Selamat membaca!
Keesokan paginya, Nisa mulai terbangun saat mendengar suara alarm yang berbunyi tidak hanya sekali, tangannya meraih jam beker itu dan menyembunyikannya di bawah bantal agar suaranya tak lagi terdengar.
Saat Nisa ingin kembali memejamkan mata, tiba-tiba saja suara Bibi Mia mulai terngiang di telinganya. Wanita cantik itu segera bangkit dan melihat jam yang terpampang di dinding.
"Oh my God! Hari ini kan aku harus menggantikan Bibi Mia untuk menjaga Viona. Kenapa aku harus bangun kesiangan sih?" umpat Nisa dengan sangat kesal.
Wanita itu berlari menuju bathroom, setibanya di dalam, ia melupakan sesuatu hingga membuatnya dengan terburu-buru keluar dari bathroom untuk mengambil handuk yang tertinggal di dalam almari.
"Ada saja yang membuatku semakin telat," geram Nisa terus menggerutu.
Setelah menggenggam handuk di tangan kanannya, ia langsung mempercepat langkah kakinya menuju bathroom. Namun, nasib sial menimpa Nisa, wanita berparas cantik itu terpeleset dan jatuh dengan posisi duduk di dasar lantai bathroom.
"Auuuuu," teriak Nisa dengan keras, ketika rasa sakit mulai menjalar di seluruh tubuhnya.
"Sial, sial, sial!" Kedua tangan Nisa mengepal dan memukul-mukul lantai kamar mandi berulang kali.
Nisa pun berusaha bangkit dari posisinya sekuat tenaga, walau rasa sakit itu masih terasa dan membuatnya tertatih-tatih.
"Aku nggak boleh manja. Nisa harus kuat dan tidak boleh cengeng. Ingat apa yang dulu Ayah katakan, jika hidup ini tidak akan mudah dilewati, bila kita tidak kerja keras." Nisa coba menyemangati dirinya sendiri dengan kedua bola matanya yang sudah berkaca-kaca. Terlebih saat pesan dari ayahnya teringang di dalam ingatannya.
Wanita itu pun melanjutkan aktivitasnya secepat mungkin, demi bisa mengejar waktu untuk sampai di rumah yang menjadi tempat Bibinya bekerja.
Setelah selesai dengan semua aktivitasnya di kamar mandi. Nisa mengambil celana jeans dan blouse berwarna putih dari dalam almari lalu segera memakainya. Nisa tak ingin membuang banyak waktu, ia pun dengan cepat memasukkan alat make up-nya ke dalam tas, kemudian melangkah keluar dari kamarnya.
"Lebih baik aku make up di perjalanan saja, waktunya sudah sangat mepet. Dasar Nisa, entah sampai kapan kebiasaan burukmu akan hilang," gerutu Nisa merutuki kebiasaan buruknya.
Setelah mengunci pintu kamar, Nisa dengan setengah berlari menuju sebuah lift yang kebetulan sudah terbuka lebar. Wanita berparas cantik itu mempercepat langkah kakinya, agar tidak tertinggal lift tersebut. Namun, langkahnya yang teramat cepat membuatnya tak mampu mengontrolnya, hingga ia harus bertabrakan dengan seorang pria di depan lift.
"Ya ampun, maaf, maaf, aku tidak sengaja."
Pria yang bernama Steve itu tersenyum dingin menatap ke arah Nisa, tanpa menjawab permintaan maafnya. Nisa pun tak menghiraukan pria angkuh itu yang kini kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Dasar pria sombong!" Nisa pun masuk ke dalam lift dan segera menutup pintu lift tersebut yang hanya terisi oleh dua orang di dalamnya.
Setibanya di lobi apartemen, matanya meneliti setiap taksi yang melintas. Namun, dari tujuh taksi yang dilihat, semuanya sudah terisi oleh orang lain.
"Aduh, kemana sih, giliran dibutuhkan cepat malah susah dapat taksinya? Tapi saat tidak dibutuhkan, semua taksi malah berhenti menawarkan!" gerutu Nisa yang tak sabaran.
Di tengah kekesalannya, sebuah taksi tiba-tiba berhenti di depan lobi, lalu menurunkan seseorang yang kebetulan memang untuk datang ke apartemen ini. Nisa pun dengan cepat masuk ke dalam taksi yang saat ini sudah kosong.
"Nona, ke mana tujuan kita?" tanya sang supir dengan ramah.
"Ke Park Place Villas, nomor 69. Tolong cepat ya."
"Baik, Nona," ujar sang sopir yang kemudian memacu taksinya meninggalkan area parkiran.
Nisa memang diminta datang oleh Mia, dua jam sebelum keberangkatan majikannya ke kantor untuk memperkenalan dirinya terlebih dulu. Namun apa daya, Nisa lagi-lagi tak bisa lepas dari kebiasaan buruknya. Ia kembali bangun kesiangan, membuatnya seperti orang yang sedang kebakaran jenggot, begitu terburu-buru dan kelelahan.
Setelah melewati perjalanan selama kurang lebih satu jam, kini taksi yang Nisa tumpangi telah tiba di perumahan yang termasuk dalam kategori elite. Supir taksi pun hanya tinggal mencari nomor rumah yang menjadi tujuan Nisa untuknya berhenti.
Setibanya di depan rumah dengan nomor 69 yang menjadi tujuan Nisa. Sopir taksi itu pun menghentikan laju mobilnya.
"Nona, kita sudah sampai di tujuan," ucap sopir taksi itu dengan ramah pada Nisa yang tengah berkutat dengan ponselnya.
"Eh, iya Pak." Sekilas Nisa menatap rumah tempat bibinya bekerja itu, bertepatan dengan sebuah mobil mewah yang baru saja keluar dari gerbang rumah.
Nisa turun dengan cepat, setelah memberikan sejumlah uang pada sang sopir. Ia lalu mulai melangkah untuk masuk ke dalam gerbang. Manik matanya kini dipenuhi decak kagum, saat di hadapannya terpampang sebuah rumah yang megah dan luas, layaknya istana.
"Wow, inikah rumah majikan Bibi Mia?"
Seorang petugas keamanan yang bekerja di rumah itu mulai menghampiri Nisa. "Selamat pagi, Nona. Mau cari siapa ya daritadi sepertinya terpana melihat rumah majikan saya?"
"Eh iya, maaf Pak. Saya keponakannya Bibi Mia. Saya datang ke sini untuk menggantikan posisi Bibi Mia sementara waktu, karena beliau harus pulang ke Indonesia."
"Oh iya, dari tadi Tuan Ryan sudah menunggu Anda, tapi beliau baru saja pergi ke kantor."
"Ya ampun, sepertinya saya sudah membuat kesalahan fatal ya? Sampai membuat majikan saya menunggu lama," tanya Nisa mulai panik dengan kedua tangan yang sedang memegangi kepala, sembari meremas rambutnya.
"Pak, tolong katakan. Apa saya dipecat?" tanya Nisa lagi yang masih trauma akan pemecatan dirinya.
Petugas keamanan itu menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Nisa yang aneh.
"Bekerja saja belum, bagaimana bisa dipecat?"
"Benarkah begitu, Pak? Berarti saya bisa bekerja di sini kan?" tanya Nisa dengan antusias.
"Iya Nona, silakan masuk. Mia sudah menunggu Anda di dalam."
Nisa menahan rasa bahagianya di depan petugas keamanan itu, sambil melangkah masuk ke dalam rumah.
Bersambung ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
suharwati jeni
nisa kamu ....
2022-12-29
0
Liesdiana Malindu
Thor,,, suruh Nisa pasang alarm sebelum tidur..
gemes Aq ma author dan Nisa.🙄🙄🙄☹️
2022-11-28
0
Louisa Janis
lucu si Nisa masa belum bekerja takut di pecat
2022-08-23
0