Keesokannya setelah Dreany pulih tenaganya, ia mendatangi kampus yang akan menjadi tempat kuliahnya. Kampus dimana mamanya dahulu mengukir sejarah hidupnya dengan memperoleh hasil yang memuaskan. Kini, kedua orang tuanya juga berharap bahwa Dreany mengikui jejak mamanya, bisa berhasil di bidang sama. Sehingga Dreany dapat melanjutkan bisnis mamanya sedangkan adiknya melanjutkan bisnis papanya.
Berhantaran lahan luas yang terdapat gedung menjulang tinggi dengan fasilitas yang terbaik dari pada kampus yang lainnya, mahasiswa-mahasiswa yang terlihat dari golongan atas mondar-mandir ke segala arah menuju ruang kelas mereka.
Mata Dreany mengarah ke salah satu mahasiswa yang sedang duduk sendiri di bawah pohon. Dia tampak berbeda dengan yang lainnya dari segi penampilan. Wajahnya terlihat biasa saja tanpa polesan namun tidak membosankan. Dia memiliki kecantikan dari dalam yang begitu memancar. Bisa dipastikan, dia dari golongan menengah ke bawah dan dia berada disini karena beasiswa.
Dreany mengayunkan langkahnya menuju ke gadis itu. Entah mendapat dorongan dari mana sehingga ia mendekati gadis itu.
"Hi... apa saya boleh berkenalan dengan anda?" sapa Dreany. Gadis itu pun mengangkat wajahnya.
"Hi, boleh. Nama saya Lidni. Saya dari Indonesia." balas Lidni dengan memberikan tangan kananya untuk berjabat tangan. Dreany menerima tangan itu dengan senyuman.
"Wawwww.... kita sama. Aku juga dari Indonesia. Namaku Dreany. Senang berkenalan denganmu. Kalau begitu, apakah kita bisa berteman?" sahut Dreany ramah.
"Tentu saja boleh. Senang berkenalan dengan kamu juga."
"Kamu tinggal dimana Lidni?"
"Aku tinggal dekat sini." jawab Lidni.
"Kalau begitu, lain kali aku bisa mampir dong."
"Tentu saja boleh." jawab Lidni.
"Oya, kamu semester berapa?" tanya Dreany
"Aku baru masuk."
"Wahhhh, sama dong. Berarti kita satu kelas. Aku masuk dulu ya, soalnya aku baru mau daftar hari ini. Kalau ruang pendaftaran dimana ya, Lidni?"
"Biar aku antar saja supaya tidak tersesat." tawar Lidni.
"Wah, kamu memang terbaik. Boleh deh kalau gitu. Nanti aku traktir deh habis ke pendaftaran."
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang pendaftaran sambil memperdalam perkenalan mereka. Merupakan sebuah keberuntungan bagi Dreany, baru masuk sudah mendapatkan seorang teman. Meskipun sebenarnya Dreany adalah orang yang tidak mudah untuk berteman. Tetapi ketika melihat Lidni, ada rasa kenyamanan dan kepercayaan pada diri Lidni.
Disini, ketika Dreany masuk ke kampus ini, Dreany tidak ingin identitasnya diketahui orang lain kalau dia adalah anak dari pengusaha sukses bukan saja di Asia tetapi juga merambah di Eropa. Dreany ingin seperti mamanya yang tidak dibebani dengan embel-embel nama orang tuanya sehingga ia bisa lebih bebas.
Begitu juga ketika ia berkenalan dengan Lidni, ia tidak ingin membuka identitasnya terlebih dahulu agar Lidni merasa nyaman dengan Dreany. Lidni pun sama, ia bukan sembarang orang yang mudah membuka identitasnya meskipun tanpa dikorek pun orang akan tahu, ia berbeda dengan yang lainnya. Disinilah Dreany ingin menyamakan dirinya seperti Lidni agar Lidni memiliki teman. Dreany tahu, Lidni masuk ke kampus ini karena beasiswa. Pasti dia juga merasa minder dengan keadaannya.
"Thank you ya Lid? sampai ketemu lagi. Oya, tolong tulis nomormu disini dong..." Dreany memberikan selembar berkas bekas dia mendaftar tadi.
"Lho, kamu belum punya handphone?" tanya Lidni.
"Handphone aku mati gara-gara...." Dreany menggantungkan pembicaraannya.
"Oh ok. Sini..." Dreany memberika kertas itu pada Lidni. Lidni tahu ada sesuatu yang disembunyikan Dreany. Namun Lidni tidak mau menanyakannya. Apalagi baru kenal. Mungkin belum waktunya Dreany terbuka.
Mereka berpisah di parkiran. Dreany tentu saja dijemput oleh pak Ferdi. Sedangkan Lidni berjalan kaki karena apartemennya tidak jauh dari kampus.
Ketika Dreany hendak menuju mobil, tiba-tiba ada seseorang yang lewat tanpa lihat-lihat....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments