Selamat membaca!
Nisa semakin menikmati permainan Ryan. Namun, beberapa kali ia mendengar Ryan terus menyebut nama Bella yang membuatnya mulai merasa risih dan birahinya pun seketika mereda.
"Maaf Tuan, sebaiknya ini tidak usah kita teruskan. Lagipula aku bukan Bella." Nisa bangkit dari posisi duduknya, sambil meraih kemeja panjang dan langsung mengenakannya untuk menutupi tubuh indahnya.
"Maafkan aku Nisa. Aku memang sangat merindukan Bella, istriku. Kamu itu sangat mirip dengannya, bahkan dari ukuran dadamu saja itu persis seperti milik Bella."
Nisa semakin geram mendengarnya disamakan oleh sosok Bella yang ia tidak kenal. Nisa pun menajamkan sorot matanya menatap ke arah Ryan yang masih duduk di atas sofa.
"Lebih baik Anda pergi, Tuan! Sebelum aku meminta petugas keamanan membawamu dengan paksa," kecam Nisa dengan kedua alis yang saling bertaut.
Ryan akhirnya menuruti apa yang Nisa perintahkan padanya. Ia pun berlalu dengan rasa bersalah yang tampak jelas di wajahnya.
"Maafkan aku Nisa. Aku telah kurang ajar padamu, tapi sungguh aku melakukan semua ini murni, karena kamu itu sangat mirip dengan mantan istriku yang bernama Bella."
"Aku tidak ingin dengar alasanmu Tuan. Sebaiknya kamu pergi dari sini!" titah Nisa dengan suara yang lebih lantang dari sebelumnya.
Ryan akhirnya keluar dari kamar Bisa, tanpa berkata apapun lagi. Ia sungguh menyesali apa yang telah diperbuatnya. Mungkin karena rasa rindunya terhadap Bella, membuatnya sangat sulit mengontrol hasrat yang sudah sejak lama terpendam dalam hatinya.
"Bodoh! Kenapa aku berani sekurang ajar itu terhadap wanita yang baru saja aku temui?" batin Ryan menyesali semua yang telah ia lakukan.
Nisa langsung menutup pintu dengan keras dan menguncinya rapat-rapat. Ia kembali melangkah menuju ranjang untuk merebahkan tubuhnya yang masih meninggalkan aroma khas dari pria yang baru saja diusirnya dengan paksa.
"Sial... Tidak seharusnya aku mengiyakan ajakannya untuk melakukan hal seperti tadi. Kalau sudah seperti ini, aku yang rugi karena dia telah menyentuh-nyentuh tubuhku!"
Nisa meremas rambut panjangnya dengan kesal, ia menyesal dengan kejadian yang baru saja dilaluinya.
"Bodoh! Kamu bodoh, Nisa!" Berulang kali gadis itu terus merutuki kebodohannya sendiri.
"Kenapa aku bisa bersikap murahan seperti tadi? Pasti laki-laki tadi berpikir aku ini sangat gampangan. Ah, kalau seperti ini lebih baik aku batalkan tawaran darinya untuk bekerja di perusahaannya. Aku malu dan aku tidak ingin bertemu lagi dengannya."
Nisa bangkit dari posisinya dan duduk di tepi ranjang. Ia mencium aroma Ryan yang masih tertinggal menempel di tubuhnya.
"Ah, kenapa sih baunya nggak hilang-hilang!" umpat Nisa dengan kesal.
"Mungkin aku harus mandi, biar bau yang menyebalkan ini bisa hilang dari tubuhku!" Nisa pun bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Kedua tangan Nisa segera melepas kemeja yang menutupi tubuhnya, lalu ia mengisi bathub dengan air hangat dan beberapa tetes sabun cair beraroma bunga mawar untuknya berendam.
Setelah air terisi hingga setengah bathub, Nisa segera masuk ke dalamnya dan berendam sembari mengusap seluruh tubuhnya.
"Sepertinya besok aku akan mengambil tawaran dari Bibi Mia saja, daripada harus menjadi sekretaris dari laki-laki mesum tadi."
Nisa akhirnya sudah mantap memutuskan untuk menolak tawaran yang menggiurkan dari Ryan. Walau sebenarnya takdir akan terus mengantarkannya untuk terus dekat dengan seorang Ryan Brawster.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Berikan komentar kalian ya.
Terima kasih banyak.
Mampir juga ke judul saya yang lain :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ramayani Carsi
sama aja nisaa. karna buk Mia kerja dirumah bapak Ryan.
2022-11-28
0
Lintang Abiyasa
keluar dari kandang buaya, masuk kandang singa
😅😅😅😅
2022-09-21
0
Andini Muulanaa
bukn bisa
2022-09-10
0