...BACK TO SCHOOL...
...(KEMBALI KE SEKOLAH)...
...●...
...●...
...●...
"CIUM DULU TANGAN KAKAKNYA!" Aurel yang sebenarnya hendak membuka pintu mobil terpaksa berbalik lagi kepada figur yang mengantarnya ke tempat ini. Tidak mau lama-lama membuat Nakula menggantung tangannya ke udara membuat Aurel segera meraih dan mencium punggung tangannya.
"Nah gitu dong, sukur-sukur sebagai bentuk terima kasih karena kakak udah bela-belain nganter kamu ke sekolah."
"Iya bawel," ucap Aurel mengintimidasi lanjut merapikan rambutnya.
"Kagak usah dirapiin segala rambutnya, sadar diri sama status jomblonya," goda Nakula.
"Ih kakak kalau ngomong tajamnya sampe nusuk ke tulang-tulang," sebal Aurel.
"Maaf adikku sayang," ujar Nakula melihat adik kesayangannya bersungut kesal seraya mengerucutkan bibir.
"Tau ah," balas Aurel semakin kesal.
Aurel membuka pintu mobil lalu turun. Langkahnya pendek-pendek setelah lebih dulu membiarkan mobil kakaknya melesat pergi membelah jalan raya.
Bagi orang normal, SMA Angkasa Raya bukan tipe sekolah yang memiliki tampilan menyeramkan. Sebaliknya sekolah itu memiliki tampilan mewah yang jauh dari kata menyeramkan.
Sayangnya hal itu tidak berlaku bagi segelintir orang yang memiliki sixth sense seperti halnya Aurel. Apalagi lorong yang menghubungkan lobby menuju lantai dua. Di sana berderet hantu-hantu yang memiliki tampilan menyeramkan.
Seperti sudah jadi kebiasaan, rasanya tak afdol jika Aurel tak memasang earphone ke telinganya. Selain membuatnya nyaman, hal itu juga sebagai penawar agar perhatiannya tak fokus pada mereka yang datang dari dimensi lain.
Satu persatu hantu dilewatinya. Meski beberapa ada yang ikut membuntutinya sampai di kelas.
"Menjauh dari gue!" Aurel membalikkan badannya menatap salah satu hantu yang membuntutinya. Setiap kali ia melakukan itu maka hantu-hantu pun lenyap dari hadapannya.
"Rel!" tepukan di bahunya membuat Aurel berjingkat kaget.
"DANIAL! LO BIKIN GUE KAGET GILA!" kedua telapak tangan milik Aurel berakhir menyentuh kedua lututnya, dia benar-benar tak mengira akan bertemu seseorang dijam segini. Masih jam enam, biasanya dialah orang pertama yang masuk ke kelas.
Tidak perlu menunggu permintaan maaf dari dia, karena kata itu tidak pernah ada dalam kamus seorang Danial.
"Lo bicara sama siapa sebelumnya," Danial celingak-celinguk tapi dia tidak menemukan satu orangpun selain gadis itu di sepanjang koridor ini.
Aurel yang tadinya setengah berbungkuk mulai bergerak mengembalikan posisinya jadi tegak. Tatapannya lurus kepada pria pemilik alis tebal di hadapannya.
"Lo salah denger kali, gue gak bicara sama siapa-siapa kok," Aurel memutuskan untuk melanjutkan langkah menuju kelas yang jaraknya sudah cukup dekat dari posisinya saat itu.
"Gue gak akan lepasin lo, kalo lo belum jawab pertanyaan gue!" ancam Danial. Tak hanya dengan suara, pria itu juga mencekal tangan milik Aurel. Danial selalunya tak main-main dengan ucapannya, itulah yang diketahui Aurel.
Aurel mengembuskan napas ringan, "Kalau gue jawabnya hantu, lo bisa percaya?"
Danial tidak punya alasan lagi tuk berlama-lama menahan tangan milik Aurel. Lagi-lagi masalah hantu. Sepertinya hantu sudah jadi makanan sehari-hari gadis itu.
"Lepasin gue!" pinta Aurel sambil menarik tangannya sampai terlepas dari kurungan Danial.
Tidak menyerah Danial membuntuti Aurel sampai ke kelas. Melihat gadis itu duduk membuat Danial turut serta melakukan hal sama dengan duduk di sebelahnya.
"Ngapain lo ikutan duduk di sebelah gue?" protes Aurel.
"Lo udah lupa? Sebelum sakit kan gue emang duduk di sebelah lo gila," Danial tak lupa mengakhiri kalimatnya dengan kata pedas.
"Iya juga sih," ujar Aurel merasa bodoh. Ia lupa bahwa selama ini Danial memang duduk di sebelahnya. Persetan dengan kenyataan ini.
...●●●●●...
AUREL keluar dari toilet dan langsung memekik tertahan. Dia mana siap dengan kehadiran sosok pria pemilik alis tebal yang kini memasang tampang datar di hadapannya.
"Lo mau bikin gue mati muda?" ujar Aurel retorik.
"Enggak," singkat Danial disertai gelengan bertempo lambat.
"Terus ngapain lo pake berdiri di depan toilet? Ini kan toilet cewek."
"Ada yang mau gue tanyain sama lo," ujar Danial langsung pada intinya.
"Emang gak bisa dibicarain nanti aja ya, gak perlu juga kali lo nungguin gue depan toilet kek gini."
"Gak bisa, soalnya ini penting banget buat gue."
"Ya sudah, sekarang apa yang mau lo tanyain ke gue?"
"Tadi pas lo jalan di koridor gue gak sengaja liat lo lagi jalan sama cewek, tapi anehnya gue gak pernah liat cewek itu sebelum-sebelumnya, siapa cewek itu?"
Aurel ingat betul seharian ini ia hanya jalan sendirian. Leana yang biasa jadi teman jalannya tidak datang ke sekolah soalnya lagi ada problem.
Lagi mode mengingat-ingat, pikiran Aurel justru mengarah kepada hal-hal yang berbau mistis. Mungkin saja yang dilihat oleh Danial adalah mereka yang datang dari dimensi lain. Toh jika melakukan kilas balik Aurel ingat sekali waktu ia dan Danial masih di rumah sakit pria itu melihat sosok menyeramkan dalam bentuk bayangan hitam.
"Gue lagi nanya gila, ngapa lo malah bengong!"
"Udah ah kagak usah kepo. Terserah gue dong mau jalan sama siapa aja." Aurel memilih meninggalkan Danial. Bukan tidak mau menjawab, Aurel hanya tidak mau membebankan Danial dengan pemikiran-pemikiran seperti ini. Lagipun Danial masih dalam tahap pemulihan pasca menjalani operasi.
Gadis gila! batin Danial saat Aurel mulai angkat kaki pergi meninggalkannya.
...~To be Continued~...
...●●●●●...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments