Episode 15 - Membatasi

‘Ada kalanya kita harus bersikap biasa terhadap sesuatu yang luar biasa.’

Park Chanyong masih berada di depan gerbang panti asuhan. Semalaman ia memikirkan maksud dari perkataan HMD03, Choi Jaewon, dari mana sebuah robot mendapatkan identitas. Dia menarik punggung yang bersandar di dahan pohon. Melangkah tanpa gairah, terasa hampa, pikiran tak masuk akal menyergap dan dengan wajah gusarnya ia kembali melirik bangunan di belakangnya.

Dari arah berlawanan terlihat Oh Sejun memasuki panti asuhan. Sejun sempat melirik kepergian Chanyong. Pandangan mereka bertemu dalam seperkian detik.

“Semoga kali ini benar,” kata Sejun menarik napas lalu mengeluarkannya dengan kasar.

“Maafkan aku tapi tidak ada anak yang bernama Oh Sejun yang pernah tinggal di sini,” sesal wanita berumur akhir tiga puluhan, ia melanjutkan dengan ragu, “Atau mungkin datanya ada di tempat lain, ah… maaf pemilik panti asuhan baru saja pergi.”

“Tak perlu meminta maaf, aku hanya ingin memastikan saja, apa benar ini panti asuhan yang pernah aku tinggali,” jawab Sejun agak tak enak karena telah merepotkan.

“Kalau begitu aku akan menghubungimu jika pemilik panti sudah ada, setelah itu akan aku carikan lagi datamu.” Ramahnya seraya menaruh berkas tebal di atas meja yang juga terdapat dua cangkir teh.

“Aku tidak punya ponsel, jadi nanti aku akan berkunjung lagi ke sini,” kata Sejun cepat-cepat, ia tidak ingat nomor telepon rumah dan tak mempunyai ponsel untuk dihubungi.

Sejun berpamitan pada wanita yang diketahuinya sudah menjadi sukarelawan tetap di panti asuhan tersebut. Lagi-lagi ia menghela karena harus pergi dengan rasa kecewa, sudah lima panti asuhan yang dia datangi seharian ini. Tiba-tiba sebuah bola menggelinding mengenai kakinya.

“Ahjusshi (Paman), tolong tendang bolanya!” teriak anak laki-laki di tengah lapangan yang sedang bermain.

Menendang bola adalah sesuatu yang belum pernah Sejun lakukan, maka ini akan menjadi tendangan pertamanya. Ia bersiap mengayunkan kaki dan bola melambung jauh menembus jaring gawang, anak-anak bersorak untuknya, mereka terkagum-kagum dan si anak yang menyuruhnya untuk menendang bola mendekatinya.

“Hebat sekali, sama hebatnya dengan ayahku ... dia juga bisa menendang bola sejauh itu,” ujarnya tersenyum dengan mata berkilat-kilat.

“Benarkah, kalau begitu lain kali aku akan kemari untuk bermain bola dengan ayahmu. Katakan padanya kalau aku menantangnya, OK!” Sejun menjadi lebih bersemangat dan melupakan kekecewaannya, anak kecil itu mengangguk. “Berapa usiamu?” tambahnya sembari membelai pucuk rambut laki-laki yang setinggi pinggangnya.

“Bulan depan usiaku tepat tujuh tahun!” mendadak perkataan itu terngiang dalam pikirannya, suara anak laki-laki lain terdengar pernah mengatakan hal yang sama persis dibarengi dengan kilas balik dalam pikirannya yang buram.

“Bulan depan usiamu tepat tujuh tahun!” Sejun terhenyak dari ingatannya, ia pernah mengalami ini sebelumnya.

Anak kecil itu dipanggil temannya dan ia pamit untuk kembali bermain. Sejun melihatnya berlari menuju teman-temannya, dan ingatan kembali ke masa lampau dengan kejadian yang sama. Siapa anak laki-laki yang dulu pernah mengatakan hal serupa padanya? Teman, iya, mungkin mereka sama-sama tinggal di panti asuhan dan berteman.

ΘΘΘ

“Turunkan aku di apotek depan sana,” kata Seora menunjuk bangunan yang tak begitu besar, namun di dalamnya banyak obat-obat berjejer rapih dan seorang wanita berkacamata berseragam putih berdiri di balik lemari kaca setinggi dadanya.

Mobil berhenti di bahu jalan tepat di depan apotek yang dimaksud, Choi Hyojung masih meragu untuk membukakan kunci pintu mobil. “Seharusnya kau menyuruhku untuk membeli obatnya.”

“Sudah kubilang manajer sebelumnya juga memperbolehkanku untuk membeli obat sendiri, dan ini hanya obat tidur saja aku sudah mendapatkan resep dokter... jadi tolong buka pintunya sekarang juga,” pinta Seora tak terlalu berharap, dia sudah sangat yakin dapat keluar dan benar saja kunci mobil terbuka dengan bunyi klik.

