Di dalam kelas
Billie tak henti melirik jam tangannya, pelajaran sejarah seni yang sedang berlangsung di kelasnya membuatnya bosan. Dia ingin menyudahi kelas ini segera. Pikirannya yang tak bisa fokus malah bercabang ke momen percakapan singkatnya dengan Godfrey di jam istirahat tadi.
"Apa yang ingin dia bicarakan denganku?" Billie sungguh penasaran. Entah kenapa batinnya merasakan firasat buruk.
Billie juga teringat akan pertemuannya dengan pemuda bernama Andre pagi tadi. Billie pikir pemuda itu lumayan juga untuk dia manfaatkan. Dari Andre Billie jadi mengetahui sedikit kaitan antara Devian, Luke, Noah dan juga Bu guru Mila. Ya, apalagi selain rumor tentang orientasi seksual mereka. Pembullyan yang terjadi pada dirinya semakin memperkuat dugaan Billie tentang motif kasus ini. Tapi apa mungkin mereka senekat itu memutuskan bunuh diri hanya karena dibully? Insting detektif Billie mengatakan dugaan ini terlalu dangkal, dia pikir pasti ada sesuatu hal yang lebih rumit yang sengaja ingin ditutupi.
"RIIIIING!"
Bunyi bell pertanda kelas usai membuyarkan lamunan Billie. Dia bergegas memasukan buku-buku dan alat tulis ke dalam tasnya. Murid lain di kelasnya hanya bisa berbibisik dan tertawa saat Billie berjalan dengan helm beserta tongkat baseball di tangan. Dia sadar dirinya saat ini terlihat menggelikan, setidaknya dengan dandanan seperti ini tak ada murid yang berani mendekatinya walaupun kalimat ejekan masih bisa Billie dengar sepanjang jalan.
...----------------...
Di ruangan senat
Billie menyangka ruangan khusus untuk anggota komite senat sekolah ini begitu mewah. Desain interiornya terlihat klasik, ornamen kayu di setiap sudut ruangan memberi kesan hangat walaupun pemuda yang berdiri memunggunginya saat ini memberikan kesan dingin padanya.
"Emh... Ada apa memanggilku kemari, Kak Godfrey?" Billie membuka suara, berusaha tampak tenang dan tidak gugup.
"Aku dengar baru-baru ini kau menjadi korban bully..." Jawab Godfrey yang berbalik menatapnya dengan ekspresi datar.
"Oh, soal itu... ya... begitulah.! Tapi mereka sudah tidak menyerangku lagi hari ini." Billie mengedikkan bahunya, berusaha terlihat acuh.
"Baguslah... karena aku memang sudah memerintahkan mereka untuk berhenti dan akan menghukumnya..."
"Oh begitukah? Te-terimakasih banyak Kak.."
Billie tersenyum kecil sedikit dipaksakan. Meskipun percakapan ini ringan tapi Billie merasa suasana dalam ruangan ini canggung dan bisa dibilang sedikit menegangkan. Pemuda di depannya begitu dingin tapi berbeda dengan Ice yang acuh dan selalu menghindar, pria di depannya ini lebih menampilkan sikap otoriter dan tatapannya seperti yang merendahkan siapapun yang ada dihadapannya.
"Kalau begitu... apa ada hal lainnya yang ingin kau bicarakan, Kak?" Tanya Billie lagi hati-hati. Dari raut wajah Godfrey Billie bisa menebak ada hal yang sedang dipikirkan olehnya dan mungkin ingin dia ungkapkan.
"Coba kau lihat foto ini!" Perintah Godfrey sambil melempar secarik kertas berisi foto seorang gadis cantik bergaun merah muda. Dari sekilas Billie bisa menilai foto ini diambil saat pertunjukan theater Balet di sekolah ini. Mata Billie membulat lebar saat menyadari sesuatu.
"Namanya Devian, dia salah satu murid laki-laki sekolah ini, apakah dia tujuanmu masuk ke sekolah ini? " Lanjut Godfrey lagi sambil menatap Billie tajam.
"Si-sial? Bagaimana dia bisa tahu?" Billie sontak menahan nafasnya, berusaha keras agar tidak berekspresi berlebihan.
"Kenapa kau terdiam?" Tanya Godfrey.
"Kenapa Kakak memperlihatkan foto ini padaku? Aku merasa dia tidak ada hubungannya denganku..." Billie mengerjapkan mata pura-pura tidak mengerti.
"Tentu saja ada..." Jawab Godfrey dengan senyum simpul.
"Bukan hanya kau yang penasaran padanya, semua murid disekolah ini juga sama. Bukankah dia ini terlalu cantik untuk menjadi anak kaki-laki, huh? Dia sama seperti mu!" Lanjutan dari kalimat Godfrey membuat Billie tak kuasa memperlihatkan rasa gugupnya.
"A-apa maksudmu?!"
"Kau satu kamar dengan Ice kan? Apa kau tahu, kalau Devian adalah adik tiri dari Ice?"
"A-APA?! Adik tiri!" Billie tercengang.
"Kau lihat sendiri, Devian dengan gaun balerina terlihat cantik persis seperti perempuan. Setiap kali ada pertunjukan teater sekolah, dia selalu mengambil karakter perempuan. Dia sangat menghayati perannya seolah menjadi perempuan adalah jati dirinya yang asli. Siapa sangka peran itu dibawanya pada dunia nyata. Devian membenci identitas dirinya sendiri sebagai laki-laki, dia mengalami depresi dan sering melukai dirinya sendiri. Dia memutuskan bunuh diri di tahun pertamanya sebagai murid sekolah ini.”
