05. Perjanjian Dua Tahun Yang Lalu.

Dor...!! Dor, Dor, Dor...!!!

Ya Tuhan!! Apa yang sebenarnya terjadi?. Batinku panik.

Aku sangat kaget setelah mendengar suara tembakan yang sepertinya tidak jauh dari tempatku berada. Terlihat semua orang mulai panik, terpancar dari setiap raut wajah pejalan kaki, mereka berjalan dengan sangat tergesah-gesah menuju sumber suara tersebut. Terlihat dari balik kaca mobilku yang masih tertutup rapat. Sedangkan jalan raya semakin macet, terdengar suara klakson yang berbunyi nyaring dari setiab arah, kendaraan roda dua mulai berdesak-desakan melaju dari setiap celah yang ada, membuat jalan semakin tidak beraturan.

Beep, Beep...!! Bim, Bim...!!

Ini dua kali lebih macet dari sebelumnya, bagaimana aku bisa cepat sampai ke kampus kalau situasinya begini terus. Batinku.

Aku yang masih menempelkan ponsel ke daun telinga, tidak terdengar sedikitpun suara dari Amel, sepertinya dia mendengar suara tembakan dari tempatku dan mampu membuatnya terdiam membisu.

Alisya :

Amel, kau masih di sana kan? [sahutku berbisik.]

Amelia :

Iya, aku masih di sini, Alisya. [Balas Amel dengan suara pelan.]

Alisya :

Kau nggak papakan, Mel? [balasku kuatir.]

Amelia :

Iya, aku gak kenapa-napa kok, Lisya. [Jawab Amel dengan nada menggetar.]

Alisya :

Iya sudah, sepuluh menit lagi aku akan sampai ke kampus, nanti kita bicara lagi. [Ucapku dan menutup ponsel.]

Mengapa suaranya tiba-tiba saja pelan, seperti suara yang sedang ketakutan. Apakah Amel semakin yakin mengenai video yang barusan di tonton nya?. Batinku cemas.

Aku yang masih memikirkan Amel sembari meletakan ponsel ke kursi yang berada di sebelahku. Pandanganku tertuju ke arah luar kaca mobil terlihat Polisi yang sedang mengatur jalan dan membuat semua kendaraan berjalan di jalurnya masing-masing dengan kecepatan sangat pelan. Walaupun begitu, semua kendaraan melintas sangat terarah. Polisi-Polisi itu mengatur lalu lintas dengan sangat baik, dan membuat jalan tidak terlalu macet.

Mobilku melaju di pinggir jalan dengan kecepatan pelan mendekati alun-alun kota yang jarangnya sekitar 50 meter dari tempatku berada, terlihat di sepanjang jalan banyak warga dari berbagai usia dan banyak anak-anak yang memakai seragam sekolah, mulai dari anak TK, SMP, hingga SMA yang lagi berjalan menghampiri sumber suara tersebut dengan beramai-ramai seperti sedang demon.

Aku melirik ke arah jam yang berada di layar radio di dekat kemudi, terlihat jam sudah menunjukan pukul 07: 49., "Sudah jam segini. Bagaimana dengan anak-anak itu yang masih berada di jalan? Mereka akan telat sampai ke sekolahnya," aku yang masih memperhatikan sekitar jalan dari balik kaca mobil yang masih tertutup rapat, "mungkin sekolah mereka akan mengerti, karena hari ini kemacetan di jalan raya memang tidak seperti biasanya. Dan mengapa, ada suara tembakan yang terdengar berulang kali? Apakah ada perampokan atau begal?"

Setelah ada celah, aku langsung melajukan mobil dengan sangat pelan. Semua kendaraan melaju dengan sangat tertib mengikuti alur kemacetan. Ketika mobilku sudah sampai di pinggir jalan tepatnya di samping alun-alun kota, aku sangat kaget ketika melihat ke arah warga yang sedang berdiri dialun-alun kota. Mereka semua memasang raut wajah yang sangat cemas, bahkan sampai ada yang menagis terisak-isak. Kecemasan itu sangat jelas terpancar dari wajah setiap orang yang berada di sudut jalan, mereka yang sedang duduk di atas bangku jalan dan bersandar di tiang jalan bahkan ada juga yang terduduk lemas di lantai jalan.

