...SCARED TO BE LONELY...
...(TAKUT UNTUK JADI KESEPIAN)...
...●...
...●...
...●...
DANIAL menatap dengan ngeri penjuru kamarnya yang telah dibungkus cahaya setelah ia menekan saklar di tembok. Menilik ke bawah ranjang tiba-tiba bulu kuduknya meremang membayangkan sosok yang semalam menarik kakinya.
Seperti betah di ingatannya, adegan itu terus terulang membuat mukanya jadi kelihatan pucat.
Dalam diamnya Danial menyadari sosok bayangan hitam lewat di depannya seperti sebuah kilat. Tak lama setelah bayangan itu datang, di sudut kamarnya pun terlihat sosok perempuan berambut panjang dengan pakaian putih menjuntai. Danial memperhatikan lekat sosok tersebut mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, satu hal yang pasti bahwa sosok itu tak sampai ke lantai alias menjuntai.
"P-PE-PER-GI DARI SINI!" ucap Danial dengan suara bergetar berusaha melawan rasa takut yang menyerang tubuhnya.
Ajaib. Seperti mendengarkan apa yang dititahkan oleh Danial barusan membuat sosok itu lenyap dalam hitungan detik.
Meskipun dengan kenyataan sosok itu telah lenyap, tetapi Danial masih merasa was-was takutnya sosok lain muncul membuat jantungnya copot.
"Gue gak mau tidur di kamar ini," Danial bergidik. Cepat sekali kakinya melangkah untuk mengambil selimutnya dari atas ranjang. Dan setelah mengambil kain tersebut, Danial pun buru-buru keluar tak lupa menutup pintu kamarnya.
"Ya kali gue harus tidur barengan sama hantu," gumam Danial di depan tangga, "Emang gue cowok apaan," lanjutnya mulai mempercepat langkahnya menyisiri anak tangga.
Kali pertama Danial merasa risih dengan adanya tangga yang menghubungkan lantai dua ke lantai dasar. Rasanya ia akan melompat saja ke lantai dasar saking takutnya diikuti oleh makhluk tak kasat mata yang mendiami kamarnya.
"Pah," Danial mengetuk pintu kamar milik orangtuanya dengan kasar. Tidak bermaksud bertingkah kurang sopan, Danial hanya kelewat takut.
Perasaan takutnya membuat Danial tersentak kaget hanya karena mendengar derit suara pintu ketika Wira membuka pintu kamar.
"Kenapa?" salah satu tangan Wira menempel pada gagang pintu, sementara tangan satunya lagi sedang memasang kancing piyamanya.
"Danial tidur di kamar ini ya," pintanya enteng dengan muka memelas.
Wira memperbaiki posisi kacamatanya, diperhatikannya putra sulungnya dengan mata menyipit.
"Memang kenapa di kamar kamu?"
"Ada hantunya Pah," ceplos Danial.
"Ngaco kamu."
"Serius Pah. Danial tidur di sini dulu ya malam ini!" Danial hendak masuk ke kamar, namun pergerakan Wira tak kalah cepat menghalanginya dengan merentangkan tangan sehingga akses Danial untuk masuk jadi terputus.
"Gak boleh," ujar Wira dengan nada tegas.
"Loh kenapa?" heran Danial,
"Papa lagi ada project sama mama kamu."
"Project apaan Pah,"
"Udah ah jangan banyak tanya, intinya papa lagi bikinin adek buat kamu dan Davina."
Belum sempat menjawab ucapan ayahnya, namun pintu telah ditutup dari dalam.
Masa iya sih gue balik lagi ke kamar. pikir Danial menimbang-nimbang.
Masih ada satu harapan lagi, kamar Davina.
Mengurungkan langkah menuju anak tangga Danial kembali memutar badan. Kali ini ia mengunjungi kamar yang jaraknya tak jauh dari kamar milik ayah dan ibunya.
"Akh- " Danial hampir memekik. Sosok dibalik pintu yang sempat dikiranya sebagai hantu ternyata adiknya sendiri yang sedang menggunakan masker pencerah wajah. Untungnya Danial belum sempat memekik heboh yang bisa berdampak pada terganggunya indra pendengaran penghuni rumahnya.
