“Fuah~ yang tadi itu menyenangkan.”
“Benarkan? Aku saja sampai ingin disana terus.”
“Pasti dong, bagaimana tidak, papaku membuatkan onsen buat kita. Ini luar biasa.”
“Bagaimana kalian? Senang?”
“Tentu!”
Lastia dan temannya baru saja keluar dari onsen ciptaanku. Hah~ tak kusangka akan membuat onsen disini. Padahal waktu itu Lastia sudah meminta sesuatu daripadaku, tetapi sekarang meminta lagi. Ya sudahlah, apa yang tidak dilakukan papa demi anaknya.
“Papa, bolehkah aku lain kali ajak teman-temanku yang lain?”
“Tentu. Tapi yang pasti bukan laki! Kalau laki-laki sudah pasti dilarang.”
“He-hehehe, tentu saja papa.”
“Papa ingin kembali ke istana dulu karena ada pekerjaan.”
“Baiklah.”
Aku meninggalkan Lastia dan temannya di pulau buatanku. Karena susah untuk bilang pulau buatan, apa harus kukasih nama pulau ini ya? Nanti sajalah.
Lastia POV
Fyuh~ untung saja tidak dicurigai. Papa menakutkan kalau marah. Mungkin lebih parah kak Amareth kalau dibandingkan kemarahannya.
“Lastia, papamu itu luar biasa ya? Bukan hanya menjadi raja, tetapi juga bisa membuat banyak hal.”
“Eh-eheheh, begitulah. Sebenarnya tidak selalu begitu, Lala. Papaku itu kalau marah luar biasa mengerikan.”
“Benarkah? Aku tidak bisa membayangkan papamu marah.”
“Benarkan? Aku juga tidak bisa membayangkannya.”
Selesai dari onsen, kami berjalan menuju pintu portal yang ada didalam mansion sambil bercakap-cakap. Tidak ada yang bisa kami lakukan lagi di sini, jadi kami berjalan-jalan saja di kota setelah dari onsen.
“Tentang mengajak laki-laki, ayo kita lakukan.”
“Hee? Kau serius, papa itu tidak bisa diajak kompromi tahu tidak? Nanti aku yang kena masalah.”
“Ayolah. Aku juga tahu kau ingin mengajak laki-laki.”
Uhhh… godaannya besar sekali, kata-kata Lala sama seperti bisikan iblis yang ada. Memang sih aku ingin, tetapi papa… ah masa bodoh deh. Lagipula kalau sudah kulakukan, papa akan diam saja nanti.
“Eh? Baiklah, nanti akan kuusahakan.”
“Yeay, ajak teman sekelas saja.”
“Teman sekelas kah? Hmm, aku terpikir Goman, Shitsu, atau Yutaka.”
“Mereka bertigakah? Hmm, boleh juga. Ohh, bagaimana kalau tiga-tiganya sekaligus?”
Lala menjadi gila seiring waktu aku mengenalnya, tidak kusangka tiga-tiganya mau diembat sekaligus. Sebenarnya sekarang siapa yang titisan dosa hawa nafsu dan iblis biasa sih? Aku sudah tidak mengenal posisi lagi.
“Ber-bertiga semuanya!?”
“Hmm, tentu saja. Pasti akan menyenangkan.”
“Bagaimana ya? Boleh saja sih, tetapi perempuannya kura satu.”
“Begitukah? Ok deh, aku akan memanggil salah satu teman lagi, si Yuuna.”
“Yuuna kah? Boleh sih, baiklah, kalau begitu nanti kita temui mereka semua supaya bisa menentukan kapan mau ketemuannya.”
“Nanti? Sekarang saja sekalian, tanggung, mumpung masih siang hari.”
“Begitukah? Tetapi apa besok saja sekalian, sewaktu sekolah kita tanyai?”
“Baiklah, baiklah. Kalau begitu, kita ke pusat perbelanjaan saja, sambil menyiapkan baju bagus untuk dipakai.”
“Baju? Untuk apa? Pakai yang kita punyai saja lah.”
“Hee… tidak menyenangkan, hitung-hitung sebagai acara mixer dong.”
“Mixer ya? Baiklah… pasti menyenangkan.”
“Ayo kita cepat-cepat ke pusat perbelanjaan!”
“Iya, iya, sabar sedikit dong.”
Kami memasuki pintu portal yang ada didalam mansion. Arah pintu portal yang seharusnya ke kamar papa dan mama, tetapi papa belokan menjadi pintu ke arah ruang keluarga.
“Berkali-kali melihatnya pun aku juga tidak bosan, istana memang yang terbaik.”
