai menelpon Jurai, langsung saja ku siapkan portal yang ku gunakan untuk berpindah tempat kemana saja, Transportal Gate. Tujuan? Tentu saja Heiya!
Tak butuh banyak waktu sampai aku datang ke dunia tempat Jurai tinggal.
“Aku datang!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 447 Episodes
Comments
John Singgih
mencari yang selama ini dicari
2021-07-16
0
世界_𝗰𝘂𝘁𝗲❀
Aku datang juga...
2020-08-25
1