"Kakak ngapain di kamar Davina malam-malam kek gini?" Davina tentu saja bingung saat membuka pintu kamarnya dan mendapati Danial memasang tampang kasihan sambil memeluk kain tebal yang diyakini Davina sebagai selimut.
Davina menguap lalu menyumpal mulutnya dengan telapaknya. Dia sudah bersiap tidur ketika indra pendengarannya diganggu oleh suara ketukan pintu.
"Kakak numpang di kamar lo ya!" tidak butuh jawaban atas pertanyaannya Danial masuk ke kamar Davina dan langsung membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Emang kenapa di kamarnya kakak?"
"Gapapa, pengin di sini aja," Danial memaksakan senyum. Menyembunyikan ketakutannya akan sosok hantu jika memilih tidur di kamarnya.
"Ya sudah kalau Kakak pengin tidur di sini silakan, nanti biar Vina yang tidur di kamar Kakak."
"Jangan!" tolak Danial.
"Kenapa emangnya?" bingung Davina memberi tatapan penuh selidik.
"Lo di sini aja temenin Kakak," ucap Danial santai menyembunyikan fakta kalau dia sebenarnya takut tidur sendirian.
...●●●●●...
BESOKNYA Danial terbangun di kamar bernuansa merah muda. Di sekelilingnya ada banyak sekali boneka yang tentu saja bukan miliknya. Selain boneka, di ruangan kecil itu juga terdapat banyak sekali throphy yang didapatkan oleh Davina.
Bosan berbaring terus, kini Danial mendudukkan tubuhnya seraya menyender. "Kenapa tidur di bawah?" tanyanya kepada Davina yang baru saja terbangun dari tidurnya. Alih-alih tidur di sebelah sang kakak, gadis itu justru mengalas karpet tebal tepat di sebelah ranjang.
Dengan ranjang berukuran king size, bahkan tiga orang pun muat. Kenapa Davina memilih tidur di bawah?
"Semalam Vina puas ditabok sama Kakak," jelas Vina. Gadis itu lalu mengangkat poni sehingga tampaklah memar di bagian dahinya.
"Serius?"
"Gara-gara ditabok, Vina jadi pindah ke bawah. Takutnya kalau Vina tidur di dekat Kakak besoknya langsung di lariin ke UGD karena patah tulang."
Tidak ada kata maaf, hanya seringaian lebar yang diperlihatkan oleh Danial.
"Ngomong-ngomong kenapa semalam kakak milih tidur di sini?" Davina sebenarnya ingin menanyakan hal ini semalam, tapi Danial terus mengabaikannya. Pikirnya sekarang momennya sudah pas untuk kembali menanyakannya.
Melihat Danial yang masih membungkam membuat Davina kembali angkat suara, "Apa ada kaitannya sama sosok yang kakak liat di ruang tamu?" terka Davina. Beberapa hari terakhir Davina juga kepikiran tentang itu, aneh sekali karena Danial begitu yakin melihatnya duduk berseberangan dengan sosok gadis.
Alih-alih mematahkan asumsi sang adik, Danial justru memilih membungkam.
Davina menghela singkat mencoba bersabar menghadapi tingkah kakaknya.
Lama-lama berdiri membuat energi Davina terkuras, berhubung rasa keingintahuannya masih tinggi membuat gadis itu memilih mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang. "Davina perhatiin semenjak Kakak abis kecelakaan tingkah kakak tuh kayak agak aneh."
"Aneh? Maksudnya?"
"Aneh aja," jawab Davina, "Apa jangan-jangan karena mata itu, Kakak jadi bisa liat makhluk halus," asumsi Davina mulai berlebihan.
Bukannya mau mematahkan asumsi sang adik. Tapi kalau dipikir, ungkapan Davina barusan emang logis sih! Sebelum kecalakaan Danial tak pernah sekalipun berjumpa dengan sosok yang asalnya dari dimensi lain.
...~To be Continued~...
...●●●●●...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sucie Sucie
seneng dech bacanya cerita nya walaupun serem tapi kocak aq bacanya sampek ketawa2...
2021-02-21
1
Su-al Karepe Dewe
saran aja thor. acuh itu cuek, jd kalo kata tidak mengacuhkan hantu,berati sama aja memperhatikan dong? padahal kan si aurel pura2 gk lihat,ato gk merhatiin
2020-12-10
0