Billie terdiam saat mencoba mencerna penjelasan Godfrey. Dia kemudian teringat pada buku Sigmund Freud yang sempat Devian pinjam di perpustakaan, ternyata itu memang sebuah petunjuk. Billie mencoba menerka apa mungkin Devian seorang yang mengidap GID (Gender Identity Disorder), sejenis penyakit mental yang biasa diderita kaum transgender hingga menyebabkan mentalnya tak stabil.
“Mengetahui kabar itu, Ice sangat terpukul. Dia menjadi gila dan menyalahkan semua orang atas kematiannya! Itu dia karena dia memiliki rahasia yaitu hubungan spesial dengan adik tirinya sendiri. Mereka adalah pasangan kekasih!”
“Ke-kekasih!” Billie kembali tercengang. Sebenarnya dia memang sudah merasakan keanehan dan kecurigaan pada Ice semenjak dia menyerangnya di malam pertemuan pertama mereka, terutama saat Ice yang mabuk memanggilnya dengan nama Devian.
“Ya kekasih gay! Menjijikan bukan?!” Godfrey berujar penuh kebencian sebelum melanjutkan ceritanya, “Anehnya seolah takdir, seorang murid cantik mirip Devian datang menjadi teman sekamar Ice dan hanya dalam beberapa hari dia juga membuat keonaran di sekolah. Dan kau tahu murid itu adalah kau!", seringai Godfrey dengan tatapan tajam.
"A- aku? Murid cantik? Ahaha... Apa Kakak bermaksud menghinaku?! Aku ini murid laki-laki dan aku bukan Devian! Aku rasa kemiripanku dengannya hanya kebetulan!" Billie sengaja tertawa untuk mengatasi rasa gugupnya.
"Kebetulan? Benarkah? Aku rasa tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini... Apa kau yakin Ice tidak pernah melakukan sesuatu padamu, hmm?" Cecar Godtfrey yang kini tanpa Billie sadar sudah berdiri begitu dekat di hadapannya.
"Sesuatu apa?" Billie balas bertanya. Bukannya menjawab Godrey malah melangkah maju dengan kedua tangan terangkat. Melihatnya Billie spontan melangkah mundur namun sayang punggungnya membentur dinding. Tubuh tinggi Godfrey memayungi Billie seperti menara. Kedua tangan kokohnya menghadang pergerakan Billie. Saat itulah Billie tersadar dirinya seperti tikus kecil yang sedang terperangkap.
"Tentu saja... sesuatu yang terjadi seperti di taman labirin..." Bisik Godrey di depan wajah Billie atau tepatnya di bibirnya. Pipi Billie sontak memerah teringat lagi pada adegan ciuman yang sangat ingin dia lupakan.
"Ugh! Jangan dekat-dekat!" Billie refleks membekap bibirnya dan menatap Godfrey jijik.
"Oh kenapa? Apa jangan-jangan kau juga sudah terpikat padanya...hmm?" Godfrey tersenyum penuh arti. Reaksi kecil Billie yang terlihat malu dan salah tingkah sudah cukup baginya untuk menerka apa yang terjadi. Namun dalam sekejap senyuman di wajah tampan itu berubah menjadi bengis, dengan Godfrey menarik dagu Bille kasar dan menatapnya tajam.
"Katakan padaku Billie... Apa kau juga seorang gay? Aku dengar kau ini berkencan dengan Josh, tapi kau tidak menolak disentuh Ice. Lalu apa kau juga tidak akan menolakku?! Hmm?" Cecar Godfrey.
"Cihh! Aku gay ataupun tidak bukan urusanmu! Dan Lepaskan aku! Kau pikir aku ini seorang yang murahan?!" Bentak Billie sambi menampar tangan Godfrey kasar dan mendorongnya untuk menjauh.
"Eits! Kau salah! Itu adalah urusanku! SEMUA YANG TERJADI DI SEKOLAH INI ADALAH URUSANKU!" Teriak Godfrey murka, tepat di telinga Billie.
Hanya dalam sekejap pemuda tinggi besar itu seperti kehilangan kendali. Dia menarik tangan Billie dan memelintirnya keras ke belakang punggung.
"Lepaskan aku! Kau gila!" Umpat Billie mencoba melepaskan dirinya sekuat tenaga. Dia berusaha menahan diri untuk tak meringis kesakitan agar tak terlihat lemah. Salahkan dirinya yang tidak peka pada firasatnya sendiri. Billie menyesal telah meninggalkan tas dan tongkat baseballnya di loker sebelum bertemu pria ini.
"Kita lihat sekarang, apakah mereka akan menolongmu atau hanya diam saja menonton."
Seringai iblis terukir disudut bibir Godfrey, tapi Billie tak bisa melihat ekspresinya karena pandangannya menjadi kabur dan menggelap saat sapu tangan berkloroform membekap mulutnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Tati mariyanah
aduhhhh
2022-09-30
0
atmaranii
aku msh GK prcya klo ice itu jg gay...msa sih...klo devian aku udh ngira dr awal...smga ajh ice normal yaa...😂😂😂
2021-09-15
0
rushiver
Devian cowok cantik yang meresahkan
2021-08-08
0