“Jangan lupa penyamaranmu.” Hyojung mengingatkan.

Seora berjalan memasuki apotek dengan menggunakan kacamata hitam dan masker berwarna sama. Ia baru akan mengatakan sesuatu sebelum suara laki-laki menyelanya.

“Berikan obat untuk lukaku ini,” katanya dengan tampang datar, melihat penampilan dan wajahnya yang babak belur si penjaga apotek segera melayaninya.

Tentu saja Seora tak terima karena ia datang lebih dulu, perlahan ia menoleh untuk melihat siapa orangnya. Dahinya mengeryit melihat wajah yang dikenalnya di balik kacamata hitam yang ia pakai, sampai-sampai menurunkan kacamatanya untuk melihat lebih jelas laki-laki berpakaian serba hitam di sebelahnya itu.

“Dia lagi... pertama menyerobot masuk ke ruang ganti dan sekarang tak mengantri,” gumam Seora kemudian berdehem, “Permisi tuan!” tambahnya keras-keras hingga membuat pegawai apotek yang sedang memasukkan obat untuk pelanggannya tersentak.

“Ini obatmu tuan,” si pegawai apotek tersadar, “Nona, obat apa yang kau inginkan?”

Seora terlanjur sakit hati. Mengembuskan napas yang lalu merampas plastik obat dari tangan Chanyong.

“Kau tidak adil, jelas-jelas aku yang datang lebih dulu jadi kau seharusnya melayaniku dulu bukan dia!” protes Seora membuat pegawai apotek serba salah.

“Tapi aku lebih dulu mengatakan pesanannya.” Chanyong mengambil paksa plastik obatnya, ia segera menambahkan, “Berapa?” si pegawai masih belum menjawab. “Ambil saja kembaliannya,” katanya buru-buru keluar dari apotek.

“Anda ingin obat apa?”

“Aku tidak jadi beli!” sahut Seora menyusul Chanyong dengan tampang kesal. “Berani sekali dia memperlakukanku seperti ini.”

ΘΘΘ

Di luar tak begitu ramai sehingga membuat Seora berani berjalan di tempat umum, dari dalam mobil Hyojung melihatnya pergi menjauh. “Kemana dia akan pergi?” tanyanya agak was-was sembari menyalakan mesin.

“Kau tidak ingat denganku?” tanya Seora terus menyamakan langkahnya dengan langkah yang lebih lebar darinya. “Di butik waktu itu ….”

“Bukan masalah besar jadi untuk apa aku mengingatnya,” jawab Chanyong.

“Bukan masalah besar... aakh, baiklah bagimu ini sesuatu yang sepele tapi bagiku tidak! Memangnya kau tidak mengenaliku?” Seora membuka kacamatanya dan kembali berkata, “Aku seorang idol terkenal tak seharusnya kau memperlakukanku seperti ini, lihatlah dirimu... begitu gelap! Apa pekerjaanmu?” ia meremehkan melihat pakaian berwarna hitam yang dipakai Chanyong sembari terus mencoba menyamakan langkahnya.

“Tidak ada urusannya denganmu!” kata Chanyong kasar, perasaannya sedang buruk sekarang, pikirannya dipenuhi keingintahuan tentang rahasia apa yang disembunyikan oleh sang ayah dan kenapa sebuah robot dapat mengeluarkan cairan seperti darah.

“Pekerjaanmu memang bukan urusanku,” kata Seora pelan.

“Im Seora, Seora-ya!” Hyojung memanggilnya dari dalam mobil, kepalanya menoleh keluar jendela sembari sesekali melihat jalan di depannya. “Apa yang kau lakukan, cepat kembali ke mobil!” tegurnya terlihat begitu tegas.

“Iiish, apa dia ingin terlihat sebagai manajer yang kejam,” sebal Seora saat beberapa orang di sekitarnya mulai berbisik tentangnya.

“Bukankah itu Im Seora!” seru laki-laki gembul berdiri sekitar empat meter dari Seora.

“Sial,” rutuk Seora di balik senyum ramahnya pada penggemar yang mengenalinya, terpaksa ia harus berlari menuju mobil lalu dengan cepat menutup pintu. “Cepat jalan!”

Pandangan Chanyong mengikuti laju mobil yang semakin jauh, sebenarnya dia ingat pernah bertemu dengan gadis itu tapi tidak ada alasan untuknya mengatakan bahwa ia mengingatnya. Sudah lama sekali semenjak terakhir kali ia berbicara dengan seseorang, selain robot yang dimilikinya di rumah.

