...START FROM HERE...
...(DIMULAI DARI SINI)...
...●...
...●...
...●...
SORE, sekitar jam 4. Setelah sekolah bubar seluruh penghuni kelas XII. IPA 6 memutuskan untuk datang ke rumah sakit. Kalau dihitung sudah sebulan lebih Danial terbaring lemas di rumah sakit. Dan mereka baru bisa mengatur jadwal sehingga tak seorang pun dari teman kelas yang tidak datang. Aurel, yang juga bagian dari XII. IPA 6 juga ada di sana.
Bagi Aurel, rumah sakit adalah tempat yang paling menyeramkan. Banyak sekali makhluk tak kasat mata yang memiliki tampang menyeramkan. Mulai dari bentukan anak kecil sampai lansia pun tak luput dari jangkauan matanya.
Sengaja Aurel berada di barisan paling belakang membiarkan teman-temannya jalan duluan. Selain suka berada di belakang, Aurel sebenarnya menjadikan temannya sebagai tameng untuk melindunginya dari jangkauan makhluk tak kasat mata.
Astaga, kalian semua bisa gak sih gak gangguin gue? batin Aurel mulai kasak-kusuk.
Percuma saja ia jalan di barisan paling belakang, sampai-sampai bertindak seolah tidak bisa melihat mereka yang datang dari dimensi lain. Aurel lupa kalau insting mereka terlalu kuat. Meskipun berpura-pura tidak melihat, mereka akan tetap mengetahuinya.
Setan sialan! Batin Aurel.
Suasana sore di koridor rumah sakit cukup padat hari ini, banyak manusia sedang lalu lalang. Tapi Aurel berusaha untuk mengacuhkannya.
Aroma dari obat-obatan menyeruak tajam dan menusuk indra penciuman. Cukup berat bagi Aurel melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Ada sedikit rasa kesal ketika imajinya membayangkan saat di mana Danial menuduhnya yang tidak-tidak.
Aurel bisa melihat Danial duduk di atas ranjang dengan mata yang dibalut oleh perban tebal.
"Om, Tan," Aurel menghampiri orangtua Danial. Dengan penuh rasa hormat dia menyalami punggung tangan keduanya satu persatu.
Aurel merapikan poninya, "Mama gak kesini lagi Tan?" tanyanya kepada Linda.
"Mama kamu baru aja pamit pulang," sahut Linda.
"Oh," Aurel manggut-manggut kemudian membawa tatapannya agar fokus pada Danial. "Kondisinya Danial gimana Tan?"
"Sekarang udah agak baikan, dokter baru aja mau buka perban matanya," Linda menjawabnya sambil mengelap sisa-sisa air matanya di pipi.
Memang benar, bahwa Aurel sempat mendengar kabar kalau Danial divonis tak bisa melihat lagi karena adanya kerusakan akibat pecahan kaca helm. Tapi beruntung karena Danial menemukan pendonor mata sehingga dokter bisa bertindak cepat melakukan operasi.
Detik menegangkan pun mulai terhitung. Tangan milik sang dokter mulai membuka perban penutup mata Danial secara lembut. Hening menghantam ruangan kecil tersebut saat dokter melakukan tugasnya.
"Buka matanya secara perlahan!" suruh dokter memecah keheningan yang sudah berlangsung cukup lama.
Danial mengangguk sekali lalu membuka matanya pelan-pelan.
Tampilan blur yang disebabkan oleh kelamaan menutup mata seiring waktu jadi membaik, tampilan blur itu akhirnya berubah fokus. Menghela napas lega, Danial pun menerbitkan senyum karena penglihatannya telah kembali.
Senyum merekah yang diperlihatkan Danial membuat dokter, orangtua, dan teman sekelasnya mengembuskan napas lega.
"Dan, lo bisa liat cewek cantik ini kan?" heboh Netta menunjuk dirinya sendiri.
"Cantik dari mananya? Kalau bukan karena dempulan bedak lo gak ada apa-apanya Net," sahut Ares cepat mendahului Danial.
"Hey..." heboh Netta mengipasi dirinya dengan novel, "Terus kalau gue kagak cantik kenapa minggu lalu lo nembak gue? Pakek bikinin puisi segala lagi."
Pengakuan Netta barusan membuat Ares harus menahan malu.
"Malu kampret," sambung yang lain.
"Sadar hey para teman laknatku, kita lagi di rumah sakit. Jangan bikin malu napa," Yohan si ketua kelas paling bijak mulai bersuara. "Don't be noisy, please!" lanjutnya mengangkat tangan, tak lupa telunjuknya menempel pada ujung bibirnya yang sedikit mengerucut.
"Nih, kita bawain buah-buahan," Yohan kalau bisa diberi gelar pastinya akan menjadi ketua kelas terbaik. Buktinya lelaki itu berinisiatif mengumpulkan uang untuk membeli buah tangan, belum lagi dengan kenyataan bahwa dia sendiri yang ke toko buah, terus yang terakhir dia sendiri yang ngangkat keranjang buah itu mulai dari parkiran sampai ke tempat ini.
"Kagak usah repot-repot," Danial baru bersuara.
"Gapapa," sela Yohan sambil meletakkan keranjang buah ke atas nakas. "Cuma Haris doang yang kagak ikut ngumpulin duit."
"Tau tuh Dan, si Haris teman macam apaan? Sahabat deketnya lagi sakit malah kagak berkontribusi beliin buah," rutuk Netta melihat Haris melalui ekor matanya.
"Maaf Dan, uang gue udah abis, nih kalo lo kagak percaya," Haris memperlihatkan saku seragamnya.
Danial tersenyum miring.
"Oh iya Dan, lo beneran udah bisa liat lagi kan?" Haris memastikan.
"Iyalah," sahut Danial.
"Ini berapa?" tanya Haris sambil memperlihatkan telunjuknya.
"Satu," jawab Danial.
"Kalau ini?" lagi Haris memberikan pertanyaan, kali ini ia memperlihatkan jari tengahnya.
"Kampret lo gilak!" kesal Danial.
"Ehem," dehaman Wira membuat nyali Danial menciut.
"Bercanda doang Pah," ucap Danial menyengir menghadap ayahnya. Kemudian setelah itu ia membawa tatapannya ke Haris dan menatap pria tersebut dengan mimik menyeramkan, "Jangan mincing-mancing! Bokap gue ada di sini, lo mau liat kepala teman lo digeprek hah?"
Apa yang dikatan Danial barusan berhasil menghadirkan gelak tawa dari mereka yang ada di dalam ruangan itu.
...~To be Continued~...
...●●●●●...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
DeterjenMahaBersih
Uww, mungkin aja itu pendonor matanya juga indigo
2020-12-28
5
Nayeon 트와이스
Ngakak🤣🤣🤣
2020-11-28
1