“Ya untuk sementara mungkin kau berpikir seperti itu, tetapi kalau tinggal dalam jangka waktu lama membosankan tahu.”
“Ya kan, papamu dan mamaku kan raja dan ratu, tidak heran kalau kau itu putri kerajaan. Dan juga setiap kali di sekolah, pasti setiap laki-laki mendekat padamu.”
“Merepotkan memang, untung masih ada 3 laki-laki itu, mereka bersikap santai padaku.”
“Ahahaha, lucu sekali, bukan bersikap santai itu, mereka hanya menahan diri supaya tidak menjadi seperti laki-laki yang lain.”
“Hah? Apa maksudmu?”
Padahal aku sempat berpikir bahwa mereka adalah tiga laki-laki yang paling berbeda, apa mereka sama saja seperti semua laki-laki pada dasarnya? Yang kudapati dari laki-laki hanyalah hawa nafsunya yang besar, walau itu menguntungkan untukku, papa saja yang melarangku untuk memainkan hawa nafsu mereka.
“Kau tidak sadar? Mereka itu punya rasa suka padamu juga, si Goman itu terlalu sombong, jadi dia itu suka meninggikan diri padamu berkata dia tidak ingin mencintaimu. Si Shitsu terlalu keras kepala pada belajarnya, istilahnya kutu buku yang tidak bisa dibunuh. Dan si Yutaka itu hanya peduli pada uangnya, jadi dia sebenarnya ingin mempunyai semuanya, termasuk cintamu.”
“Biarlah. Didepanku mereka juga biasa saja, seperti orang-orang yang bersikap normal.”
“Aku tidak begitu yakin. Eh iya, dari mereka bertiga siapa yang paling kau sukai?”
“Hah? Apa maksud dari pertanyaanmu itu? Aku menyukai setiap laki-laki, mereka itu luar biasa.”
“Pilih salah satu dong.”
“Ya deh. Hmm, si Shitsu mungkin?”
“Shitsu kah? Untung saja bukan Yutaka, karena aku menyukainya.”
“Hee? Kau suka pada Yutaka kah? Seperti yang kuharapkan darimu.”
“Apa maksudmu hah? Kan wajar menyukai seseorang.”
“Iya, iya bercanda, ahahaha.”
“Aku juga bercanda kok, ahahaha.”
Kami berdua meninggalkan istana, dan pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana kami membeli pakaian yang bisa menarik perhatian laki-laki. Penampilan harus menjadi yang paling utama buat diriku, apalagi aku menjadi pusat perhatian.
Normal POV
Di tempat lain, di dekat mereka, Lucifer sedang bersembunyi dan mendengarkan percapakan mereka. Lucifer sama sekali tidak senang dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia tidak rela menyerahkan anaknya kepada laki-laki lain.
“Grr, sialan. Ternyata mereka membahas laki-laki. Sudah kuduga, tetapi biarlah, Lastia sudah dewasa juga. Kalau tidak salah umurnya sudah 1000 berapa begitu.”
Tiba-tiba, Lucifer merasakan tekanan mana yang sangat besar. Mana itu mana busuk dan tersebar dimana-mana. Lucifer yang merasakan ini langsung cepat tanggap. Dia mencari pusat dari mana ini berada.
“Mana ini, busuk sekali. Aku khawatir jika dibiarkan maka akan menjadi buruk.”
Lucifer langsung memberhentikan investigasi akan Lastia dan Lala, dan pergi mencari pusat dari mana busuk ini. Instingnya berburu menuntunnya untuk menanggapi hal yang salah dan mencari serta membenarkannya.
Lastia POV
“Wah, gaun ini bagus sekali Lastia.”
“Wah benar, warna kuningnya pas pada dirimu.”
“Benarkan? Bagaimana dengan dirimu? Sudah menemukan pakaian yang pas?”
“Ughh, sulit mencari gaun yang pas, semuanya terlalu bagus, tetapi tidak cocok pada diriku.”
“Begitukah? Kita sudah mencari ke seluruh toko pakaian, tetapi kita tidak menemukan untukmu.”
“Tidak apa-apa, sebaiknya kita kembali ke rumah masing-masing, hari semakin sore, aku takut diomeli oleh mama dan mama.”
“Boleh saja. Aku cukup senang hari ini sih, sudah tadi siang mandi di onsen, terus sekarang jalan-jalan dan beli gaun, ahh, senangnya.”
“Ayo kita tidak boleh ribut disini, menggangu pelanggan yang lain.”
Kami berdua jalan keluar dari toko pakaian perempuan yang terakhir di seluruh kota Ferizia. Baru sebentar saja kami berada di luar, ada teriakan dari seseorang yang lari terbirit-birit.
