"Wahh, Billie! Hari pertamamu disekolah baru dimulai tapi kau sudah terlibat masalah... Kau tahu? Dia adalah Ezra, senior pemilik kamar ini dan juga sekaligus teman sekamarmu. Kau hampir saja membunuhnya, untungnya tidak ada luka yang fatal." Ujar seorang pemuda yang Billie kemudian kenal dengan nama Thomas, siswa senior yang merangkap sebagai kepala asrama tempat ini.
"Maafkan aku Kak, aku tidak tahu...wajahnya sangat berbeda dengan yang ada di foto."
Billie menundukkan kepala penuh penyesalan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Thomas melirik ke foto berfigura yang tersimpan di atas meja belajar Ezra. Penampilannya memang tampak berbeda, di foto itu rambutnya belum panjang, cara berpakaiannya juga masih rapih tidak urakan seperti sekarang.
"Baiklah untuk kali ini aku tidak akan mempersoalkannya, lagipula jika memang benar dia menyerangmu duluan, dia pantas mendapatkannya. Kalau kau ingin bertukar kamar bilang saja padaku..."
"Terimakasih Kak Thomas, aku tidak apa-apa, aku yakin semua ini hanya salah paham. Saat Kak Ezra bangun nanti aku akan langsung minta maaf dan mencoba berteman dengannya." Jawab Billie dengan senyum percaya diri.
"Kau yakin bisa berteman dengannya?" Thomas menaikkan alisnya tampak meragukan.
"Oh, ya... dia itu tak suka dipanggil dengan nama Ezra, panggil saja dia Ice. Saranku sebaiknya kau jaga jarak dan jangan terlalu akrab dengannya. Dia punya reputasi buruk di sekolah ini."
"Be-benarkah?" Billie mengerjap tak percaya.
"Ya, begitulah..." Thomas mengedikkan bahunya acuh sebelum melanjutkan ceritanya.
"Dulu dia adalah siswa berprestrasi sekolah ini, karena penampilan menarik dan bakat bermusiknya, dia jadi incaran banyak agensi entertainment. Sikapnya yang dingin membuat dia dikenal sebagai pangeran es, makanya orang-orang memanggilnya dengan sebutan Ice. Entah kenapa dia berubah menjadi siswa bermasalah, sering mabuk-mabukkan dan terlibat perkelahian. Dia bahkan dikeluarkan dari agensi yang sempat merekrutnya. Jika bukan karena pengaruh Ayahnya dia sudah lama dikeluarkan dari sekolah ini. Karena itu jika kau berencana untuk debut menjadi idola tapi kau dekat dengannya, bersiaplah reputasimu bisa ikut hancur!"
"Separah itukah? Pantas saja dia semalam hampir mau memperkosaku..." Gumam Billie.
"Apa kau bilang?!?" Thomas mengkerutkan keningnya curiga dengan kalimat lirih yang dia dengar, tapi Billie malah membalasnya dengan cengiran.
"Eehh? tidak tidak! Lupakan saja... hehe..."
"Tapi Kak... apa kau tahu tentang seseorang yang bernama Devian? Apa dia pernah tinggal di asrama ini? Apa dia ada hubungan dengan Kak Ice?"
"A-apa?! Dengar! Jangan sebut nama itu di tempat ini, apalagi di hadapannya! Mengerti!" Ujar Thomas dengan nada bicara seperti ketakutan. Namun bagi Billie, reaksinya justru membuatnya semakin penasaran.
...----------------...
Esok harinya di pukul 8.00 pagi
"Huahmmm... aku masih mengantuk..." Billie menguap dengan langkah gontai.
Suara jangkrik di musim panas bersahut-sahutan, angin bertiup menerbangkan dedaunan kering tapi tidak membuat sejuk suasana. Cuaca yang panas membuat pipi tembem Billie memerah tak hentinya dia mengipasi tubuhnya. Bebat yang dipakainya dibalik seragam untuk menutupi payudara membuatnya gerah dan sesak. Ketiak dan punggungnya terasa lengket karena basah dengan keringat.