Banyak Wartawan dan Reporter saluran tv, sedang meliput kejadian yang terjadi di simpang empat tepatnya di dekat alun-alun Kota. Begitu banyak mobil Polisi dan Ambulan yang berjejer di pinggir jalan.

"Ada apa ini!! Mengapa semua orang sangat cemas, suara tembakan apa tadi? Apa itu terkait dengan semua orang yang berada di sini, tapi mengapa bisa?" Aku yang bertanya didalam hati tentang kejadian pagi ini, adakah jawaban dari semua pertanyan aku ini.

Aku perhatikan satu persatu wajah di setiap sudut jalan terlihat ada Para Reporter yang sangat sibuk mengambil berita, Polisi masih menangani jalan, dan Dokter sedang mengobati Polisi yang terluka dan mereka sedang duduk di belakang mobil Ambulans yang berjarak sekitar 8 meter dari tempatku berada.

Mobilku melaju dengan sangat pelan mendekati Ambulans tersebut dan akhirnya mobilku berhenti tepat di sampingnya. Aku terus saja memperhatikan mereka dengan sangat teliti dan terlihat Dokter perempuan yang sepertinya masih berusia sekitar 38 tahun, sedangkan Polisi tersebut terlihat lebih tua darinya. Aku terus saja memperhatikan ke arah mereka dan tiba-tiba saja pandangganku terhenti di bagian tangan Polisi tersebut yang mampu membuatku tercenggang.

"Ya Tuhan. Apakah itu bekas gigitan," aku sangat terkejut dengan apa yang barusan terlihat, "Polisi itu memiliki bekas gigitan di tangganya!!" Aku benar-benar sangat panik dan penasaran mengenai percakapan mereka yang terlihat begitu serius, kaca mobil pun ku buka agar bisa mendengar jelas apa yang sedang mereka bicarakan.

"Mengapa begitu, pak?" tanya Dokter yang sangat penasaran sembari mengilap luka dengan menggunakan kapas yang sudah di basahi oleh alkohol.

"Saya pun tidak tahu pasti. Sepertinya pelaku mengalami depresi, sehingga dia bisa melakukan hal tersebut," jawab Polisi yang sedang menahan rasa sakit.

"Sepertinya itu tidak wajar pak, tidak ada seorang pun yang bisa bangkit setelah di tembak berulang kali? Apa lagi, di bagian jantung dan hati. Itu mustahil," balas Dokter tersebut sembari membalutkan perban di tangan Polisi tersebut.

"Saya pun sependapat dengan anda, dia masih bisa berdiri bahkan berjalan ke arah saya. Saya mengambil keputusan yang tepat dengan menembak bagian kepalanya," ucap Polisi tersebut sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Iya pak, itu keputusan yang tepat. Kami Para Medis akan membawa mayat pelaku dan korban ke rumah sakit," ucap Dokter itu sembari menutup kotak obat yang berada di pangkuanya.

"Oke, terimakasih Dok," jawab Polisi sambil berdiri.

Dokter tersebut pun ikut berdiri, "Sama-sama. Iya pak , nanti jangan lupa pergi ke rumah sakit untuk mengganti perban yang baru, untung saja gigitan yang bapak alami tidak separah korban. Bapak hanya mengalami bekas gigitan, sedangkan koban di gigit hingga tewas di tempat."

"Iya, besok saya akan ke rumah sakit," jawab Polisi kepada Dokter sambil tersenyum.

Dengan sangat sigap aku pun langsung menutup kaca mobil dengan sangat rapat agar tidak mendengar pembicaraan mereka lagi. Terlihat dari balik kaca mobil, mereka semakin serius membicarakan hal tersebut. Dahiku mulai mengkerut memikirkan semua kejadian yang terjadi pagi ini. Berawal dari di meja makan, melihat video yang berada di grub WhatsApp, hingah akhirnya kejadian di sekitar alun-alun kota.

"Ada apa ini!! Apa yang sebenarnya terjadi? Pagi ini sangat membuatku bingung. Apakah yang di katakan oleh Rizqi itu benar? Apakah semua ini berkaitan tentang zombie," aku yang masih memperhatikan kendaraan yang melaju pelan dari balik kaca mobil dengan perasaan yang semakin cemas, "tidak, ini tidak mungkin. Semua ini tidak benar, zombie tidak ada di dunia. Ayolah Lisya, jangan memikirkan hal yang seharusnya tidak boleh di pikirkan," aku yang semakin ketakutan sambil menggenggam kuat kemudi dan sesekali melihat ke arah ponsel.

