Like A Mirror Wall
‘Tentangku, tentangnya dan tentang kisah kita yang baru dimulai.’
Busan, Korea Selatan
“YA AMPUN! Kita benar-benar tersesat, tak ada satu orang pun yang dapat kita tanyai, hanya ada rerumputan liar yang bergoyang di sepanjang jalan dan ini salahmu Manajer Han!”
Kata-kata itu menerjang gendang telinga Han Kyungmin yang tetap tenang di bangku pengemudi. Dilihatnya wanita berwajah putih pucat, bibir semerah cherry dan manik mata berwarna cokelat tengah memberengut kesal dari kaca spion dashboard.
Dia adalah Kim Serin, yang kini menegakkan tubuhnya di bangku belakang. Kepalanya ia julurkan pada Kyungmin yang masih bisa tenang setelah hampir setengah jam menyusuri jalanan sepi di hari yang hampir gelap. Ia menatap sang manajer, menghela tidak sabar karena sejak tadi ocehannya tidak ditanggapi.
“Duduklah dan pakai sabuk pengamannya,” kata Kyungmin.
Akhirnya laki-laki berumur dua puluh delapan tahun itu berbicara, namun itu tidak membuat Serin puas apalagi tenang sepertinya. Wanita yang lebih muda lima tahun darinya itu mendengus, menyandarkan punggungnya kasar pada sandaran bangku mobil van yang biasa digunakan para artis seperti dirinya.
“Oppa (Kakak, panggilan wanita pada lelaki yang lebih tua), kau pikir akan terjadi kecelakaan di tempat sunyi senyap seperti ini! Aku berani taruhan kita akan gagal menghadiri Festival Film Busan!”
Selesai mengatakannya suara ledakan terdengar menggelegar bersamaan cahaya dari api yang menyambar, membakar bangunan yang biasa digunakan para petani untuk menyimpan hasil panennya. Kim Serin terperanjat kaget dari duduknya, matanya terbelalak nyaris keluar ketika melihat terangnya malam karena kobaran api yang membesar.
Saking terkejutnya dengan apa yang baru saja terjadi, Kyungmin sampai hilang kendali sebelum akhirnya mengerem laju mobil yang berjalan zig-zag sehingga kini menghadap tepat di bahu kanan jalan, di mana tempat ledakan hebat terjadi. Barulah mereka sadar ada bangunan yang tak begitu jauh sekitar sepuluh meter dari jalan utama.
ΘΘΘ
“Katakan padaku apa sekarang aku sedang berada di lokasi syuting sebuah drama atau mungkin film?” ucap Serin tercengang tak percaya, ia keluar dari mobilnya, ingin melihat lebih jelas lumbung padi yang terbakar.
Han Kyungmin juga sudah berada di luar mobil, ia melangkah maju untuk memastikan apa kemungkinan di lumbung padi ada orang. Serin tak habis pikir pada manajernya yang masih bisa setenang itu setelah menyaksikan kejadian menyeramkan yang hanya pernah dilihatnya di layar kaca.
Kaki Serin bergetar ketika melihat lumbung dilahap api mengakibatkan asap hitam mengepul tinggi. “Jangan pergi terlalu jauh nanti Oppa bisa terluka!” serunya memperingatkan Kyungmin yang berada dua meter dari tempatnya berdiri, ia mulai berpikir tentang drama ‘tragedy’ yang pernah ditontonnya.
“Bagaimana kalau ada ledakan susulan?” Serin segera menajamkan pandangannya pada Kyungmin yang masih melangkah ragu. “OPPA, CEPAT MENJAUH DARI SANA!!”
Benar saja, apa yang ditakutkan Serin terjadi. Ia buru-buru menutup pandangannya dengan kedua tangan, menjerit-jerit ketakutan karena ternyata bukan hanya sekali ledakan susulan, tetapi beberapa kali yang tak sempat dihitung olehnya. Suara ledakan tak lagi terdengar. Serin membuka matanya perlahan dengan napas memburu, seakan-akan telah berlari kencang.
Kepalanya bergerak gelisah mencari-cari sosok laki-laki tinggi, mata sipit yang selalu tampak sendu, hidung mancung dengan rambut agak ikal menutupi dahinya yang tadi berjalan tenang mendekati lumbung.
“Oppa, Kyungmin Oppa! Ke mana dia? Apa dia terlempar!” pikiran Serin menerawang jauh pada film-film perang yang pernah ditontonnya, lalu menggeleng menapik semuanya. “Tidak, tidak mungkin dia meninggal!” Serin hampir menangis.
Di antara rumput liar Kyungmin mengangkat bagian atas tubuhnya yang tertempel di tanah, lututnya terasa lemas untuk berdiri. “YA! Serin–ah, aku ada di sini! Cepat bantu aku,” suaranya melemah di akhir kalimat, ia memandang ngeri api yang sudah melahap bagian atas lumbung, rasa penasarannya mendadak memudar dan berpikir ingin segera pergi saja.
Kyungmin menyimpulkan tidak akan ada orang di dalam lumbung malam-malam begini.
Tangan Serin yang terkepal berada di depan bibirnya, ia menggumamkan rasa syukur dengan perasaan lega. “Dia baik-baik saja,” lalu kakinya turun memasuki ladang kering di akhir musim panas. “Kyungmin Oppa, cepat bangun!” dituntunnya Kyungmin mendekati mobil.
