"Kenalkan, namaku Joshua... pangeran yang baru saja menyelamatkanmu, akulah yang membawamu kesini..."
Joshua memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Senyuman lebar di wajah tampannya memberi kesan jika pemuda ini ramah dan hangat, berbeda dengan pria bernama Godfrey tadi yang tampak angkuh.
"Te.. terimakasih, Kak.." Billie tersenyum kikuk saat menyambut jabatan tangannya.
"Oooh, senyummu manis sekali seperti gulali..."
Reaksi Joshua sangat berlebihan membuat Billie mengernyit heran. "Siapa dia? Pria aneh. Kata-katanya penuh gombal dan berlebihan, dan bisakah dia memakai baju?" Pikir Billie yang merasa terganggu.
Ini bukan pertama kalinya dia melihat tubuh pria yang bertelanjang dada, dia sudah biasa melihat Ayahnya di rumah ataupun Ken. Tapi sendirian di tempat ini dikelilingi pria asing membuatnya tak nyaman. Ditambah lagi otot besar dan perut sixpack seksi Joshua bisa membuat kaum perempuan menjerit histeris, pemuda ini sepertinya seorang model. Hanya saja tingkahnya begitu over dramatis, membuat Billie jadi agak jijik.
Meskipun para pemuda di hadapannya ini bisa dibilang berwajah tampan, tetap saja Billie masih ingat ucapan Ayahnya :
"Ingat Billie, laki-laki di masa puber adalah mahluk yang berbahaya, setampan apapun mereka sama mesumnya seperti Ken dan bisa merusakmu! Karena itu jangan percaya pada mereka, terutama yang suka menggodamu!"
"Kak Josh! Sudahlah, jangan menakuti dia! Ayo kita latihan basket lagi!" Belum habis rasa penasaran Billie akan situasi aneh yang baru dialaminya, datang lagi pemuda tampan lain yang menginterupsi
"Ta-tapi Jerome Tunggu dulu, aku kan belum selesai! HEII!" Joshua berusaha mengelak saat Jerome menarik tangannya. Dari kejauhan Billie samar mendengar pertikaian kecil mereka.
"Fyuuh..." Tepat setelah kepergian dua pemuda itu, akhirnya Billie bisa bernafas lega.
"Bukan waktunya kau bermalas-malasan, kau sudah melewatkan pidato pentingku di hari pertamamu! Itu adalah awal yang buruk! Beruntung untuk saat ini melihat kondisimu aku memberimu dispensasi... Besok jangan sampai terlambat! Sekolah ini bukan tempat bagi pemalas ataupun orang yang tak tahu disiplin!" Ucap Godfrey panjang lebar sebelum berlalu pergi.
"Huuh, bukan guru juga bukan kepala sekolah tapi kenapa galak sekali?! Ada-ada saja, kenapa nasibku seperti ini? Benar-benar Naas!" Gerutu Billie sambil melangkah turun dari tempat tidurnya.
Ternyata menyamar menjadi murid laki-laki tidak semudah dan seindah dalam cerita komik. Bebat yang dipakai Billie di dada yang membuatnya sesak dan pingsan, terlalu lama memakainya akan beresiko pada kesehatan dan juga bentuk tubuhnya nanti. Tapi Billie sedikit bersyukur karena dari ikatannya yang masih utuh, sepertinya tidak ada yang sempat menyentuhnya, berarti penyamarannya masih aman.
"Whoaaaahmm!!!" Billie menguap lebar dan merenggangkan tangannya malas. Jam makan siang sudah lewat dan dia sudah lupa dengan perutnya yang lapar sejak pagi. Bukannya langsung kembali ke kelas untuk meneruskan pelajaran yang tertinggal Billie malah menyempatkan diri berdiri di tepi jendela. Dia mengedarkan pandangannya kesegala arah, memperhatikan pemandangan luas di sekitar bangunan sekolah ini.
