‘Ada sesuatu yang kau sembunyikan, dan aku berhak tahu.’
Jalanan cukup lenggang di siang hari. Tidak ada hambatan bagi mobil yang dikemudikan dengan kecepatan sedang oleh Kyungmin. Di dalamnya musik terdengar cukup keras.
Lagu debut yang mengawali karir Serin bersama grupnya tengah diputar di radio, dimana saat itu lagu ber-genre metropop tengah populer dan mendapatkan banyak penghargaan. Hari ini cukup melelahkan dengan jadwal yang cukup padat, sehingga Serin menggunakan waktu di perjalanan untuk tidur.
“Aku tidak bisa berpura-pura tidur lagi!” keluhnya membuka penutup mata bergambar mata pororo.
Otomatis tangan Kyungmin mengecilkan volume musik yang dianggapnya bisa menjadi lagu penghantar tidur, tapi jelas tidak.
“Tadi pagi aku bertemu dengan pemuda dari Busan, kau ingat lelaki yang kita bawa ke rumah sakit itu dan pergi mengambil syalku,” kata Serin tak bisa menahannya lagi, “Dia adalah tetanggaku, ya ampun dunia ini begitu kecil!” ia menambahkan dengan takjub.
Gerak mobil tersendat. Kyungmin sempat mengerem laju mobil sejenak sebelum akhirnya dapat mengatasi keterkejutannya, ada gurat kekhawatiran di wajahnya. “Lalu bagaimana apa dia akan melaporkan kita ke kantor polisi atas dugaan tabrak lari atau meminta ganti rugi?” cerocosnya hampir kehilangan napas.
“Tidak keduanya, dia mengembalikan syalku dan aku yakin dia adalah penggemar beratku!” Serin meneruskan dengan penuh percaya diri, “Wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa senangnya saat bertemu denganku, menjengkelkan sekali!”
“Dia fansmu?!” tanya Kyungmin menekan klakson ketika mobil di depannya masih tak beranjak, sedang lampu jalan sudah berubah hijau.
“Aku rasa begitu... dia bahkan telah sembarangan menyulam namanya di dekat namaku, merusak syalku!”
Kyungmin tidak peduli dengan nasib syal Serin. “Dia bilang sesuatu tentang ledakan lumbung padi?”
Serin bereaksi dengan memajukan tubuhnya ke kursi kemudi. “Hmm, kau percaya tidak kalau dia juga seorang saksi yang kebetulan lewat.”
“Eoh, benarkah, tapi firasatku mengatakan bukan,” pikir Kyungmin.
“Terserah dengan firasatmu itu, aku tidak mau ambil pusing.” Serin menarik kembali tubuhnya untuk bersandar. “Katanya dia akan bersaksi, jadi kita tidak harus memberi kesaksian, dia juga berjanji tidak akan menyebut nama kita. Aku sudah lelah bekerja, tidak ada lagi tenaga untuk pergi ke kantor polisi.”
Serin tampak lega setelah mengatakannya pada Kyungmin, sekarang sedikit bebannya berkurang dan sudah merasa mengantuk. “Aku akan tidur, bangunkan aku jika sudah sampai di lokasi syuting,” tambah Serin memakai kembali penutup mata pororonya.
ΘΘΘ
Sebenarnya Chanyong tidak ingin keluar dari butik dengan kembali menggunakan pakaian serba hitam, tapi warna itu serasa sudah menyatu dengannya dan lagi-lagi ia gagal untuk mengubah gaya berpakaian agar tidak terlalu mencolok. Untuk pertama kali, ia menjejakkan kakinya lagi di Seoul setelah enam belas tahun lalu seorang laki-laki paruh baya yang kemudian ia panggil ayah, mengajaknya tinggal di Busan. Masa lalu yang tak begitu diingatnya setelah meninggalkan panti asuhan dan menjadi anak patuh dari seorang profesor ternama.
Chanyong melangkah begitu saja menuju panti asuhan, tetapi ia tidak begitu yakin karena tak mengingat nama tempat tinggalnya itu. Tepat saat itu pula alat pendeteksi yang dipakai di pergelangan tangannya bergetar, layar berkedip memberitahu bahwa di sekitarnya dalam radius 20 meter ada sebuah robot humanoid.
“HMD03?” ucap Chanyong tak percaya dengan nama yang tertera di layar persegi jam tangannya, “Apa sebelumnya aku salah lihat, bukan HMD07 tapi HMD03? Atau mereka berdua berhasil lolos dari ledakan,” Sebelum ia menambahkan spekulasinya, titik kecil itu berjalan semakin dekat ke arahnya.
Kesempatan ini tak boleh ia sia-siakan, tentu saja sesuatu yang dicarinya datang dengan sendirinya. Maka tak ada pergerakkan yang ia lakukan, selain menunggu laki-laki itu mendekat.
“HMD03, tidak kusangka kau selamat,” panggil Chanyong setelah berpapasan dengan laki-laki berpakaian agak lusuh.
Choi Jaewon tertohok mendengar seseorang telah memanggilnya dengan kode seri robot humanoid yang selama ini telah dilupakannya. Jaewon pernah melihat Chanyong satu kali saat tak sengaja mencuri dengar tentang siapa dirinya. Saat itu dia sedang bersembunyi di balik tirai di ruangan Profesor Park, dan dari arah lain Chanyong datang untuk berkunjung ke tempat ayah angkatnya itu.
