Malam selesai makan, mereka rebahan di kasur. Lidni menuntut penjelasan dari Dreany.
"Oke akan aku jelaskan. Tapi jangan potong penjelasan saya ya?" Lidni mengangguk cepat agar Dreany segera memberi penjelasan.
"Aku anak dari Andre Wijaya dan Anne Saputra." Lidni mengingat-ingat dua nama yang baru saja disebutkan oleh sahabatnya itu. Tetapi karena masih penasaran, ia memilih untuk tidak menyela cerita Dreany.
"Papa aku pemilik dari PT. Wijaya Group dan mama aku pemilik dari Big Size Boutique. Kakek aku namanya Alex Saputra dan nenek aku bernama Nancy...." ucapan Dreany nggantung karena disela Lidni.
"Tunggu..... Nama-nama yang kamu sebutkan sepertinya tidak asing di telingaku. Dannnn..... nama butik itu.... juga sangat tidak asing. Aku ingat-ingat dulu...." Lidni berusaha mengingatnya.
"Oh nooooooo....." kini giliran Dreany yang terkejut.
"Papa dan mamaku adalah karyawan dari butik itu. Namanya Toni dan Lidia. Dan aku mendapatkan beasiswa dari butik itu karena pemilik butik itu pernah melihat aku merancang busana ketika pemilik butik itu datang ke rumahku. Itu artinya......." Lidni tambah histeris.
"Kamu....." Lidni memukul-mukul kedua lengan Dreany.
"Awwwww..... sakit."
"Maaf..." Lidni berdiam sejenak. Dreany tahu apa yang sedang Lidni pikirkan.
"Aku mohon kamu tidak berubah terhadap aku ya.... Aku juga baru tahu kamu adalah anak dari karyawan mama. Dengar, kalau mama sampai kasih beasiswa ke kamu itu, itu tandanya orang tua sangat berperan penting di butik mama. Mereka adalah orang kepercayaan mama. So, jangan pernah berubah. Kita tetap sahabatan ya...? Nanti aku minta ke mama supaya kamu dipindahin disini deh, supaya aku ada teman."
"Lebih baik jangan. Aku nggak enak. Keluargamu sudah terlampau baik buat keluarga kami." tolak Lidni.
"Kalian pantas mendapatkannya. Jangan mikir aneh-aneh. Kan kita bisa belajar bersama-sama, makan bareng dan berangkat ke kampus bareng. Atau gini aja deh, biar kamu tidak merasa terbebani. Aku mau minta kamu jadi asisten aku aja deh..." ide Dreany keluar agar Lidni tidak pergi darinya.
"Ok, kalau itu mau kamu. Yang penting, aku jangan hanya numpang gratis disini. Bila perlu, aku tidak perlu dibayar."
"Ah, kamu itu gimana sih. Namanya juga kerja, ya harus dibayar." jawab Dreany.
"Trus, aku kerjanya ngapain?"
"Temani aku. Kalau aku minta tolong, kamu siap kapan saja. Gimana?" tawar Dreany.
"Ah, itu terlalu ringan."
"Coba dulu deh ya. Aku coba telpan mama sekarang." tidak mau menunggu lama, Dreany pun mengambil ponselnya dan menghubungi mamanya.
"Halo ma...."
"Ya sayang, apa kabar? Kok baru hubungi mama?" jawab mamanya yang di seberang telpon.
"Maaf ma, akhir semester agak sibuk. Oya ma, bolehkah aku meminta sesuatu?"
"Mau minta apa sayang?" tanya mamanya.
"Boleh tidak dulu.?"
"Apapun buat kamu sayang."
"Tahu nggak ma, ternyata sahabatku yang aku ceritakan selama ini adalah anak dari karyawan mama."
"Mama tahu sayang... Mama sengaja tidak cerita sama kamu, supaya kamu mandiri dan menemukan orang yang menurut kamu baik. Apa yang mau kamu minta?"
"Ah, mama... Boleh tidak kalau Lidni jadi asisten aku ma? Supaya aku ada temannya. Aku janji deh, tidak akan aneh-aneh."
"Boleh sayang. Tolong kasih ponselnya ke Lidni ya..."
"Halo tante, apa kabar tante?"
"Halo sayang, kabar baik. Kamu bagaimana?"
"Baik tante. Terima kasih."
"Sayang, kamu boleh menjadi asisten Dreany tetapi tolong jangan terlalu dimanjakan dia ya? Supaya dia terlatih mandiri." pinta Anne.
"Baik tante. Terima kasih banyak. Tante sangat baik buat kami."
"Ah, tidak sayang. Ya, sudah ya. Kalian baik-baik disana ya...?"
"Baik tante. Terima kasih banyak lho tante."
"Ahhhhhhh..... waaawwww, aku senang sekali bisa serumah dengan kamu." Dreany kegirangan. akhirnya dia punya teman di rumah yang semewah itu.
"Tunggu sebentar. Mana kunci apartemenmu?" Lidni memberikan kuncinya tanpa bertanya untuk apa. Lidni sedikit merasa heng hong dengan apa yang terjadi.
"Pak, bisa ke kamar saya?" Dreany menghubungi kepala pelayan melalui sambungan telpon rumah. Dan tidak lama kemudian, kepala pelayan itu mengetuk pintu.
"Masuk pak."
"Ya non, ada yang perlu saya bantu?"
"Pak, mulai sekarang, Lidni akan menjadi asisten pribadi aku. Tolong siapkan kamarnya di sebelah kamar aku dan tolong ambilkan semua barang-barangnya. Ini kunci apartemennya di kawasan dekat kampus. Alamat lengkap akan dikirim lewat ponsel." Lidni melongo. Horang kaya kan bebas.
"Baik non. Kalau begitu, saya permisi dulu."
"Terima kasih pak."
"Sama-sama non."
Setelah kepergian kepala pelayan, Dreany heboh sendiri sambil peluk-peluk Lidni.
"Huhuuuuuuuuu.... akhirnya aku punya teman di rumah. Terima kasih ya.... muah.... muah ... muah...." Lidni hanya tersenyum melihat tingkah Dreany yang kegirangan.
"Tapi, kamu malam ini tetap tidur disini. Besok kita shopping."
"Terserah deh.... tapi harus melanjutkan cerita yang belum aku ketahui."
"OK!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
silviaanugrah
hai thor, aku datang bawa 15like.
smngt up dan smg ceritanya sukses yah, aku tunggu trs feedback-nya. 😉✨
2021-02-15
1