...●...
...●...
...●...
AURELIA STEPHANIE AKASH memekik tertahan ketika dikagetkan oleh sosok anak kecil ketika ia lagi mencari bukunya di kolong ranjang. Kemungkinan terbesar buku itu tak sengaja jatuh ketika Aurel menyimpan benda tersebut di meja belajar semalam.
Berusaha tidak acuh kepada sosok menyeramkan itu Aurel bangkit dari posisi jongkoknya bersama buku yang sedari tadi ia cari.
"Eh setan," kaget Aurel ketika sosok bayangan hitam secepat kilat lewat di depannya. "Awas ya, kalian!" ancam Aurel, "Untung hantu, kalo kalian manusia udah gue geprek pala lo," Aurel mendengus kesal.
Aurel memperbaiki hela napasnya. Dia juga sempat meneguk ludah.
"Lo pade gak ada kerjaan lain selain gangguin gue ya?" sebal Aurel tentu saja ditujukan kepada makhluk tak kasat mata di kamarnya, "Gak malam, gak siang, sama aja kerjaannya." lanjut Aurel dengan suara menggelegar.
Tok...Tok...Tok...
"Masuk!"
Ketika menoleh Aurel melihat pergerakan di gagang pintu kamarnya, tak lama berselang muncullah sosok pria menyebalkan, "Udah gila lo ya!" Nakula alias kakak kandungnya datang-datang dan langsung melabelinya sudah gila.
Tentu saja Aurel marah dilabeli demikian, "Lo kali yang gila," sengit gadis itu.
"Idih, lo aja sono yang gila bicara sama diri sendiri."
"Gue bicara sama hantu ya!" Aurel mengucap penuh penegasan, takutnya sang kakak lupa dengan kebiasaan aneh adik kandungnya.
"Mana hantunya?" dengan pongahnya Nakula membusungkan dadanya sok berani. Sementara itu matanya berputar melihat seisi ruangan.
"Guys kakak gue pengen ketemu kalian!" teriak Aurel sambil mengederkan pandangan ke segala penjuru kamarnya.
Nakula panik sendiri, maksud perkataannya tadi hanyalah guyonan semata, tetapi Aurel malah serius menanggapinya. "Ah elah, becanda doang adekku sayang."
"Makanya jangan sok-sokan jadi manusia!" cibir Aurel mencebik ke arah sang kakak.
"Hehehe. O ya, lo dicariin mama noh, katanya sarapan udah siap."
"Kakak duluan aja."
Bukannya langsung bergegas turun, Nakula malah diam memperhatikan kamar Aurel seperti sedang mencari sesuatu. "Rel, bilangin ya sama teman-teman lo! Gue gak ada niatan untuk ketemu mereka," Nakula memberi gestur ngeri dengan mengedikkan kedua bahunya secara serempak.
"Iya, iya," sahut Aurel.
Aurel segera mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang. Memang tidak mudah menjalani hidup berdampingan dengan makhluk dari dimensi yang berbeda. Ya... faktanya gadis cantik itu adalah seorang indigo yang sudah pasti jadi langganan dari para hantu.
Gak di sekolah, di rumah, bahkan di kamarpun ia kerap menjumpai sosok menyeramkan tersebut. Kadang ada yang mukanya masih wajar namun tak jarang ia bertatap muka dengan hantu yang mukanya hancur tak ketulungan.
Hantu dan Aurel sudah jadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Rasanya dalam rentan waktu sehari gak afdol kalau Aurel tak bertemu dengan mereka.
...●●●●●...
AUREL meneguk lanjut menyimpan gelas berisikan susu cokelat hangat buatan mamanya kembali ke meja makan. Dengan selembar tisu ia mengelap sisa-sisa cairan di sudut bibirnya.
Di meja makan hanya ada dia dan Nakula. Ayahnya sudah berangkat pagi-pagi sekali karena ada urusan kantor, sementara sang mama sedang di ruang keluarga lagi ngangkat telepon entah dari siapa.
"Gimana kuliahnya, lancar?" Aurel mengajukan pertanyaan kepada Nakula yang lagi sibuk mengunyah roti buatan mamanya.
"Ho-oh," sahut Nakula singkat. Mulut penuh dengan roti menyulitkannya untuk menjawab panjang kali lebar.
"Rel, kamu udah denger kabar gak?" celetuk mama yang menghampiri kedua anaknya di meja makan.
Aurel menoleh mengadu matanya dengan sang mama.
"Kabar apa Ma, kok kayak panik gitu?" Melihat gelagat mamanya dilanda kepanikan membuat Aurel menanyakannya.
"Papa kamu nelpon dari kantor,"
"Terus Papa bilang apa?" potong Nakula.
"Anaknya Wirawan kecelakaan," lanjut sang mama.
Sementara Aurel berpikir, Nakula justru menyambung ucapan mamanya, "Yang mana Ma? Soalnya setahu Nakula Om Wirawan punya dua anak."
"Yang cowok," ucap mama.
"Danial?" setelah membungkam cukup lama, kini Aurel angkat suara menyebutkan nama itu.
Aurel mengabaikan orang-orang yang ada di meja makan bersamanya. Dan ya, dia juga tidak tahu harus berekspresi bagaimana. Ayah Aurel dan ayah Danial memang akrab sejak jaman kuliah, tetapi Aurel dan Danial lebih cocok digambarkan sebagai kucing dan tikus yang hobi mencelah satu sama lain.
Bagi Aurel, Danial adalah manusia yang paling menyebalkan. Dia bahkan menuduh Aurel berpura-pura jadi indigo semata-mata hanya untuk mendapatkan perhatian dari teman kelas yang lain. Padahal bukan begitu kenyataannya.
Tetapi balik lagi, walau bagaimanapun Danial adalah teman sekelas sekaligus anak dari teman baik ayahnya. Mengenyampingkan sikap menyebalkannya, Aurel tetap berempati kepada Danial.
"Terus gimana keadaan Danial?" tanya Aurel lebih lanjut.
"C-Cie," Nakula menyikut lengan adiknya, "Udah mulai ada rasa ya sama musuh bebuyutan," lanjut Nakula.
Bukan rahasia lagi, keakraban dari Wira dan ayah Aurel membuat kedua belah pihak saling mengenal satu sama lain.
"Apaan sih, siapa juga yang naruh perasaan sama cowok tengil kek dia," jawab Aurel.
"Katanya kondisinya cukup parah, sampai di operasi gitu," apa yang dikatakan oleh mama barusan membungkam Nakula dan Aurel. Tidak ada lagi adegan saling menggoda seperti sebelumnya karena kedua manusia itu sedang menampilkan raut kaget dengan penegasan berupa mata dan bibir membentuk lingkaran. Baik Aurel maupun Nakula tak mengira jika kondisi Danial akan separah itu.
"Nakula anterin adik kamu ya ke sekolah!" suruh mama, segera mendapat anggukan dari Nakula. "Mama mau siap-siap dulu ke rumah sakit."
...~To be Continued~...
...●●●●●...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
gk punya nama
jadi kngn nakulanya maha barata
2021-03-05
1