"Sialan! Kenapa sekolahan ini luas sekali?" Gerutu Billie dalam hati. Jarak antara asrama ke bangunan srkolah sangat jauh, bahkan antara satu kelas ke kelas lainnya juga jauh seperti memutari lapangan bola. Kaki Billie terasa pegal, tenggorokannya haus dan perutnya juga keroncongan.
Gara-gara terjaga semalaman menunggui pemuda gondrong yang hingga kini belum tersadar, Billie terburu-buru berangkat sekolah tanpa sarapan. Selain itu juga Billie tidak ingin melewatkan hari pertama sebagai siswa baru. Kabarnya jika melewatkan sehari saja momen ini bisa terkena masalah seumur hidup, karena kabarnya lagi anggota Komite Disiplin di sekolah tahun ini terkenal sangat kejam.
"Ah, seandainya saja ada yang menjual es krim, rasanya pasti segar! Atau jika ada kolam renang aku ingin sekali berendam... Eh, tunggu dulu! Jika aku berenang, penyamaranku akan ketahuan!"
Pikiran Billie melayang tak karuan hingga akhirnya dia hilang kesadaran. Saking panasnya gadis itu jatuh pingsan di lapangan rumput yang luas.
...----------------...
Di waktu yang sama di tempat lain ; Lapangan Basket.
"Yaaah, bolanya keluar! Hei, Jerome ayo sana ambil!" Ucap seorang pria tinggi besar yang tengah bermain basket. Dia menatap ke arah bola yang melambung jauh melewati pagar lapangan.
"Kenapa harus aku, Kak?" Jawab pemuda yang bernama Jerome dengan nada enggan.
"Jangan malas! Karena kau yang paling dekat! Ayo sana pergi!" Perintah pria yang lebih senior itu tak bisa dibantah.
Tidak lama kemudian.
"AARRGH! APA INI??"
Teriakan pemuda bernama Jerome tiba-tiba memecah keheningan.
"Woy! Ada apa, Jer? Kenapa kau berteriak?" Tanya sang senior yang segera berlari menghampiri pemuda yang kini bersimpuh di tanah.
"KAK JOSHUA!.. A-ada mayat lagi! AYO CEPAT KITA PANGGIL POLISI!"
"Ma... MAYAT?" Senior yang dipanggil Joshua membelalakan matanya lebar tak percaya. Dengan segera dia berlari menghampiri sosok yang terbaring di rerumputan.
"Whoa, siapa ini?"
Joshua malah berdecak kagum, tidak ada darah ataupun tanda luka memar. Perhatian Joshua malah teralih pada wajah pemuda itu yang terlalu manis untuk ukuran murid laki-laki. Kulit yang putih mulus, bulu mata lentik, bibir mungil yang cantik dan pipi tembem yang bersemu pink. Jika putri salju itu nyata mungkin beginilah rupanya, pikir Joshua yang terkesima pada pandangan pertama.
Joshua memajukan wajahnya hendak memberi pertolongan nafas buatan pada Billie. Namun detik kemudian dia tersadar dan menghentikan aksinya. Sekolah ini adalah sekolah khusus murid laki-laki, tidak mungkin ada murid perempuan disini, tapi kenapa hatinya berdebar tak karuan karena sosok ini? Apa mungkin dia memiliki ketertarikan pada sesama jenis?
"Hmm... sepertinya bocah ini hanya pingsan..." Ucap Joshua setelah memeriksa nadi di lehernya.
"Huh, dasar bodoh! Kau membuatku kaget saja!" Joshua menjitak kepala Jerome yang spontan mengaduh kesakitan.
"Tapi Kak... kau mau apakan dia?" Tanya Jerome yang keheranan saat tiba-tiba Joshua mengangkat tubuh pemuda pingsan itu dan menggendongnya seperti gaya pengantin. Pemandangan yang menurut Jaguar terlalu romantis dan terlalu aneh untuk dilihat.
"Tentu saja membawanya ke klinik... sebelum dia benar-benar mati terpanggang disini..." Jawab Joshua tanpa ragu.
"Ooh... lalu latihan basketnya bagaimana?"
"Jerry, dasar kau ini! Nyawa seseorang jauh lebih penting daripada bola basket!"
...----------------...