Mereka kembali ke dalam mobil yang rasanya menjadi tempat teraman sekarang. Serin yang duduk di sebelah kemudi melihat kaki Kyungmin yang menekan pedal gas ragu-ragu, sepertinya kakinya masih lemas, sehingga mobil berjalan tersendat-sendat. Sepuluh menit lalu, Kyungmin menolak tawaran Serin untuk menggantikannya mengemudi, dia bilang, dia tidak apa-apa, berdalih bahwa pastilah Serin lebih terkejut tadi.
“Sudah aku bilang, aku saja yang menyetir!” omel Serin tangannya tergantung, melingkar erat di handle pegangan, sesekali tubuhnya maju ke dashboard bersamaan dengan muncul rasa takut akan kecelakaan diakibatkan Kyungmin yang tidak becus mengemudi.
ΘΘΘ
Kobaran api tak juga berhenti, jelas ingin menghanguskan lumbung beserta isinya. Tiba-tiba saja pintu terbuka, terhempas cukup jauh. Seorang laki-laki telah membukanya secara paksa dengan hanya menendang sebilah kayu kokoh itu dengan kekuatan yang tersisa, berjalan menerobos panasnya api.
Ia mengedipkan mata muram. Mata cokelatnya bercahaya dengan gurat wajah penuh kemarahan terpampang jelas ditambah kedua tangan yang mengepal kuat. Selanjutnya ia berlari cepat, sangat cepat, meninggalkan bangunan tersebut.
Sesaat kemudian dirinya sudah berada di depan mobil van hitam yang dikemudikan Han Kyungmin. Berdiri mematung membiarkan cahaya lampu menyorotinya yang seketika itu juga memperlihatkan betapa lusuh pakaiannya, terkena noda hitam dari kayu yang baru saja terbakar namun tak sampai membuat kulitnya melepuh.
Tangan Serin menunjuk-nunjuk, tergagap menyuruh Kyungmin menghentikan mobilnya. “A, ada orang di depan!”
“Datang dari mana dia!” panik Kyungmin seolah masih belum tersadar dari keterkejutannya beberapa saat lalu dan kini mendadak ada orang berdiri menghadang mobilnya.
“Kau harus mengerem seka–rang …,”
Mobil berhenti bersamaan dengan suara berdebam keras. Serin tahu akan seperti ini, makanya kalimat yang diucapkannya melambat. Sialnya dia tidak memakai sabuk pengaman, tubuhnya terhenyak ke depan, kepalanya terbentur cukup membuat ia merasakan pusing dan meringis kesakitan. Kyungmin sendiri sudah sigap menyelamatkan kepalanya dari benturan setir kemudi.
Serin menoleh dengan kilatan mata tajam pada Kyungmin seraya memegang dahinya yang berdenyut sakit. Kyungmin buru-buru mengatakan, “Sudah aku bilang pakai sabukmu, kan,” bela Kyungmin tak mau disalahkan atas apa yang terjadi pada aktrisnya.
“Kau benar dan aku salah,” hela Serin kembali teringat dengan seseorang yang baru ditabrak Kyungmin. “Oppa, cepat periksa keluar!” titahnya sambil mendorong Kyungmin pelan namun mampu membuat tubuh laki-laki dengan tinggi badan 184 cm itu sedikit terhuyung.
Sebagai aktris pendatang baru yang tengah melebarkan sayapnya di dunia perfilman, setelah dengan mantap memilih hiatus dari kegiatannya bersama girl group, yang lebih dulu membesarkan namanya dan mulai fokus pada karir berakting–nya. Tentu saja Serin enggan diberitakan telah menabrak seseorang ketika dia tersesat di Busan. Media bisa heboh bahkan melebih-lebihkannya.
Kyungmin terantuk berteriak otomatis langkahnya terhenti, dalam waktu beberapa menit saja ia sudah terlalu sering dikejutkan. Dan sekarang yang membuatnya terkejut adalah bagian depan mobilnya penyok cukup parah, ia meliukkan kepalanya khawatir pada laki-laki yang tergeletak di aspal. Memicingkan mata cemas, apa separah itu?
Di dalam mobil Serin mencondongkan tubuhnya ke jendela depan, melihat ekspresi Kyungmin, mengigiti kuku ibu jarinya dengan panik. Serin menggumamkan kata tak jelas. Akhirnya ia putuskan untuk keluar juga.
Serin mengulang keterkejutan manajernya ketika melihat bagian depan mobil yang penyok, ia membatin, sekeras itukah?
“Kenapa kau keluar?” tanya Kyungmin, ia tengah memeriksa keadaan korban yang ditabraknya, lebih tepatnya laki-laki itu yang tiba-tiba muncul di depan mobilnya.
Serin buru-buru menjawab, “Di sini tidak akan ada paparazi, kan. Biar aku perjelas, yang menabraknya bukan aku, tapi kau… Manajer Han,” ia menambahkan dengan cemas, “Dia tidak mati, kan?”
ΘΘΘ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Author-chan ೫ ࿆ ⃟ ⃟☀
Hai kak, aku udh mampir nih..
ceritanya bagus, semangat kak
2021-03-04
1
Pujas_erha🤓
Pujas mampir ka🤓
2021-02-05
1
Olan
udah bom Like nih😊 jika berkenan mampir ya ke Hate But Love
2021-01-27
1