"Ee...!! Jangan masuk, kalau mau masuk diketok dulu dong pintunya!!" terdengar abang Rasyid sedang melarang ku dengan suara yang berbisik-bisik.
Dengan kondisi setengah sadar yang masih menggenggam gagang pintu aku pun berkata dengan suara khas bangun tidur, "ya maaf...!! Tok, tok, tok...!! Siapa didalam?"
"Abang Rasyid!!" Sahutnya, terdengar suara yang semakin mendekatiku.
Kok aneh ya mengapa suaranya terdengar seperti ada di belakangku, terus yang didalam sini siapa? Yasuda lah, itu gak pentin. Batinku.
"Oo... Abang Rasyid, abang lagi ngapain??" tanyaku sambil mengucek-ngucek mata.
"Lagi makan...!!" jawab abang Rasyid yang semakin mendekatiku.
Dengan sangat terheran aku bertanya lagi dengan polosnya "Kok makan di kamar mandi, bang??"
Terdengar suara tertawa kecil sambil berkata, "sudah tahu mandi kok ditanya lagi sih? Sana pergi, Lisya mandinya dikamar mandi bawah aja."
Dengan kondisi setengah sadar aku membalikan badan sambil menundukkan kepala dan terlihat ada sepasang kaki yang berada di hadapanku dengan pandangan yang masih kabur, sebelum aku melihat kaki siapa itu tiba-tiba saja ada yang mengetuk pelan kepalaku.
"Aduh, sakit tahu...!!" ucapku sambil mengelus-elus kening sambil melihat kearah depan dari bawah hingga atas, dan terlihat wajah yang sedang tertawa terbahak-bahak melihat kearah ku wkwkwkw...!!
Abang Rasyid, dia bukanya di kamar mandi? Berarti dia sedang menjahili ku...!! Batinku kesal.
Aku melihatnya dengan tatapan sinis sambil berkata dengan sangat kesal, "abang Rasyid...!! Memang anak ini, ya...!!"
Aku meraih tangannya tapi dengan sigap abang Rasyid mengelak dari diriku aku semakin kesal melihat wajahnya yang terus-menerus mengejekku, dan aku mencoba lagi menarik bajunya tapi sialnya dia berhasil menghindar dariku lagi. Dengan sangat kesal aku berjalan dan mencoba mencubitnya tapi semakin aku dekat dia semakin menjauh, aku lari dia malah berlari lebih cepat, hingga akhirnya kami lari-larian sampai menuruni anak tangga dan menuju dapur.
Sesampainya di dapur aku melihat ibu sedang berjalan menuju meja makan sambil memegang satu wadah kaca yang berisi bermacam buah-buahan segar dan abang Rasyid berlari kearah ibu, aku mengikutinya dan terus mengejar dari belakangan kami berdua terus berlari mengelilingi ibu.
Ibu tersenyum melihat kami sambil berkata, "kok pada lari-larian sih, ada apa ini anak-anak?"
Abang Rasyid berhenti berlari dan berdiri tepat dibelakang ibu sambil berkata, "ini sih, Alisya. Masih pagi sudah membuat keributan. Suka kali dia menganggu abang, bu." Abang Rasyid melihat kearah ku dari arah belakang ibu dan terus mengejekku dengan mimik wajah yang sangat menjengkelkan.
Aku melihat kearah abang Rasyid dengan tatapan tajam sambil berkata, "enggak...!! Abang Rasyid yang membuat keributan terlebih dahulu, bu."
Ibu membalikan badan dan menjewer telinga abang Rasyid sambil berkata, "abang...!! Kok suka kali ya mengganggu anak ibu yang manis ini." Ibu melepaskan jewera nya dan memelukku, aku mengejek dan menatap tajam kearah abang Rasyid yang berada dibelakang ibu, terlihat abang Rasyid sedang memberi kode menaik turunkan alis matanya seakan-akan dia sedang menantang ku.
Baiklah aku akan menantangmu, permainan baru saja dimulai jadi bersiaplah untuk menerima kejutan dari adikmu ini. Batinku.
Setelah ibu melepaskan pelukannya aku langsung berjalan kearah abang Rasyid dan memukuli sambil mencubitnya, abang Rasyid mencoba mengelak dari serangan ku sambil berkata, "ampun, dek... Sakit tahu." Karena mendengar perkataannya aku jadi sangat senang dan semakin tertawa bersama ibu dan abang Rasyid, tanganku mencubit kuat di perutnya dan memukul kuat di bahunya tapi yang terasa hanya otot-otot kekarnya.
Percuma saja aku memukulinya dengan sekuat tenaga toh dia gak merasakan apa-apa, tapi malah tanganku yang merasa sakit karena berusaha memukuli tubuh yang kekar itu. Batinku kesal.
"Sudah sayang, cepatlah bersiap dan jangan lupa sholat!! Setelah itu langsung mandi jangan melihat ponsel lagi, oke!!" jelas ibu sembil mengelus rambutku dengan jemarinya yang lembut.
"Baik bos," aku tersenyum kearah ibu tapi tidak dengan abang Rasyid, aku malah menatapnya dengan tatapan tajam sembil berkata, "tunggu sebentar lagi ya, Lisya akan membalasnya oke."
Abang Rasyid tersenyum manis kearah ku dan menarik tubuhku kedalam pelukannya sambil berbisik, "oke, siapa takut. Abang akan menunggu kejutan dari, adik. Dan kali ini buatlah yang sangat menantang."
Aku yang masih didalam pelukan Abang Rasyid terus melihat sekitar meja makan dan berbisik, "baiklah, kali ini benar-benar sangat menantang," setelah kami melepaskan pelukan, aku melihat kearahnya dengan senyuman sadis dan Abang Rasyid membalas senyumanku dengan sok keren.
Baiklah aku akan menjahilimu dengan apa yang tidak engkau sukai. Batinku.
Aku bergegas pergi ke lantai atas untuk bersiap-siap. Sedangkan ibu dan abang Rasyid sudah memakai pakaian yang sangat rapi sejak tadi, yang membuat mereka terlihat sangat cantik dan gagah.
* * *
Aku memakai baju kemeja bermotif bunga kecil, yang dimasukan ke rok plisket, dan mungunakan jilbab pashmina. Hijab pashmina dan rok berwarna biru dongker, sedangkan baju kemeja berwarna coklat. Tidak lupa aku memakai sepatu sneakers warna putih, dan tas ransel yang bertali panjang.
Aku berjalan menuju meja makan. Di sana aku melihat ibu dan abang Rasyid, sedang memakan nasi goreng dan meminum susu putih yang suda ibu siapkan untuk kami. Aku menarik kursi yang berada di dekat meja makan dan duduk diatasnya. Terlihat Air putih, susu putih, roti tawar dan beraneka selai, kecap, bumbu cabai yang sangat pedas, dan beberapa buah yang sudah dicuci bersih diletakan diwadah kaca. Semua sudah tersusun rapi diatas meja makan.
Di hadapanku sudah tersedia susu putih, nasi goreng yang tidak terlalu pedas, dan dihiyasi oleh telur mata sapi setengah mateng, sayur selada, potongan tomat dan timun. Ibu sengaja membuatkan nasi goreng tidak terlalu pedas karena abang Rasyid tidak seperti aku dan ibu, yang sangat menyukai pedas. Apalagi kalau sedang makan bakso kuah, aku dan ibu tidak akan berhenti menuangkan cabai kedalam mangkok hingga ingus kami pun meleleh dan mata mulai berkaca-kaca.
Kami sedang berbincang-bincang mengenai apa yang akan dilakukan hari ini, sambil memakan makanan yang sudah Ibu sajikan.
"Hmmm... enaknya masakan Ibu tercinta," sahutku dengan memasang wajah manis.
"Terimakasih, sayang," ucap ibu sambil mengelus lembut kepalaku.
"Memanglah sih uwak ni...!! Bilang saja mau minta tambahan uang jajan, gak usah gombal," jelas abang Rasyid sambil memanyunkan bibirnya.
"Enggak kok. Masakan Ibu memang enak!!" Aku melirik tajam ke arah abang Rasyid.
"Wkwkkw...." ibu dan abang Rasyid tertawa bersamaan sambil melihat ke arahku.
Inilah aktivitas sehari-hari kami, walaupun aku dan abang Rasyid suka sekali menjahili satu sama lain tapi aku sangat senang dan bersyukur memiliki keluarga yang sangat kompak. Abang Rasyid, berdiri dari kursi yang di dudukinya dan berjalan menuju ruang tengah untuk mengambil kunci mobil dan ponselnya.
Saat ini waktu yang sangat tepat untuk menjahilinya. Batinku.
Aku tuangkan beberapa sendok bubuk cabai yang sangat pedas kedalam nasi gorengnya, dan mengaduk-aduk kembali agar dia tidak curiga, kalau aku sedang menjahilinya. Sesaat kemudian, abang Rasyid datang dan duduk di kursi yang sama.
Dering...!! Dering...!! Dering...!!
ponsel berdering. Ada pesan masuk di ponsel abang Rasyid, dia membaca chat tersebut dan tiba-tiba raut wajahnya beruba seketika.
Chat dari siapa itu, mengapa raut wajahnya berubah dan melihat tajam kearah ponsel?. Batinku.
"Ada apa, abang... ??" sahutku menatapnya dengan heran.
"Chat dari siapa itu, Syid??" tanya ibu yang menatapnya heran.
"Ada berita yang aneh, bu. Dan sekarang teman-teman di grup whatsapp abang sedang membicarakannya..." jawabnya yang masih fokus melihat layar ponsel.
"Berita apa, abang??" tanyaku penasaran.
"Di pusat kota ada orang gila yang sedang mengamuk. Dan dia menggigit orang yang berada didekatnya, Para Medis datang dan membawa korban ke rumah sakit terdekat. Sedangkan orang gila tersebut, lagi ditangani oleh pihak Kepolisian," jawab abang Rasyid yang masih mengamati ponselnya dengan seksama sambil mengetik layar ponsel dengan sangat cepat.
"Abang, kirimkan videonya ke WhatsApp Lisya ya." Balasku yang masih memperhatikan abang Rasyid.
"Ya nanti abang kirimkan ke, ibu dan Lisya," jawab abang Rasyid sambil meletakan ponsel disaku celananya. Dan mulai memakan nasi goreng yang telah dicampur oleh bumbu cabai yang sangat pedas.
Ussha...!! Ussha...!! Ussha...!!
"Pedas...!! Pedas...!!" abang Rasyid mengambil air di meja dengan sangat gegabah, meja makan jadi basa kena air yang tumpah karenanya.
Aku dan ibu tertawa bersamaan. Dan kami sangat senang melihat abang Rasyid yang sedang kepedasan, sebenarnya aku sempat lupa kalau tadi sedang menjahilinya. Gara-gara berita yang disampaikan abang Rasyid kepada kami.
Matanya yang mulai berkaca-kaca dan bibir yang sudah merah padam. Membuatku semakin ketawa terbahak-bahak, wk wk wk....!! Walaupun sudahku jahili dia tetap tersenyum dan barkata.
"Tunggu pembalasan dari abang ya, Alisya," ucapnya sambil mencubit pelan hidungku dengan memasang senyuman yang sangat manis, terlihat wajahnya yang masih merah padam.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 07:00.
Kami menghentikan candaan dan bersiap-siap pergi untuk melakukan aktivitas yang selalu kami jalankan setiap harinya, aku berpamitan dengan ibu dan abang Rasyid.
"Assalamu'alaikum," ucapku sambil berdiri dan menghampiri mereka dan mencium tangan, ibu dan abang Rasyid.
"Wa'alaimssalam," jawab ibu dan abang Rasyid bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
semangattt nulisnyaaa kak
tinggalin jejak jg di Novel ku ya ASIYAH AKHIR ZAMAN
2021-04-08
0
Azura One
waah keluarga seru, Abangnya jahil tapi tipe sayang adik. penasaran apa jadinya jika wabah zombie menyerang. mantap thor
Aku rate 5 dan feedback yaa 🤗
2021-02-18
1
Puan Harahap
hadir disini juga kk
2021-02-06
1