Di klinik kesehatan Sekolah
Detak jam dinding terdengar begitu jelas di dalam ruangan serba putih. Bau desinfektan dan obat-obatan menguar disekitarnya dan menusuk hidung. Angin kencang yang masuk melewati jendela menyibakkan tirai putih hingga cahaya matahari yang silau masuk dan jatuh tepat di kedua mata yang sedang tertidur lelap.
"Hmm... dimana aku?" Dengan suara parau Billie mengucek matanya. Kepalanya masih terasa pusing saat dia mencoba bangkit dari posisi tidurnya.
"Akhirnya kau bangun juga anak baru, apa tidurmu nyenyak?"
Suara sinis seorang pria membuat Billie tersentak kaget. Bola matanya terbelalak lebar saat menyadari sosok berbaju seragam rapih yang ada di depannya.
"Tampan! Terlalu tampan menyilaukan!" Pekik Billie dalam batinnya. Dia belum pernah bertemu selebritis dari dekat, tapi mungkin beginilah rasanya. Ketampanan dan kharisma pemuda ini membuat Billie merasa terintimidasi. Tingginya sekitar 190 cm dan proporsional, otot tubuhnya membuat dia terlihat tegap dan gagah.
"K-Kau siapa?" Entah kenapa Billie spontan menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya padahal dia sendiri masih berpakaian lengkap. Entah kenapa tatapan pemuda ini begitu tajam, seolah sedang menghakimi sekaligus menelanjangi dirinya.
"Namaku Godfrey, seniormu. Aku adalah Student Council President sekaligus Ketua Komite Disiplin Sekolah tahun ini. Setiap ada masalah yang terjadi pada murid baru akulah yang bertanggung jawab di sini... dan aku tak bisa tinggal diam..."
"Blablabla..." Billie tidak berminat mendengar kelanjutan ceramah pria itu yang baginya terdengar membosankan. Sosoknya begitu tampan dan karismatik tapi gaya bicaranya terdengar sangat arogan, Billie jadi hilang simpati. Perhatian Billie teralih pada jam dinding yang menjukkan waktu sudah pukul 2 sore.
"Sial, tidurku lama sekali!" Gerutunya dalam hati.
"Hey! Anak baru... kau mendengarkanku tidak?" Bentak Godfrey yang jadi emosi saat sadar dirinya diacuhkan.
"Ma-maafkan aku Kak... Bagaimana aku bisa disini? Apa Kak Godfrey yang menolongku?" Billie sengaja mengalihkan topik pembicaraan, berharap pria ini tak marah.
"Ehm..." Godfrey berdehem. "Bukan aku tapi-"
"HAI MANIIS! Apa kau sudah bangun putri tidurku?" Kalimat Godfrey terpotong saat tiba-tiba seorang murid pria lain datang ke dalam ruangan.
"EHHH?" Billie terperanjat kaget saat melihat pemuda yang menghampirinya itu bertelanjang dada dan hanya celana jersey pendek yang menutupi tubuhnya. Pemuda ini tak kalah tampan dari Godfrey, hanya saja warna kulitnya lebih coklat dan tampak eksotik. Keringat yang mengkilat dan menyelimuti setiap lekukan ototnya membuatnya terlihat begitu seksi.
"Siapa lagi ini? Kenapa dia memanggilku manis? Putri? Jangan- jangan... apa dia sudah tahu penyamaranku?" Batin Billie gundah gulana. Misi penyelidikannya di sekolah ini baru dimulai tapi dia malah sudah mendapatkan masalah.
TBC
(AN : 1/1/2021 FYI Karakter Jaguar aku ganti namanya jadi Jerome, biar gak dituntut sama yang punya nama. hihi. Btw ini adalah visual karakter para penghuni Diamond High. Godfrey (Godt Ittiphat Thanit), Joshua (Joss Wayar), Jerome (Jaguar) semuanya aktor & model Thailand.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Tati mariyanah
joshua ganteng ya
2022-09-30
0
Anita Istiqomah
ganteng joshua....
2021-09-20
0
atmaranii
aph smprubahan s ice itu Krn kmatian devian tmannya...
2021-09-14
1