"Aku? KECEWA?! HA?! Tidak! Kau salah! Justru aku senang! Pantas saja kau terlihat feminin, rupanya kau memang perempuan..." Godfrey tersenyum penuh makna. Ekspresinya tampak terkesima dengan pemandangan yang baru dilihatnya.
"Oooh, Billie... kenapa gadis cantik sepertimu menyamar menjadi murid laki-laki, hm?" Ucap Godfrey sambil kali ini mengusap pipi Billie lembut. Perlakuannya ini yang sangat jauh berbeda dengan semenit lalu. Kalimat pujian yang terucap dari mulut Godfrey tak membuat Billie tersanjung, justru dia merasa jijik.
"Apapun yang kulakukan bukan urusanmu! Dan jangan sentuh aku dengan tanganmu yang menjijikan itu!" Cerca Billie.
"Hei, kau ini tak berhak memerintahku! Ingat kau ini sedang terikat tak berdaya! Kenapa kau masih melawan, hmm? Kalau kau menyerah dan bersikap mamis padaku... mungkin aku akan memperlakukanmu dengan lembut!" Bisik Godfrey di telinganya.
Tubuh Billie gemetar saat merasakan nafas hangat pria itu menerpa lehernya. Jarak di antara wajah dan tubuh mereka begitu dekat, terlalu dekat hingga Billie tak kuasa menahan diri untuk meludahinya.
"Cuih! Bersikap manis padamu? Jangan mimpi!"
Godrey mengerjap saat merasakan sesuatu basah mendarat di sebelah pipinya. Namun tidak seperti yang Billie bayangkan, bukannya langsung emosi respon pemuda ini justru begitu tenang. Ketenangan yang mencekam seperti cuaca cerah sebelum badai datang.
"Gadis kurang ajar!" Ujar Godfrey sambil mengelap wajahnya dengan santai.
"Kau tahu? Gadis tomboy berambut pendek dan kasar sepertimu sebenarnya bukanlah tipeku... tapi untukmu kali ini dan malam adalah pengecualian..." Lanjutnya lagi dengan seringai kecil.
Han Billie, gadis di hadapannya saat ini lumayan menggoda. Kulitnya putih halus dan lembut, dua bola mata yang indah dengan bibir mungil berwarna merah muda membingkai wajah cantiknya. Godfrey merasa sungguh bodoh, kenapa dia baru menyadari jika murid baru di sekolahnya ini adalah perempuan?
Berbeda dengan gadis yang biasa Godfrey kencani, Billie terlihat masih polos dan kepolosannya itu menggugah rasa penasarannya. Apakah ini juga alasan yang membuat Joshua tergila-gila padanya? Apapun itu Godfrey tak peduli, saat ini gairahnya sudah terlanjur bangkit. Debar jantungnya menggila, sesuatu yang tidak nyaman terasa di bagian depan celananya. Dia sudah tak sabar menunggu untuk melampiaskan nafsu bejatnya. Tidak perlu berpikir lama dia mulai melucuti kancing kemeja dan sabuk celananya.
"H-hei! Apa yang akan kau lakukan?" Billie menatap horor setiap gerak gerik Godfrey. Terutama saat pemuda bertubuh tinggi besar itu sudah menaiki alas metal tempatnya berbaring. Rasa takut membuat Billie semakin panik, dia berteriak dan berontak hebat, gemerincing rantai dan borgol di kaki dan tangannya semakin keras.
"TI-TIDAK! JANGAAAN! JANGAN MENDEKAAAT!"
"Kenapa, hm? Haha... Jangan bertingkah seperti gadis perawan! Ataukah kau memang masih perawan? Kalau begitu aku benar-benar sangat beruntung!" Bisik Godfrey tepat di telinga Billie saat mengungkung dirinya.
"TIDAK! BAJINGAN! PERGI DARIKU! ARGH! HMPH!"
Teriakan dan kalimat caci maki dari Billie terhenti saat mulutnya terkunci. Hatinya mencelos dan dunianya seolah runtuh saat Godfrey menciumnya paksa.
