Selamat membaca!
Pagi dengan sinar matahari yang mulai menyelinap masuk, melalui celah-celah jendela kamar Nisa yang masih terlelap dalam tidurnya.
Tiba-tiba bunyi alarm pada ponsel Nisa berbunyi dengan keras, memekikkan telinga Nisa yang seketika langsung bangkit dari posisi tidurnya.
"Ya ampun jam berapa ini?" Nisa dengan terburu-buru menyambar ponsel yang tergeletak di atas nakas, lalu ia melihat waktu pada layar ponsel itu.
Nisa terperanjat kaget saat waktu sudah menunjukkan pukul 08.00, itu artinya ia hari ini sudah benar-benar terlambat untuk pergi bekerja.
"Lagi dan lagi aku telat!" Nisa mempercepat langkahnya untuk menuju ke dalam kamar mandi, sambil menepuk dahinya dengan keras.
Setelah terburu-buru dan kelihatan kalang kabut, akhirnya Nisa sudah selesai merapikan dirinya dan langsung bergegas menuju keluar kamarnya.
Nisa tinggal di sebuah apartemen yang terletak di kota Birmingham, dari tempatnya tinggal ia hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 10 menit untuk sampai di kantor tempatnya bekerja. Namun, karena itulah Nisa jadi sering datang terlambat.
Nisa kini sudah tiba di depan lobi kantor dan baru saja dirinya masuk, sepasang mata sudah memerhatikan gerak-geriknya saat hendak memasuki lobi.
"Nona Nisa, telat terus. Itu tadi dicariin Tuan Edward," ucap petugas keamanan kantor.
"Iya maaf, ini kebiasaan alarm satu sampai sepuluh kali bunyi kelewatan semua," keluh Nisa sambil mengesah kasar.
"Sudah Non, buruan! Nanti Tuan Edward keluar tanduknya, lho!"
Nisa bergedik ngeri, saat mendengar ucapan dari petugas keamanan itu, ia pun langsung mempercepat langkah kakinya dan menuju sebuah lift yang terletak di sudut lobi.
Setibanya di depan lift, Nisa tanpa membuang waktu langsung memasuki lift yang kebetulan terbuka saat dirinya baru saja tiba. Setelah lift berhenti di lantai 5, pintu lift pun mulai terbuka dan Nisa dengan cepat melangkah keluar dari lift untuk menuju ruangannya. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika di lorong kantor menuju ruangannya, ia melihat Edward sedang bercengkrama dengan Morgan salah satu karyawan yang berada di departemen yang sama dengannya. Sadar bahwa dirinya tak boleh ketahuan datang terlambat oleh atasannya, Nisa pun melangkah dengan mengendap-endap, agar kehadirannya tak diketahui oleh Edward yang saat ini tengah memunggunginya.
Nisa menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, untuk meminta pada Morgan yang saat ini melihat ke arahnya, agar tak memberitahu keberadaannya yang sedang melintas di belakang Edward.
Edward adalah atasan di kantor tempat Nisa bekerja. Ia terkenal killer dan tak segan-segan menghukum karyawannya jika melakukan kesalahan. Terlebih jika ada karyawannya yang datang terlambat. Walau terasa sangat tegang, akhirnya kini Nisa sudah berhasil melewati Morgan dan Edward. Namun, saat ia hendak masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba suara dehaman membuat langkahnya terhenti seketika.
Perlahan Nisa menoleh sambil melepas genggaman tangannya yang sudah berada di handle pintu ruangannya. Nisa pun tercekat kaget, saat melihat Edward dengan rahang yang mengeras mulai mendekat ke arahnya.
"Mati aku. Kali ini pasti aku akan dipecat. Ini sudah ke 10 kalinya aku terlambat datang ke kantor," batin Nisa yang dibalut rasa gugup, hingga membuat peluh mulai membasahi keningnya.
Nisa semakin sulit menelan salivanya sendiri. Kedua kakinya sampai gemetar dengan reaksi wajah Edward yang seakan-akan ingin menumpahkan amarah yang mungkin saja sudah memuncak di dalam pikirannya.