"Hhh... indah sekali, tapi orang-orangnya sangat aneh..." Gumam Billie sambil menghembuskan nafasnya. Dia sungguh terkesima menatap arsitektur megah bangunan sekolah beserta tamannya bergaya Eropa. Tidak heran jika biaya sekolah disini sangat mahal, bangunan disini lebih mirip seperti kastil abad pertengahan dibandingkan sekolah. Tapi kenapa di lingkungan sekolah seindah ini bisa sampai murid dan bahkan gurunya memutuskan bunuh diri? Apakah ada hal lain yang menjadi pemicunya?
Billie belum sempat berkenalan dengan teman sekelasnya, tapi pertemuannya dengan beberapa murid lelaki secara beruntun di hari ini saja sudah cukup melelahkan. Dia jadi bingung harus memulai dari mana untuk penyelidikan kasus ini. Ayahnya tak akan suka jika dia membuang-buang waktu disini. Saat Billie tengah larut dalam lamunan, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sesosok familiar yang berada di tengah pepohonan rindang.
"Ice? Sedang apa dia disana?" Gumam Billie sambil mengerutkan keningnya.
Pemuda berambut panjang ikal yang saat ini dikuncir itu berjalan sendirian melewati kebun hijau luas yang berbentuk labirin. Ada firasat aneh sejak pertama kali Billie bertemu dengan pria itu. Seperti ada sesuatu yang misterius dan berbahaya dari dirinya. Hal itu menggugah insting Billie untuk menyelidikinya lebih jauh.
...----------------...
Dengan kaki pendeknya Billie mempercepat langkahnya atau tepatnya hampir setengah berlari untuk membuntuti Ice. Dia sembunyi dari balik satu pohon ke pohon yang lainnya seperti ninja. Yang dia lakukan ini mungkin terlihat bodoh, tapi dia melakukannya bukan karena kecurigaan semata. Terus terang kehadiran Billie di kamar asrama yang sama dengan pria ini memang bukanlah suatu kebetulan. Semua sengaja diatur oleh Ayahnya sendiri, sang Komandan Inspektur Kepolisian. Sayangnya hingga saat ini Billie belum mengetahui alasannya.."Semakin banyak yang kau ketahui akan semakin berbahaya." Begitulah sepenggal kalimat Ayahnya yang Billie ingat. Billie akui Ayahnya yang menyebalkan itu memang sangat pelit dalam berbagi informasi.
"Hei, pendek! Berhentilah mengikutiku!"
"DEG!" Jantung Billie serasa copot saat mendengar suara itu. Nada bicaranya memang terdengar monoton tapi ada kesan berbahaya yang membuat Billie jadi berkeringat dingin.
"Yah, kau yang sembunyi di balik pohon!"
"Celaka! Bagaimana dia bisa tahu?" Kutuk Billie dalam hati.
"Eh, Kak Ice? Syukurlah Kakak tampak sehat..." Cengir Billie dengan ekspresi polos andalannya.
Pria yang dipanggil Ice hanya menoleh sedikit ke arahnya. Tatapannya yang tajam membuat senyuman manis Billie pudar. Luka memar di wajahnya masih tampak jelas. Terus terang Billie jadi merasa sedikit bersalah saat melihatnya. Bagaimanapun Billie ikut bertanggung jawab menambah luka pria yang tadinya memang sudah babak belur itu.
"Hai.. Kak! Namaku Billie... aku teman sekamarmu. Kakak tahu kan aku masih baru disini dan sepertinya aku tersesat... kebetulan aku lihat Kakak, jadi aku mengikutimu...Aku pikir Kakak bermaksud untuk pulang ke asrama... Jadi umm... apa boleh kita pulang bersama?" Kalimat Billie yang panjang lebar jadi tersendat-sendat, tanpa sadar dia menautkan dua jari telunjuknya saking gugupnya. Dia memberanikan diri mengakhiri kalimatnya dengan senyuman lebar, berharap pria ini mudah percaya tapi seringkali harapan tak sesuai ekspektasi.
"Teman sekamarku? Ooh, jadi kau yang memukuliku dengan tongkat baseball semalam?" Balas Ice sarkastik saat membalikkan badan. Dia menyipitkan matanya menatap Billie dari atas ke bawah dengan tatapan sinis.