“Lari!!!”
Semua yang dari arah orang itu lari, juga ikut-ikutan berlari.
“Ada apa ini? Kenapa semuanya berlari ya?”
“Entahlah, yang pasti ada sesuatu yang salah. Kita harus segera kembali ke istana.”
“Bagaimana mungkin? Kan istana ada diarah dimana melawan arus orang-orang ini berlari.”
“Aku akan gendong belakang kau, nanti aku akan terbang.”
Aku mengembangkan sayap dan menggendong Lala. Dengan dorongan kaki aku melompat setinggi mungkin sebagai awalan dan mengepakkan sayap. Aku dengan cepat terbang kearah istana. Saat terbang aku sadar, ternyata orang-orang berlari karena ada satu ras yang memiliki mana busuk yang banyak, Undead.
“Lastia, kau dimana?”
Tiba-tiba aku menerima telepati dari papa.
“Aku sedang dalam perjalanan ke istana. Apakah papa tau kenapa tiba-tiba ada banyak Undead seperti ini?”
“Tentang itu papa juga sedang mencari asal mana busuk ini. Pasti ada dalang di balik semua ini.”
“Aku melihat sekumpukan Undead ini setelah aku terbang. Kapan papa sadar akan Undead ini?”
Kalau papa sudah mencari asal mana busuk ini, berarti sudah lama papa mencari hanya saja belum ditemukan. Kami tidak tahu banyak karena berada di dalam toko, bau kematian tidak kami hirup dari dalam toko tertutup.
“Sedari tadi. Lastia, karena papa juga tidak sedang di istana, peringatkan kakakmu itu untuk melawan kumpulan Undead yang ada di kota. Papa akan mencari dalangnya.”
“Dimengerti.”
Setelah mengkonfirmasi keadaan, papa memutuskan telepati denganku. Papa menyerahkan soal istana dan keluarga kami kepadaku, jadi aku harus memenuhi permintaan papa. Lagipula selama ini aku tidak ikut andil banyak kalau ada seperti ini, jadi kali ini aku harus berguna dan papa memujiku nantinya.
“Lastia, apakah sudah tahu alasan dari semuanya ini?”
“Masih belum. Papa masih mencari jawaban dari permasalahan ini. Dia juga menitipi untuk menyampaikan pesan kepada keluargaku.”
“Begitukah? Sayangnya aku tidak bisa membantu banyak untuk kalian.”
“Tidak apa-apa, diam saja sudah lebih dari cukup untukku.”
Sesampainya kami di istana, aku langsung berlari kedalam dan memanggil kedua kakakku untuk menyampaikan pesan otoo-san. Tanpa banyak kata lagi, kedua kakak langsung pergi menghabisi sekumpulan Undead itu setelah mendengar ucapanku. Mereka terlalu semangat kalau ada yang aneh dalam hal bertarung.
“Dasar mereka berdua, kelakukannya selalu begitu.
“Ahaha, aku malah senang memiliki kakak laki-laki seperti mereka, hebat sekali mereka berdua.”
“Jangan mengharapkan sesuatu dari mereka, aku saja hanya bisa geleng kepala melihat tindakan mereka.”
“Benarkah? Padahal mereka berdua keren lho.”
“Sudahlah, aku akan berbicara kepada mama dan mama Kiruwa dulu.”
Normal POV
Di tempat lain, Lucifer telah menemukan orang yang menjadi dalang permasalahan kali ini.
“Akhirnya datang juga, Lucifer.”
“Kau memanggilku dengan nama Lucifer tanpa penghormatan, sungguh tidak sopan.”
“Biarlah, lagipula dari awalnya aku juga tidak suka denganmu.”
“Huh, siapa yang peduli kau suka tidak denganku.”
“Hal itu tidak penting Lucifer.”
“Terserah kau saja. Dari dulu kau selalu saja bertindak seperti ini, Nevanya.”
“Tentu saja, itulah diriku.”
“Omong kosongmu selalu busuk.”
“Kan kubuktikan. [Death Instinct].”
“Sudah selalu yang terjadi, dirimu itu selalu busuk Nevanya.”
“Akan kututup mulutmu itu, Lucifer!!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 447 Episodes
Comments
R A C H A E L
fik gue bingung ana dialog nya itu yg ngomong siapa sama siapa.
2021-08-15
2
John Singgih
akhirnya ada baku hantam juga, kalau seperti yang kemarin-kemarin yang ngantuk
2021-07-16
0
cary Zein
masih lembur bacaaa.....
2020-12-19
1