Aku yang terus saja melihat ke arah ponsel dan mengingat mengenai seseorang yang sangatku sayang. Tanganku mulai meraih ponsel yang berada di atas bangku tepatnya di sampingku, yang sebelumya telah aku lemparkan karena kesal tentang kejadian hari ini. Terlihat foto di layar ponsel yang sebelumnya sudah ku klik galery, terlihat foto bersama dengan Amel ketika kami masih mengenakan seragam putih abu-abu. Senyum manis yang terpancar dari raut wajahnya dan di dalam foto ini terlihat kami yang sedang saling merangkul dengan sangat bahagia.

Aku nggak mau kalau sampai itu terjadi, Mel. Batinku cemas.

Dua Tahun Yang Lalu.

- - - - - -  - - - -

- - - - - -  - - - - - - - - -

- - - - - -  - - - - - - - - -  - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

"Ayo, ayo...!! Mati kau kodok...!! Nggak akan kubiarkan kau hidup!!" Aku sangat fokus bermain game zombie di komputer.

"Ee... Wak, ngapain kau?" Amel berteriak kepadaku yang sedang berdiri di pintu kamarku.

"Kau kapan datangnya, Melek?" tanyaku yang masih saja fokus dengan dunia game.

"Barusan saja datang," ucap Amel sambil berjalan menghampiriku.

"Oo...," balas ku singkat.

"Main game zombie lagi!! Is, iis... asyik itu saja pun yang kau mainkan, emangnya gak ada game lain apa? Nanti lama-lama wajah kau macam zombie, Alisya. Kau tu manis, kenapa sih suka sekali main game dan nonton film yang berkaitan tentang zombie? Nanti kalau sampai orang lain tau kalau kau suka game zombie dan mereka sampai bilang ~lihat tuh cewek, manis-manis kok kejam~ mau kau di bilang kayak gitu?" jawab Amel dengan nada tegas sambil memukul pundak ku dari belakang.

"Terserah orang mau bilang apa, aku gak peduli. Yang penting aku happy, dan kalau ada yang bilang kayak gitu, aku akan berkata kepada mereka ~bodoh amat~ gitu aja kok repot," aku yang menjawab pertanyaan dari Amel dengan nada melece dan masih saja bermain tanpa melihatnya sedikit pun.

"Kau ini ya...!! Bandal sekali kalau di bilangin," ucap Amel sambil mencubit pinggangku dengan pelan.

"Aduh...!! sakit tahu, Melek," jawabku yang sedang menghindar dari cubitanya.

Amel yang berjalan menuju samping meja komputer dan berkata, "mengapa sih kau itu suka sekali yang berkaitan tentang zombie. Mulai dari film, komik, hingga game?" Amel bertanya dengan sangat penasaran terlihat dari raut wajahnya.

"Entahlah aku pun gak tau, tapi yang jelas zombie itu seru dan menarik. Apa lagi ya Mel, aku sangatlah berharap zombie ada di dunia nyata!! Ha... Ha...," ucapku melihat ke arahnya dengan mengeluarkan suara tertawa yang sadis.

"Gila kau. Aku gak mau ya kalau sampai zombie ada di dunia nyata!! Kalau itu sampai terjadi, aku akan bunuh diri. Aku akan gantung diri di ruang keluarga bersama semua keluargaku!!" balas Amel dengan nada ketakutan sambil membalikan tubuhnya yang sedang membelakangi ku, aku yang masih melihat ke arah Amel dengan pandangan tidak senang.

Dengan spontan, aku meninggalkan game yang masih aktif dan berdiri tepat di belakangnya, "Apa!! Uda gila kau ya, Mel!! Adek kau itu masih kecil. Dan apakah kau tega melakukan hal semacam itu kepada keluargamu sendiri? Sudah gila Kau, Mel!!" jelas ku kepadanya dengan nada yang semakin marah.

"Emang kenapa!! Apakah aku salah? Apakah aku salah bertindak seperti itu, Lisya. Ayo katakan!!" tanya Amel kepadaku dengan emosi yang mulai meledak-ledak. Dia membalikan tubuhnya dan menghadap ke arahku, terlihat air matanya yang sudah mengalir membahasi pipinya yang mulai memerah, "aku sangat sayang kepada mereka, dan aku tidak sanggup melihat mereka berubah menjadi zombie. Apalagi kalau aku sampai berubah menjadi zombie dan nantinya akan memakan keluargaku sendiri, aku ngak sanggup, Lisya."