"Ma...maaf aku tidak sengaja..." Billie sontak merasa gugup dan tersudut.
"Dan kau juga memanggilku ladyboy..."
Cecar Ice lagi sambil melangkah mendekati Billie. Kini jarak di antara mereka hanya terpaut beberapa senti. Entah kenapa pria ini meskipun tubuhnya tidak setinggi Godfrey ataupun berotot besar seperti Joshua tapi tatapan dan auranya yang terkesan 'kelam' membuat Billie merasa terintimidasi. Pria ini benar-benar sedingin es persis seperti namanya.
"I-itu.. itu karena aku tidak tahu jika itu kau... Kak..." Billie tersenyum ketir, mencoba bersikap sok akrab. Billie pikir dirinya orang yang mudah bergaul dan berteman tapi pemuda di depannya ini membuat situasi terasa canggung.
"Hh... Sudahlah lupakan saja!"
Jawaban tak terduga dari Ice membuat satu alis Billie terangkat. Dia masih heran walaupun sebagian dirinya merasa lega. Berbeda dengan Billie yang masih dilanda kebingungan tentang cara untuk memulai pertemanan antar lelaki, dengan acuh Ice sudah membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.
"Ta-tapi, tunggu aku! KAK! KAK ICE!!!" Panggil Billie dengan setengah berteriak.
"Sudah kubilang berhenti mengikutiku dan pulang sendiri!" Bentak Ice tanpa menoleh sedikitpun
Dengan mengandalkan kaki panjangnya, dia sengaja mempercepat langkahnya.
"Tapi Kak!" Billie terpaksa menggunakan jurus terakhirnya yaitu dengan merengek manja. Sial baginya, untuk saat ini yang biasa ampuh dia gunakan pada Ken tidak berpengaruh sama sekali pada pemuda ini.
"Pergi! Atau aku akan melakukan hal yang sama seperti kemarin malam padamu."
Ancaman Ice yang singkat padat dan jelas membuat langkah Billie otomatis terhenti dan dia diam membeku. Darahnya tiba-tiba mendidih penuh emosi. Jangan bilang jika pria ini sadar dengan apa yang dilakukannya semalam! Jika iya maka dia benar-benar brengsek!
"Hei, tunggu dulu! Apa maksud dari perkataanmu tadi, huh? Apakah menyerang dan hampir memperkosa murid laki-laki adalah hal biasa bagimu? Huh? AYO JAWAB!" Bentak Billie, namun dengan gaya tenang dan senyuman sinis, Ice malah balik bertanya.
"Heh, memangnya kau benar-benar murid laki-laki? Kau lebih terlihat seperti banci!"
"TENTU SAJA! AKU INI LAKI-LAKI! Dan aku juga bisa menghajarmu sekali lagi!" Seru Billie dengan senyum menantang. Dalam sepersekian detik dia sengaja menendang ************ pria di hadapannya sekuat tenaga.
"OUCH! HEI KAU BOCAH SIALAN! JANGAN LARIII!" Teriak Ice sambil mengaduh kesakitan.
Mengetahui reaksinya Billie tergelak dan menjulurkan lidahnya nakal. Dia berlari secepat kilat menuju asrama, sebelum pria itu berhasil mengejarnya. Kadang kala pertemanan antar laki-laki tidak diawali dengan kata-kata manis melainkan dengan adu fisik, dan Billie pikir tidak ada salahnya untuk mencoba cara yang kedua. Saat berlari jantung Billie berdebar kencang seperti akan menaiki roller coaster, dia tak menyangka jika misi penyamarannya ini lumayan juga dalam menantang adrenaline.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
🌈i'm fearlessꨄ︎---🌆💘
oh yaampun Billie bisa bisanya kau bersikap seperti itu dihari pertama sekolah, hahaha tapi ini lucu
2021-10-11
3
Bagus Effendik
misi misi lewat buat tinggalin jejak like hehehe
2021-01-03
1
robin.y
ANNOUNCEMENT : Karena namanya terlalu sama dgn visual karakternya, karakter JAGUAR diganti nama jadi JEROME
2021-01-01
12