Saat pria itu sudah berada tepat di hadapan Nisa, kedua matanya langsung menatap wajah karyawannya itu dengan sorot matanya yang tajam. Sorot mata yang membuat rasa takut dalam diri Nisa kian membuncah dan ia pun sudah bersiap untuk menerima kemarahan dari atasannya itu. Nisa memang sangat mengenal sosok atasannya yang sangat tegas dalam menerapkan aturan-aturan di perusahaannya.
"Game over, Nisa. Setelah ini kamu tidak akan punya pekerjaan lagi dan menjadi pengangguran untuk kesekian kalinya, karena kebiasaan burukmu yang selalu bangun kesiangan!" batin Nisa terus merutuki dirinya sendiri.
Tiba-tiba sorot mata yang tajam itu berubah teduh dengan senyuman yang mulai mengembang dari kedua sudut bibir pria paruh baya itu. "Selamat ya Nisa, berkat team yang kamu pimpin, kini kita sudah menjalin kerjasama dengan Troy Corporate dan Tuan Ryan sebagai pimpinan perusahaan di sana ingin menemuimu untuk membicarakan langkah ke depannya. Selamat sekali lagi ya, Nisa, saya bangga dengan kinerjamu."
Nisa menghela napasnya dengan kasar. Dada yang terasa mencengkram seakan kini sudah terlepas, hingga membuatnya dapat bernapas dengan lega.
"Terima kasih ya, Tuan. Kalau begitu saya masuk ke dalam dulu ya."
Edward tiba-tiba saja membuka lengan jasnya, lalu melihat waktu pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Jam 09.00."
Edward berdeham keras. Lagi-lagi langkah Nisa terhenti diambang pintu dengan wajah yang sudah memucat.
"Nisa, tunggu Nisa!" panggil Edward sambil menggelengkan kepalanya.
"Iya Tuan, ada apa lagi memanggilku?" tanya Nisa dengan terbata dan pura-pura tidak mengetahui kesalahannya.
"Baru saja saya bangga kepadamu! Tapi ternyata kamu lagi dan lagi mengulangi kesalahanmu. Ini sudah jam 9, Nisa!"
"Iya maaf Tuan, saya janji tidak akan terlambat lagi."
"Sudahlah, sepertinya proyek ini akan saya alihkan kepada Stella saja dan kamu saya pecat, tapi saya berbaik hati masih akan membayar gajimu bulan ini, walaupun kamu kerja belum penuh sebulan."
"Tapi Tuan, saya mohon jangan pecat saya," pinta Nisa mengharap iba dari atasannya.
"Sudahlah! Kamu bisa berkemas dan segera pergi meninggalkan ruangan ini," ucap Edward dengan tegas, lalu meninggalkan Nisa begitu saja dengan perasaannya yang sedih.
Nisa pun hanya bisa pasrah menerima keputusan atasannya. Ia kini tertunduk dan merasa sangat bodoh karena untuk kesekian kalinya, ia harus kehilangan pekerjaan dengan alasan yang sama, yaitu terlambat datang ke kantor.
"Sekarang aku harus kerja apa lagi? Mana mencari pekerjaan di kota ini susah sekali! Ah, kapan sih kebiasaan burukku yang selalu bangun kesiangan ini hilang? Kapan aku bisa bangun tepat waktu agar nasib pekerjaanku tidak selalu berakhir seperti ini!" keluh Nisa sambil melangkah masuk ke dalam ruangannya untuk mulai berkemas.
Bersambung✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
❣@Sha_Putrie❣
kehilangan untuk mendapatkan yg lebih baik
2023-01-17
0
Liesdiana Malindu
meskipun mengantuk dan susah bangun pagi,, kalau alarm sudah bunyi aq pasti terbangun juga, apa bisa gak pernah pake alarm ya? sampai segitu parahnya hingga sering di pecat hanya gara2 bangun kesiangan. penyakit saja bisa di sembuhkan apalagi hanya kebiasaan,,jadi AQ rasa ini hanya akal2an author saja 🙄🙄
2022-11-28
0
Neni Anggraini
gebluk amat bangun k siangan mule... emang klo mlm jd hansip neng nisa... 😁😁
2022-06-13
0