"BERHENTI! JANGAN BERGERAK! MENYERAHLAH GODFREY KAU SUDAH TERTANGKAP!!!"
Godfrey yang tengah tenggelam dalam kegilaan, tanpa sadar tidak memperhatikan keamanan tempat persembunyiannya. Suara teriakan dan ledakan pistol yang datang dari arah belakang membuat aktivitasnya sontak terhenti.
"Kak Ken... KAK KEN TOLONG AKUU!!!" Billie yang mengenali suara itu mulai memanggil dan meneriaki nama Ken. Ekspresi lega tersirat di wajahnya yang sudah penuh dengan uraian air mata. Sungguh tak disangka Ken datang di saat yang tepat untuk menyelamatkannya, dewi keberuntungan ternyata masih berada di pihaknya.
"JANGAN MENDEKAT! Jika kau tidak ingin dia mati! Ken, Kimmy atau siapapun dirimu!" Godfrey berbalik mengancam. Dia sadar dirinya memang sudah terpojok tapi dia belum kehilangan akal. Dengan serentak dia merangkul tubuh mungil Billie dan menodongkan pisaunya tepat ke lehernya.
"Hentikan semuanya Godfrey! Kau tidak bisa lari lagi dari hukum..."
Kini suara pemuda lain terdengar diiringi dengan langkah kaki mendekat. Pupil mata Billie membesar saar menyadari siapa sosoknya. Pemuda berambut panjang sebahu dengan wajah tampan yang sudah sangat di kenalnya.
"ICE!? KEPARAT! Bagaimana bisa kau menemukanku disini?" Godfrey menggeram penuh murka.
"Saat ini kau sudah terkepung, kawan!" Jawab Ice dengan senyuman sinis.
"AAARGH! SIAL! BAJINGAN KALIAN SEMUA!" Godfrey yang tak kuasa menahan emosi. Ujung pisau yang dipegangnya tanpa sengaja mengenai permukaan kulit leher Bas hingga darah merah mulai mengucur dari goresannya.
"BODOH! KAU LAH YANG BAJINGAN! Kau berani melukai seorang gadis dan berbuat amoral padanya! Aku tidak segan-segan meledakkan kepalamu!" Bentak Ken yang tak kalah emosi.
"Menyerahlah Godfrey. Semuanya sudah berakhir sekarang..." Timpal Ice dengan suara monotonnya.
Billie bisa merasakan tangan Godfrey gemetar hebat, begitu pula tubuhnya sebelum pisau ditangannya tiba-tiba melayang dan jatuh. Tanpa aba-aba satu tendangan keras dari Ken mendarat di rahangnya otomatis membuat pemuda itu tersungkur ke lantai. Tendangan yang begitu keras menyebabkan rok yang dipakai Ken tak sengaja robek, namun Ken sama sekali tak peduli dengan penampilannya saay ini. Dengan sigap tangan terampilnya memborgol Godfrey dan memaksanya berlutut di lantai.
"Ke-kenapa? Bagaimana kau bisa mengetahui semuanya?" Godfrey yang masih syok akan situasi ini mulai meratap. Suaranya terdengar lirih. Ekspresinya yang semula penuh dengan arogansi dan senyuman percaya diri kini berubah menjadi wajah putus asa.
"Karena kau tidak sepintar yang kau kira, Godfrey... Kau tahu kan... Dari dulu aku selalu lebih pintar darimu!" Bisik Ice tepat ditelinga Godfrey.
"Ini bukan salahku! INI SEMUA KARENA SI BANGSAT LADYBOY ITU! APA KALIAN MENGERTI, HUH? DIA YANG MEMULAI SEMUA INI! DAN APA KALIAN TAHU TENTANG DEVIAN! DIA JUGA YANG-"
"BERISIK! Katakan saja itu pada pengacaramu nanti!" Ken yang kesal dengan refleks memukul tengkuk pemuda itu dengan ujung pistolnya hingga pingsan. Karena terbawa emosi dia sama sekali tak mengindahkan ucapan Godfrey, menurutnya pemuda itu hanya meracau tak jelas karena sudah hilang akal.
"H-hei! A-apa yang mau kau lakukan? Ja-JANGAN MENDEKAT!!!"
Kini giliran Billie yang berteriak ketakutan. Bagaimana tidak perlakuan tak senonoh Godfrey tadi masih membuatnya trauma dengan lelaki, namun Ice tiba-tiba sudah menghampirinya dan membuka jaketnya.
"Ssh... Tenanglah!" Ucap Ice dengan nada bicara yang lembut. Saat tatapan mereka bertemu, ada getaran aneh di hati Billie yang membuatnya jadi salah tingkah. Rasa hangat dari kain yang menyelimuti tubuh Billie membuatnya sontak terdiam. Rupanya Ice memberikan jaket itu untuk menutupi dada Billie yang sedari tadi terekspose. Wajah Billie seketika memerah, perasaannya campur aduk antara malu setengah mati dan menyesal sudah berburuk sangka.
"Billie! Apa kau tidak apa-apa?" Panggil Ken dengan nada cemas. Perasaannya masih kesal dan kemarahannya pada Godfrey masih belum terlampiaskan. Tapi saat melihat kondisi Billie yang mengenaskan hatinya serasa mencelos. Dengan hati-hati Ken menembakan pelurunya ke arah rantai dan borgol metalik di kaki dan tangan Billie, berusaha secepatnya untuk membebaskannya dari belenggu.
"Kak Ken..hiks!" Emosi Billie meluap dan air mata yang dia tahan sejak tadi tumpah. Dalam situasi ini memang hanya Ken lah satu-satunya orang yang bisa dia harapkan dan percaya. Billie menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil.
"Ssh, jangan menangis! Kau ini kan gadis yang tangguh! Tenanglah! Kau sudah selamat sekarang!" Dengan serentak Ken menarik tubuh mungil Billie ke dalam pelukannya, mengusap punggungnya lembut dan mencium pucuk kepalanya.
Melihat Billie yang tengah menangis dalam pelukan detektif ini, Ice malah terdiam terpaku. Entah kenapa rasanya seperti ada benda tajam menggores hatinya. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Ice tidak tahu sedekat apa hubungan kedua detektif aneh yang tengah dalam penyamaran ini tapi melihatnya membuat pikirannya menerawang jauh pada masa lalu.
Ice tak kuasa mengutuk dalam hati, jika saja saat itu dia cukup memiliki keberanian, mungkin sekarang dia masih bisa menyelamatkan Devian dan memekuknya seperti Ken pada Billie saat ini.
"Kak Ken, hiks... terimakasih Kakak sudah datang menolongku! Kalau Kakak tidak datang aku mungkin sudah... hiks." Isak Billie sambil membalas pelukan Ken lebih erat. Dia membenamkan wajahnya di pelukan Ken dan kembali menangis sesegukan di dadanya.
"Hei, gadis bodoh! Memang sudah menjadi tugasku untuk melindungimu! Dan jangan hanya berterimakasih padaku, berterimakasih jugalah padanya... "
Ken menoleh pada Ice yang sejak tadi tampak hanya terdiam menonton, mendengar kalimat itu Billie sepertinya langsung mengerti. Tanpa ba bi bu dia bangkit dan menghampiri Ice. Namun untuk sejenak dia menatap pemuda itu dengan ekspresi datar dan tatapan tajam, membuat Ice sedikit kebingungan.
"PLAAKKK!" Bukan sepatah kata yang Billie ucapkan pada Ice melainkan satu tamparan keras. Ice yang dibuat kaget hanya bisa meringis menahan sakit dari tanda merah jelas pipinya.
"BILLIE!?! APA YANG KAU LAKUKAN! KENAPA KAU MALAH MENAMPARNYA?!" Seru Ken yang terkejut akan aksi Billie yang diluar dugaan.
"Sialan? Apa lagi ini? Ada apa yang sebenarnya tengah terjadi diantara dua remaja ini?" Batin Ken mulai dipenuhi rasa penasaran dan curiga.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
rushiver
huaaa geregetaan!!!
2021-08-08
0