Selamat membaca!
Setibanya di apartemen, Nisa langsung merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang. Raut wajahnya terlihat sendu karena sepanjang perjalanan ia begitu sedih dengan apa yang telah dialaminya.
"Sekarang bagaimana aku bisa membayar sewa apartemen ini," keluh Nisa merasa bingung sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya.
Saat kegelisahannya semakin menghantui, tiba-tiba dering ponselnya berbunyi memecahkan keheningan yang terasa pekat saat itu. Nisa langsung bangkit membuang rasa malasnya untuk sekedar mengintip ke arah layar ponsel yang tergeletak di atas nakas agar ia tahu siapa gerangan yang telah menghubunginya. Saat kedua matanya mulai melihat sebuah nama yang dikenalnya tertera pada layar ponselnya, Nisa pun dengan cepat meraih benda pipih miliknya, walau dengan sebuah pertanyaan yang seketika bertahta di dalam pikirannya.
"Bibi Mia, ada apa ya dia menghubungiku?" tanya Nisa yang kemudian langsung menggeser sebuah simbol telepon berwarna hijau pada layar ponselnya.
"Halo Bibi," jawab Nisa mengawali percakapannya.
"Iya halo, gimana keadaan kamu, Nisa? tanya Mia pada ponakannya yang sudah ia rawat dari sejak Nisa masih balita.
"Tidak baik Bi, aku habis dipecat tadi pagi. Padahal proyek yang aku sedang kerjakan sudah approve oleh pihak perusahaan yang ingin menjalin kerjasama dengan tempatku bekerja, tapi pada akhirnya karena kebiasaanku yang tidak disiplin karena bangun kesiangan jadi membuat aku harus kehilangan proyek dan juga pekerjaanku," keluh Nisa sambil mendengus kesal.
"Bibi turut sedih mendengarnya, tapi kebetulan jika kamu tidak sedang bekerja, Bibi ingin minta tolong sama kamu untuk menggantikan Bibi sebagai baby sitter selama Bibi pulang ke Indonesia. Apakah kamu bersedia?" ungkap Mia diakhiri sebuah pertanyaan yang membuat Nisa seketika berpikir untuk memberikan jawaban apa kepada sang bibi.
Nisa pun masih terlihat mempertimbangkan segala sesuatunya, hingga membuat Mia kembali mengulang pertanyaannya lagi, ketika mendapati keponakannya hanya diam tanpa memberi jawaban atas apa yang ditanyakannya.
"Gimana Nisa? Masa kamu tidak ingin menolong Bibi?" tanya Mia dengan nada memaksa.
"Lagipula aku 'kan sedang tidak ada pekerjaan, ya tidak apa-apa juga kalau aku menerima tawaran Bibi," batin Nisa memutuskan.
"Ya sudah Bi, aku bisa."
Mia pun sangat senang mendengarnya, itu artinya ia bisa leluasa ketika kembali ke Indonesia, untuk mengurus suaminya yang sedang sakit.
Namun, bagi Nisa sendiri ini merupakan pengalaman pertamanya, menjadi seorang baby sitter. Walau begitu wanita berparas cantik itu, sangat antusias untuk menjalani aktivitas barunya. Terlebih setelah Nisa teringat akan apa yang pernah Mia ceritakan padanya tentang kebaikan hati Ryan dan kelucuan Viona, gadis kecil yang akan dijaganya.
***
Di ruang meeting sebuah perusahaan besar yang bernama Troy Corporate, Ryan tampak duduk di kursi kebesarannya dengan beberapa staf kepercayaannya. Saat ini ia sedang melihat dengan seksama persentasi yang dijabarkan oleh Stella, seorang karyawan yang menggantikan Nisa dalam proyek kerja sama dengan perusahaan Edward. Namun, Ryan tak begitu menyukai apa yang Stella sampaikan mengenai proyek yang akan mereka jalani. Baginya persentase Nisa terdengar lebih detail dan mudah untuk dimengerti olehnya.
"Kenapa wanita itu tidak memimpin meeting ini? Padahal caranya mempersentasikan program kerjanya sangat mengesankan, saat aku lihat di video yang Edward kirimkan. Sepertinya aku harus menunda penandatanganan proyek kerjasama ini," batin Ryan mendengus kesal.
Ryan pun bangkit dari kursinya, lalu pergi begitu saja meninggalkan ruang meeting, walau saat itu meeting belum selesai sepenuhnya.
Setiba di ruangannya, duda tampan itu mengambil ponsel dari saku jasnya dan mulai menghubungi Edward. Ryan ingin mengutarakan protes atas perubahan tim yang dikirim oleh temannya itu untuk menangani proyek kerjasama yang telah ia setujui. Sebuah tim yang tidak lagi berada di bawah tanggung jawab Nisa.
Tak butuh waktu lama Edward pun menjawab panggilan telepon dari Ryan.
"Iya halo Tuan Ryan, bagaimana hasil meetingnya apa semua lancar?" tanya Edward dari seberang sana.
"Maaf Tuan Edward sepertinya saya menunda untuk menanda tangani kontrak kerjasama kita. Saya kecewa karena Anda dengan seenaknya mengganti penanggung jawab proyek ini, padahal yang saya lihat di persentase dari video yang dikirim ke email saya, wanita itu sudah bagus dan lebih kompeten dalam menjabarkan persentasenya, tapi kenapa yang datang ke meeting kali ini berbeda dengan wanita yang saya lihat di video kemarin," ucap Ryan diakhiri sebuah pertanyaan yang terdengar sangat ketus.
Edward pun terdiam sejenak. Ia tidak sampai berpikir sejauh itu, bila ternyata Ryan menginginkan Nisa yang tetap memimpin proyek kerjasama itu.
"Maaf Tuan, tapi saya telah memecat wanita yang bernama Nisa itu tadi pagi."
Ryan semakin geram dengan jawaban yang terlontar dari mulut pria paruh baya itu. Ia pun dengan sepihak langsung menutup sambungan telepon itu dan melempar ponsel itu begitu saja di atas meja kerjanya.
"Bodoh tua bangka itu, padahal dia sudah memiliki pekerja yang handal dan bertalenta tapi malah dipecat," gerutu Ryan sambil memijat dahinya perlahan untuk mengurangi rasa pusing yang berkutat di kepalanya.
Tiba-tiba terlintas dalam pikiran Ryan akan sesuatu yang membuat kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
"Kalau Edward membuang Nisa, lebih baik aku tawarkan dia untuk menjadi sekretarisku saja, kebetulan Diana baru saja resign kerja karena kandungannya semakin membesar." Ryan seketika langsung mengambil kembali ponselnya dan terlihat sedang menghubungi seseorang.
Tanpa Ryan sadari perkataannya itu ternyata didengar oleh seseorang yang sebenarnya hendak masuk ke dalam ruangannya. Namun, wanita itu memutuskan untuk menundanya dan memilih untuk kembali ke tempatnya bekerja.
Bersambung ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ma'roep Demier
hajar Thor
2022-04-27
0
Ma'roep Demier
semangat Thor
2022-04-26
0
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Eeeh siapa tuh yang nguping 🤔🤔
2022-04-22
0