Aku yang masih tercengang melihat kondisi Amel saat ini, dan ini baru pertama kalinya dia marah sehebat itu kepadaku, "Amel, lihat aku!!" aku memegang pundaknya dan mengarahkan tepat di hadapanku, "ngak Mel, itu ngak akan pernah terjadi. Zombie ngak akan pernah ada di dunia nyata, aku yakin itu."

Amel melihat ke arahku yang masih dalam keadaan menangis terisak-isak dan berkata, "tapi, kalau sampai zombie itu ada di dunia nyata apa yang harus aku lakukan, Lisya?"

"Aku akan selalu menjagamu, Mel. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu bersama. Apapun itu," aku menghapus air mata dan memeluknya dengan sanggat erat.

"Apakah persahabatan kita ini sangat berarti untukmu, dan kau berjanji akan selalu bersamaku? apapun yang akan terjadi kedepannya, Lisya?" tanya Amel sambil membalas pelukanku.

"Iya, aku berjanji kepadamu, Mel," jawabku berbisik. Aku merasakan hembusan nafas Amel dan detak jantungnya yang mulai tenang.

Aku berjanji, Mel. Batinku.

Kami pun terhanyut dalam pelukan dan masih berdiri di dekat meja komputer.

- - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Masa sekarang.

Tidak, itu tidak benar. Zombie tidak akan ada di dunia nyata, aku sangat yakin itu!!. Batinku.

Ketika mendapatkan celah aku langsung melajukan Mobilku menuju simpang empat terlihat begitu banyak mobil Ambulans, mobil Polisi, dan mobil siaran berita dari berbagai channel tv yang sedang berjejer rapi di setiap pinggir jalan.

Di tengah-tengah persimpangan ada Reporter bersama timnya yang sedang menyorot mayat pelaku dan beberapa Polisi yang sedang mengatur jalan. Terlihat begitu banyak darah di sekitar mayat tersebut. Aku yang melajukan mobil dengan kecepatan pelan mengikuti alur kemacetan sambil melihat ke arah mayat pelaku dengan sangat seksama. Terlihat mayat itu terbaring kaku diatas aspal yang telah diselimuti oleh plastik berwarna hitam di tenggah-tenggah jalan raya. Tiba-tiba saja angin bertiup ke arah mayat tersebut dan plastik hitam itu terbuka di bagian tangan pelaku.

"Ya Tuhan. Apakah itu bekas gigitan yang berada di tangannya? Dan urat nadi mayat itu terlihat berwarna kehitaman," aku sangat tercengang melihat tangan pelaku itu, tapi tiba-tiba saja lamunanku buyar ketika mendengar suara ketukan. TOK, TOK, TOK...!! Dengan sangat terkejut aku melihat kearah kaca mobilku di bagian belakang, terlihat Polisi sedang mengetuk kaca mobil dan memberi isyarat kepadaku untuk cepat berjalan agar tidak terjadi kemacetan. Aku melajukan mobil dengan kecepatan normal melewati simpang empat menginjak gas melaju dengan kecepatan tinggi agar lebih cepat sampai ke kampus.

Terpopuler

Comments

zien

zien

ceritanya sungguh bagus 👍😊

2021-02-14

1

Puan Harahap

Puan Harahap

aku masih nyicil baca kk

2021-02-06

1

Diah Fiana

Diah Fiana

5 like mampir 😉

2021-02-05

1

lihat semua
Episodes
1 01. Prolog.
2 02. Kenangan Bersama Fadli.
3 03. Suasana Di Pagi Hari Sebelum Terjadinya Wabah Zombie.
4 04. Chat.
5 05. Perjanjian Dua Tahun Yang Lalu.
6 06. Perdebatan.
7 07. Berita Yang Terjadi Di Alun-alun Kota.
8 08. Detik Detik Terjadi Wabah Zombie.
9 09. Fadli Menelpon.
10 10. Panik.
11 11. Menggambil Jalan Masing-masing.
12 12. Raut Wajah kebahagiaan.
13 13. Parkir.
14 14. Minimarket.
15 15. Berdebatan Antara Aku Dan Nia.
16 16. Kerusuhan Di Pintu Masuk Tol.
17 17. Di Uujung Penantian Yang Panjang.
18 18. Kekompakan.
19 19. Permainan & Tantangan
20 20. Pengagum Rahasia.
21 21. Tersesat Didalam Hutan.
22 22. Merah Hati F & A.
23 23. Puncak Bukit.
24 24. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
25 25. Hujan.
26 26. Gotong Royong.
27 27. Dibalik kebahagian tersimpan kesedihan.
28 28. Belajar Menggunakan Pistol HK USP Tactical 45 Suppressed.
29 29. Liontin.
30 30. Memantau.
31 31. Dibenci semua orang.
32 32. Terungkapnya Kebenaran.
33 33. Membela Diri.
34 34. Salah Faham
35 35. Meminta Maaf
36 36. Mengambil Keputusan.
37 37. Sekuntum Mawar Merah
38 38. Mengingat Masa Lalu.
39 39. Kebun Strawberry.
40 40. MENCARI STOK BENSIN
41 41. Dansa.
42 42. Mendapatkan Tempat Yang Aman.
43 43. Masukan Dari Zulham
44 44. Bekerja sama.
45 45. Abang Rasyid.
46 46. KEKACAUAN.
47 Pemberitahuan Dan Promosi.
48 47. Terkepung.
49 48. Keegoisan.
50 49. Orang Baru.
51 50. Penjahat.
52 51. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
53 52. Mendapatkan Stok Kebutuhan.
54 53. Pertumpahan Darah.
55 54. Perjalanan menuju bukit.
56 55. Kehilangan mereka.
57 56. Puncak bukit.
58 57. Massa Sekarang.
59 58. Mencari seseorang.
60 59. Di Perjalanan.
61 60. Perjalanan part 2.
62 -
Episodes

Updated 62 Episodes

1
01. Prolog.
2
02. Kenangan Bersama Fadli.
3
03. Suasana Di Pagi Hari Sebelum Terjadinya Wabah Zombie.
4
04. Chat.
5
05. Perjanjian Dua Tahun Yang Lalu.
6
06. Perdebatan.
7
07. Berita Yang Terjadi Di Alun-alun Kota.
8
08. Detik Detik Terjadi Wabah Zombie.
9
09. Fadli Menelpon.
10
10. Panik.
11
11. Menggambil Jalan Masing-masing.
12
12. Raut Wajah kebahagiaan.
13
13. Parkir.
14
14. Minimarket.
15
15. Berdebatan Antara Aku Dan Nia.
16
16. Kerusuhan Di Pintu Masuk Tol.
17
17. Di Uujung Penantian Yang Panjang.
18
18. Kekompakan.
19
19. Permainan & Tantangan
20
20. Pengagum Rahasia.
21
21. Tersesat Didalam Hutan.
22
22. Merah Hati F & A.
23
23. Puncak Bukit.
24
24. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
25
25. Hujan.
26
26. Gotong Royong.
27
27. Dibalik kebahagian tersimpan kesedihan.
28
28. Belajar Menggunakan Pistol HK USP Tactical 45 Suppressed.
29
29. Liontin.
30
30. Memantau.
31
31. Dibenci semua orang.
32
32. Terungkapnya Kebenaran.
33
33. Membela Diri.
34
34. Salah Faham
35
35. Meminta Maaf
36
36. Mengambil Keputusan.
37
37. Sekuntum Mawar Merah
38
38. Mengingat Masa Lalu.
39
39. Kebun Strawberry.
40
40. MENCARI STOK BENSIN
41
41. Dansa.
42
42. Mendapatkan Tempat Yang Aman.
43
43. Masukan Dari Zulham
44
44. Bekerja sama.
45
45. Abang Rasyid.
46
46. KEKACAUAN.
47
Pemberitahuan Dan Promosi.
48
47. Terkepung.
49
48. Keegoisan.
50
49. Orang Baru.
51
50. Penjahat.
52
51. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
53
52. Mendapatkan Stok Kebutuhan.
54
53. Pertumpahan Darah.
55
54. Perjalanan menuju bukit.
56
55. Kehilangan mereka.
57
56. Puncak bukit.
58
57. Massa Sekarang.
59
58. Mencari seseorang.
60
59. Di Perjalanan.
61
60. Perjalanan part 2.
62
-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!