ΘΘΘ

Episodes
1 Episode 1 - Terjalin
2 Episode 2 - Identitas
3 Episode 3 - Luka
4 Episode 4 - Orang Baru
5 Episode 5 - Pekerjaan
6 Episode 6 - Lebih
7 Episode 7 - Rumah
8 Episode 8 - Nama
9 Episode 9 - Poster
10 Episode 10 - Tetangga
11 Episode 11 - Bohong
12 Episode 12 – Kau
13 Episode 13 - Saksi
14 Episode 14 - Lullaby
15 Episode 15 - Membatasi
16 Episode 16 - Bertemu Kembali
17 Episode 17 - Tertarik
18 Episode 18 – Terima kasih
19 Episode 19 – Buruk
20 Episode 20 – Terhubung
21 Episode 21 – Bangun
22 Episode 22 – Pergi Keluar
23 Episode 23 – Nilai
24 Episode 24 – Kenapa
25 Episode 25 – Malam
26 Episode 26 – Debaran
27 Episode 27 – Detak
28 Episode 28 – Bahaya
29 Episode 29 – Asisten Manajer
30 Episode 30 – Stalker
31 Episode 31 – Cahaya
32 Episode 32 - Bercerita
33 Episode 33 – Menyukai Manusia
34 Episode 34 – Zero
35 Episode 35 – Manis
36 Episode 36 – Saudara
37 Episode 37 – Kebenaran
38 Episode 38 – Ungkapan Kata
39 Episode 39 – Cara
40 Episode 40 – Janggal
41 Episode 41 – Hukuman
42 Episode 42 – Cemburu
43 Episode 43 – Aku Tahu
44 Episode 44 – Paham
45 Episode 45 – Lawan
46 Episode 46 – Kebersamaan
47 Episode 47 – Permainan
48 Episode 48 – Singkat
49 Episode 49 – Kehilangan
50 Episode 50 – Pulih
51 Episode 51 – Manisnya Tertelan
52 Episode 52 – Lengan Robot
53 Episode 53 – Bercermin
54 Episode 54 – Tak Terduga
55 Episode 55 – HMD07
56 Episode 56 – Menerima
57 Episode 57 – Obsesi
58 Episode 58 – Kendali
59 Episode 59 – Putus
60 Episode 60 – Dinding Cermin
61 Episode 61 – Mengikis Jarak
62 Episode 62 – Kopi
63 Episode 63 – Terbongkar
64 Episode 64 – Kejutan
65 Episode 65 – Menikah
66 Episode 66 – Suara
67 Episode 67 – Dua Pasang
68 Episode 68 – Menetap
69 Episode 69 – Rahasia
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Episode 1 - Terjalin
2
Episode 2 - Identitas
3
Episode 3 - Luka
4
Episode 4 - Orang Baru
5
Episode 5 - Pekerjaan
6
Episode 6 - Lebih
7
Episode 7 - Rumah
8
Episode 8 - Nama
9
Episode 9 - Poster
10
Episode 10 - Tetangga
11
Episode 11 - Bohong
12
Episode 12 – Kau
13
Episode 13 - Saksi
14
Episode 14 - Lullaby
15
Episode 15 - Membatasi
16
Episode 16 - Bertemu Kembali
17
Episode 17 - Tertarik
18
Episode 18 – Terima kasih
19
Episode 19 – Buruk
20
Episode 20 – Terhubung
21
Episode 21 – Bangun
22
Episode 22 – Pergi Keluar
23
Episode 23 – Nilai
24
Episode 24 – Kenapa
25
Episode 25 – Malam
26
Episode 26 – Debaran
27
Episode 27 – Detak
28
Episode 28 – Bahaya
29
Episode 29 – Asisten Manajer
30
Episode 30 – Stalker
31
Episode 31 – Cahaya
32
Episode 32 - Bercerita
33
Episode 33 – Menyukai Manusia
34
Episode 34 – Zero
35
Episode 35 – Manis
36
Episode 36 – Saudara
37
Episode 37 – Kebenaran
38
Episode 38 – Ungkapan Kata
39
Episode 39 – Cara
40
Episode 40 – Janggal
41
Episode 41 – Hukuman
42
Episode 42 – Cemburu
43
Episode 43 – Aku Tahu
44
Episode 44 – Paham
45
Episode 45 – Lawan
46
Episode 46 – Kebersamaan
47
Episode 47 – Permainan
48
Episode 48 – Singkat
49
Episode 49 – Kehilangan
50
Episode 50 – Pulih
51
Episode 51 – Manisnya Tertelan
52
Episode 52 – Lengan Robot
53
Episode 53 – Bercermin
54
Episode 54 – Tak Terduga
55
Episode 55 – HMD07
56
Episode 56 – Menerima
57
Episode 57 – Obsesi
58
Episode 58 – Kendali
59
Episode 59 – Putus
60
Episode 60 – Dinding Cermin
61
Episode 61 – Mengikis Jarak
62
Episode 62 – Kopi
63
Episode 63 – Terbongkar
64
Episode 64 – Kejutan
65
Episode 65 – Menikah
66
Episode 66 – Suara
67
Episode 67 – Dua Pasang
68
Episode 68 – Menetap
69
Episode 69 – Rahasia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!