“Namaku Choi Jaewon.” Mengingat semua itu membuat kemarahannya memuncak dan melayangkan tatapan berani pada Sejun. “Apa kau mengenalku?” tanyanya tak suka dengan kehadiran anak dari seseorang yang sangat dibencinya.
“Ternyata kau cepat sekali beradaptasi di luar pabrik, bagaimana bisa kau lolos dari ledakan itu...,” Tentu saja Chanyong lebih percaya alat pendeteksi yang mengatakan orang di hadapannya adalah sebuah HMD. Terlebih lagi Profesor Park sempat menyebut nama Jaewon.
“Satu suntikan saja sudah membuatmu roboh,” ia menambahkan seraya mengeluarkan benda dengan ujung jarum tajam, menggunakannya di bagian tertentu yang dapat menembus kebagian dalam robot dan seketika melemahkan sistemnya.
ΘΘΘ
“Serin-ah, ireona (bangun), kita sudah sampai di rumahmu.”
Suara lembut penuh karismatik itu selalu membangunkan Serin dari tidur nyenyak sekali pun. Baginya Han Kyungmin adalah obat penenangnya.
“Oppa tidak akan mengantarku sampai ke kamar?” Serin juga menganggap Kyungmin sebagai seorang pria dewasa yang mampu melindunginya, kapan pun dan di mana pun.
“Memangnya kau anak kecil!” sahut Kyungmin melirik sekilas melewati bahunya, “Sudah cepat turun, besok kau harus bangun pagi-pagi. Ada pemotretan bersama Cocolub.”
Sayangnya selalu ada batasan di antara mereka, terlebih Kyungmin tidak pernah melihatnya sebagai seorang wanita melainkan hanya menganggapnya seorang adik, yang harus dijaga sebaik mungkin. Serin berdesis.
“Aku juga muak melihat wajah Oppa seharian!” sembur Serin, menggeser pintu dengan kasar.
Setelah Kyungmin memastikan pintu ditutup rapat, ia melajukan mobil tanpa basa-basi, meninggalkan si aktris yang mencak-mencak tak jelas. Serin menghentakkan kaki sembari mengalihkan pandangan dari mobil yang berbelok di ujung jalan sana.
“Dasar tidak peka!” Sekali lagi Serin merutuk, “Mana mungkin aku menyukai Kyungmin Oppa,” lanjut Serin tidak pernah mengakui perasaan di hatinya.
Serin pikir, ia hanya membutuhkan seseorang untuk bersandar, dan orang itu Han Kyungmin. Suara gerbang berderit mengagetkan Serin. Alisnya bertaut ketika melihat seseorang yang ia kenal keluar dari gerbang rumah di sebelahnya. “KAU?”
“Aku, Oh Sejun… kau lupa namaku,” jawab Sejun cepat, “Selebriti sepertimu pasti banyak bertemu orang, jadi wajar saja kalau kau lupa. Serin-ssi, tenang saja… aku memiliki ingatan jangka panjang yang baik, jadi aku tidak akan melupakanmu.”
Bagaimana bisa Serin melupakan nama itu. Setiap dia melihat syal kesayangannya, maka akan ada nama ‘Oh Sejun’, laki-laki banyak bicara yang sok akrab.
“Selebriti sepertimu pasti sangat sibuk, sampai pulang selarut ini.”
“Kenapa kau keluar dari rumah itu?” tanya Serin mengarahkan sepasang netra bening ke arah kedatangan Sejun. “Apa kau datang bersama Harabeoji? Maksudku sebagai tetangga yang baik aku cukup mengenal orang yang tinggal di sebelah rumahku, Harabeoji pemilik rumah yang kau tinggali, sudah lama aku tidak melihatnya,” Serin mengatakannya sambil berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
“Ooh, harabeoji, aku ini cucunya dari Busan,” kata Sejun sambil memikirkan sebuah karangan cerita di otaknya, ia meneruskan agak terputus-putus, “Jadi orang tuaku... meninggal, yaa mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan... dan harabeoji menjemputku untuk tinggal bersamanya,”
Wajah Serin yang tadinya merengut, berubah murung, “Maaf aku tidak bermaksud,” kata Serin, sebenarnya dia tidak benar-benar tersentuh dan hanya ber-akting.
“Tidak, tidak apa-apa, lagi pula aku masih punya harabeoji.” Sejun menyela dengan memikirkan kebohongan yang baru saja dibuatnya, bukankah kisah hidupnya terdengar menyedihkan.
Lebih dari itu Sejun tidak ingin mengakui bahwa sebenarnya seorang robot tak memiliki keluarga, kecuali perkataan Jaewon yang penuh teka teki, tentang siapa dia dan tinggal di mana dia sebelum menjadi pekerja di perusahaan yang entah namanya apa.
“Baguslah kalau begitu, kau juga punya seorang tetangga terkenal sekarang,” kata Serin mengangguk-angguk seraya tersenyum miring, ia menambahkan dengan suara penuh penekanan. “Neo, geojitmal (Kau, bohong).”
ΘΘΘ
Seluruh cast di Like A Mirror Wall mengucapkan Selamat Tahun Baru 2021 ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments