‘Menyimpan gambar dalam ingatan.’
“Kau baik-baik saja?” tanya Kyungmin setelah memberikan botol minuman pada Serin, ia mampu melihat bahwa wanita itu menahan rasa kesalnya sampai wajahnya merah padam. “Lain kali aku akan menolak tawaran apa pun yang berhubungan dengannya.”
“Seharusnya yang ini juga kita tolak!” sungut Serin meremas botol minuman yang telah kosong, seakan dengan melakukannya ia mampu meredam emosi, sementara pandangannya tajam ke arah Jihyuk yang menebar senyum pada staf wanita.
Mengingat kembali keputusannya untuk mengakhiri hubungan dengan Jihyuk. Setelah laki-laki itu mengatakan tidak akan pernah menikahinya, hanya cukup berpacaran saja. Berbeda pendapat, Serin jelas tidak ingin dan tak setuju akan penuturan Jihyuk terkait sebuah hubungan suami-istri, maka saat itu juga ia mengatakan ingin putus.
“Aku sama sekali tidak menyesalinya, baguslah karena aku mengetahui dia tidak pantas untuk wanita sebaik dan secantik diriku!” pekik Serin di bangku belakang mobil yang dikemudikan Kyungmin, tangannya memegang bangku kosong di depannya seakan ia sedang mencekik seseorang.
Di balik setir kemudi Kyungmin merasa ngeri sendiri. “Yeah, kau terlalu bagus untuknya,” kata Kyungmin lambat-lambat, menghentikan laju mobil ketika lampu berubah merah. “Ooh, bukankah dia,” ia ragu telah melihat laki-laki yang tertabrak mobilnya sewaktu di Busan, tengah menyeberangi jalan lewat di depan mobil sambil tangan mengayun beberapa bingkisan.
Karena hanya selintas dan keremangan malam membuatnya tak begitu jelas, Kyungmin menganggapnya hanya kebetulan mirip dan tak mengatakan apa pun pada Serin yang masih ngedumel.
“Benar, akan aku buat dia menyesal karena telah meremehkanku! Dia pikir aku tidak bisa menemukan yang lebih tampan darinya dan pastinya beribu-ribu lebih baik, lihat saja nanti!” Serin begitu antusias sampai ia lupa kenyataan bahwa sulit sekali baginya memulai hubungan dengan seorang pria, mengingat Jihyuk adalah yang pertama baginya.
“Aish, menyebalkan sekali,” desis Serin kembali menghalau perasaan menyesalnya, sudah jelas dia tidak akan menarik kembali ucapannya dan tak mau mengharapkan Jihyuk yang meminta maaf sambil memberinya cincin berlian.
Mobil kembali melaju. Tercipta suasana tenang dan damai tak ada lagi suara kesal Serin yang terdengar karena wanita itu memilih untuk beristirahat, memejamkan mata berusaha keras untuk tidak memikirkan masalah yang diakibatkan mantan kekasihnya. Ia membatin seraya membuang napas keras, aku tidak akan pernah kembali padanya.
ΘΘΘ
Sejun sampai di rumah. Ia langsung disambut oleh kakek yang mengambil alih belanjaan, lalu meletakannya di atas meja. Kakek melihat ekspresi Sejun yang tak mengenakkan, maka ia memutuskan untuk bertanya, “Kau kenapa?”
“Hari ini aku telah bertemu dua Serin,” kata Sejun mengingat setiap kejadian yang dialaminya sesaat lalu. “Harabeoji pasti tahu akan ada banyak orang yang memiliki nama Serin, termasuk Kim Serin. Sekarang bagaimana aku bisa menemukannya?” keluhnya memegang syal, di Busan pun ia telah mengalami hal serupa mencari wanita bernama Kim Serin yang mungkin mengetahui tentangnya.
Jika tidak pun, Sejun harus membalas budi pada wanita yang telah menolongnya itu.
“Kalian bisa secara kebetulan bertemu lagi atau mungkin takdir akan mempertemukan kalian kembali,” tukas kakek mengeluarkan satu per-satu barang belanjaan dari kresek.
“Harabeoji, aku rasa aku membutuhkan beberapa pakaian, aku harus membelinya,” ujar Sejun, matanya berbinar seakan meminta sesuatu pada laki-laki berwajah keriput dengan uban di rambutnya.
“Kalau begitu belilah,” balas kakek santai.
Sepertinya ia tak mengerti dengan apa yang dimaksudkan Sejun, bahwa ia membutuhkan sesuatu yang tak dimilikinya. “Aku butuh uang untuk membelinya, apa Harabeoji bisa meminjamkan sedikit uang padaku?” tanyanya urung meminta, biar bagaimanapun ia menumpang di rumah kakek dan tak harus merepotkannya, dia mulai berpikir untuk mencari pekerjaan paruh waktu.
Suara tawa kakek yang melengking terdengar renyah. “Tunggu apakah aku menyimpan sedikit uang di sakuku,” guraunya merogoh saku celana, dan memberikan uang yang lebih dari cukup untuk membeli tiga sampai lima pasang pakaian.
“Akan aku pastikan mengembalikan uang kakek beserta bunganya,” kata Sejun tersenyum tipis. “Aku pergi dulu,” tambahnya berlari menuju pintu.
“Naiklah taksi jika kau tidak ingin tersesat!” kakek mengusulkan walau sebenarnya ia tahu betul pemuda itu tidak akan salah mengambil jalan. Ia ingat Sejun memimpin jalan untuk kembali ke stasiun, saat Sejun bilang baru pertama kali ke pusat kota.
ΘΘΘ
Sepasang kekasih duduk di halte bus, terlibat percakapan yang begitu seru. Sejun mengerling ke arah mereka, ia juga sedang menunggu bus untuk melanjutkan perjalanan pulangnya, tentu setelah membeli beberapa pakaian yang banyak mendapatkan pujian dari pelayan toko bahwa apa pun yang dikenakannya begitu cocok.
“Lihatlah wajahnya putih, mulus dan begitu cerah, apa kau tidak berpikir kalau dia cantik?” tanya wanita berkuncir dua pada kekasihnya, mengalihkan penglihatan Sejun ke sekeliling dan dia sama sekali tidak melihat ada wanita lain di halte.
Si pria menatap poster wanita yang dimaksud, tertempel di sisi halte bus, cukup besar sehingga tak mungkin ia tak melihatnya.
“Kim Serin,” mendengar nama itu disebut perhatian Sejun terfokus pada gambar yang baru diketahui keberadaannya, suara lelaki kembali terdengar. “Dia memang cantik,” katanya mendapat tatapan kecewa, ia buru-buru menambahkan, “Tapi kau jauh lebih cantik darinya,” langsung saja si wanita menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum semakin lebar.
“Busnya sudah datang!” serunya meraih lengan sang kekasih seraya berdiri, berjalan mendekati bus yang baru menghentikan lajunya tepat di depan halte.
Sejun memperhatikan wanita yang tersenyum manis dalam poster iklan, seraya menunjukkan lipstik di tangannya. Sudah pasti wanita itu seorang artis, namanya Kim Serin. Itulah kesimpulan yang diambil Sejun.
“Aku rasa bukan dia orangnya,” gelengnya pelan, kemudian berlari memasuki bus setelah pasangan kekasih itu memilih tempat duduk di sudut belakang. “Mereka terlihat sangat bahagia,” komentar Sejun melihat pasangan itu, ia pun bergegas duduk di dekat jendela menikmati perjalanan pulangnya.
ΘΘΘ
“Hati-hati!” Kim Serin melambaikan tangan menghantarkan kepergian Han Kyungmin, sampai mobil berwarna hitam itu tak terjangkau lagi oleh pandangannya.
Ia berbalik hendak memasuki rumah, tetapi kehadiran seseorang yang mendadak di hadapannya membuat ia terperanjat. “Ya ampun, mengagetkan saja!” pekik Serin hampir saja marah-marah, sebelum akhirnya teringat tentang harus menjaga sikap sebagai publik figur.
Laki-laki yang telah mengagetkannya itu malah menatap tajam ke arah Serin. Merasa pernah melihatnya, tapi di mana? Tak butuh waktu lama untuk mengingat, ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, seorang aktris yang baru ia lihat posternya terpampang di halte bus.
“Oh, Kim Serin!” katanya menunjuk-nunjuk dengan tangan penuh bingkisan belanjaan.
Siapa yang tidak tahu tentangnya, maka Serin akan merasa heran. Semua laki-laki di Korea Selatan pastilah mengenalnya dan di hadapannya ini adalah salah satu dari segelintir penggemar fanatik tersebut. Serin harus tersenyum seramah mungkin dan mengajaknya berbicara untuk sekedar basa-basi.
“Kau benar… aku memang aktris, Kim Serin, apa kau ingin meminta tanda tanganku?” ia menawarkan, berniat akan mengabulkan apa yang diinginkan fansnya.
“Tidak,” jawaban itu sama sekali tak terpikirkan oleh Serin, bahkan Sejun mengatakannya dengan mantap.
Serin juga tidak pernah mengira hari ini akan sangat menyebalkan. Mantan yang terus berulah, ditambah kemunculan fans di depan rumahnya.
ΘΘΘ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments