02. Kenangan Bersama Fadli.

Apakah Fadli akan membalas chat dariku, setelah apa yang telah aku perbuat padanya dulu? Aku percaya kepada Amel, tapi!! Apakah Fadli tulus mengatakan itu semua kepadaku?. Batinku ragu.

Tubuhku mulai bangkit berjalan meninggalkan kursi dan melangkah mendekati lemari pakaian yang terbuat dari kayu jati berada di sebelah pintu kamar, jemariku mulai meraih gagang pintu lemari pakaian dan membukanya secara perlahan, mataku hanya tertuju kearah laci yang berada di hadapanku tepatnya di dalam lemari bagian tengah.

Apakah aku harus membuka laci itu kembali, setelah sudah sekian lama terkunci? Batinku.

Aku menghela nafas dan mulai mengumpulkan keberanian untuk membuka kembali laci tersebut. Tangan yang bergerak tanpa disadari menggenggam kunci di balik piyama yang melekat di tubuhku, aku telah menggantungkan kunci tersebut di leher dan selalu membawanya kemanapun aku pergi. Tangan yang bergerak sendiri tanpa kusadari seakan-akan dia tahu apa yang harus dilakukan, dan. CEKLEK ....!! Akhirnya laci itupun terbuka kembali sejak sekian lama terkunci.

Terlihat beberapa surat yang terlipat rapi di setiap sudut laci dan album foto berwarna merah hati bermotif daun kecil. Aku yang masih menyimpan barang-barang pemberian darinya termasuk mahkota bunga yang dibuatnya dengan bunga plastik, lampu hias, dan patung orang yang terbuat dari kayu. Barang-barang tersebut masih kusimpan rapi di setiap sudut ruang kamarku. Di kamar ini tidak ada satupun boneka, karena aku tidak menyukainya. Aku lebih suka bunga mawar dan coklat dibandingkan boneka.

Aku masih saja berdiri dan terus memandangi kearah laci, mata yang hanya fokus melihat album, dan pikiranku mulai mengingat masa di mana bersama Fadli dulu. Album yang masih tergeletak didalam laci mulai kusentuh dengan sangat lembut dan bibirku mulai tersenyum lebar sambil melirik kearah surat yang pertama kali Fadli berikan kepadaku. Jemariku tiba-tiba saja bergetar ketika menyentuh ujung kartu yang berwarnya merah hati tersebut.

Fadli, apakah kau masih mengingat dimana saat kau mengutarakan perasaanmu kepadaku dulu?. Batinku.

Dengan perlahan aku meraih kartu tersebut dan mulai membacanya. Yang tertulis.

《Kartu Pertama Dari Fadli》

Hay, Alisya. Apakah kau menyukainya? Aku sengaja menanam bunga mawar ini hanya untukmu, aku harap kau menyukainya. Ada Hal yang inginku bicarakan kepadamu, apakah sepulang sekolah kau punya waktu untukku? Aku menunggumu di taman bunga di dekat danau. Aku akan selalu menunggumu, Alisya.

Kata-kata itu, mampu membuatku mengingat kejadian disaat Fadli mengutarakan cintanya kepadaku di atas perahu bebek yang berada di tengah danau. Aku mulai mengambil album didalam laci sedangkan surat tersebut masih ku genggam sangat erat. Kupandangi setiap foto yang berada didalam album, terlihat wajah kami yang memancarkan raut kebahagiaan.

"Aku sangat merindukanmu,Fadli. Dan aku sudah tidak sabar mengirimkan chat kepadamu," Aku terus tersenyum memandangi foto dan mulai mengambil semua surat yang berada didalam laci sambil mulai membacanya satu persatu. Yang tertulis.

《Surat Ketika Aku Berulang Tahun Yang Ke 17 Tahun》

Happy birthday pesek, selamat ulang tahun semoga sehat selalu dan panjang umur, jadilah anak yang bisa dibanggakan orang tua dan semoga apa-apa yang diinginkan terkabulkan, aamiin. Oya pesek, jangan lupa doakan hubungan kita semoga langgeng sampai ke pelaminan ya, he... he... canda abang dek. Dan ingat, jangan terlalu banyak makan coklat nanti bisa endut loh....

《Surat Ketika Fadli Memberikan Mahkota Yang Kedua》

Jangan senyum-senyum sendiri!! Nanti dikira orang gila loh... tapi jangan marah juga dong!! Kan jadi takut akunya pesek. Aura keganasanmu sudah sampai ke rumahku, bahkan disini sudah mau badai wkwk..., iya maaf. Oya gantungkan mahkota ini di sebelah mahkota yang sudah dibuat tempo hari. Karena mahkota ini cerminan dari diriku yang akan selalu bersamamu sampai kapan pun juga. Aku tidak akan melepaskanmu walau badai sekalipun, hanya maut yang mampu memisahkan kita, Alisya.

《Surat Ketika Hubungan Kami Memasuki Tahun ke 3》

Tidak terasa ya pesek, hubungan kita hampir memasuki tahun ke 3!! Sebentar lagi kita akan menjadi mahasiswa. Dan kau tahukan, Alisya. Kalau Papa ingin aku meneruskan bisnis dan berkuliah di tempat yang sudah beliau tetapkan. Tapi walaupun begitu, akan kuusahakan kita berada di universitas yang sama!! Kalau memang itu tidak mungkin. Aku berjanji, akan selalu menjemput dan mengantarmu pulang setiap harinya. Dan ingat, kamu jangan selingkuh dari aku ya, aku tidak bisa kehilanganmu, Alisya. Kamu taukan seberapa besar dan dalam cintaku kepadamu. Tapi aku pun tidak bisa menolak permintaan orang tuaku untuk berkuliah yang sudah mereka tetapkan. Aku harus meneruskan perusahaan Papa karena aku anak satu-satunya. Mungkin nanti kita akan jarang ketemu, karena selain kuliah aku juga harus mengurus cabang perusahaan Papa. Patung kayu ini akan selalu menemanimu ketika aku tidak berasa disisimu.

Sebelum melanjutkan surat berikutnya, mataku sudah tidak sanggup menahan beratnya air mata. Ia mengalir begitu saja tanpa aku sadari, kaki yang sudah tidak bisa berdiri tegak akhirnya ia terduduk lemas di atas lantai, sedangkan tubuhku menyender di lemari pakaian yang masih terbuka. Nafas yang semakin sesak, air mata yang masih mengalir terus-menerus hingga akhirnya aku tidak sanggup lagi untuk melihat semua foto dan membaca beberapa surat lainnya.

Aku sangat mencintaimu, Fadli. Andai aku bisa mengulang kembali waktu dan menjelaskan semua kepadamu, mengapa aku menginginkan kita putus. Tapi tidak, aku malah menghindar dan tidak pernah memberi alasan apapun kepadamu. Dan akhirnya kita sudah tak saling bertemu hingga sekarang. Batinku.

Aku berlari menuju kasur dan membiarkan barang-barang itu tergeletak diatas lantai di dekat lemari pakaian yang masih terbuka. Aku menjatuhkan tubuh ini di atas kasur sambil memeluk bantal guling.

"Memang benar, aku yang salah!! Semenjak tamat SMA aku selalu menghindar darimu bahkan aku mengganti nomor telpon dan memblokir di setiap Mensos yang ada. Apakah semua tindakanku itu salah? Tapi mau gimana lagi, ini adalah satu-satunya cara akar aku gak mengingatmu kembali, Fadli," Aku menangis terisak-isak yang masih memeluk bantal guling, "sebenarnya ibu juga sangat kaget ketika mendengar kalau aku mengambil keputusan untuk meningalkanmu di saat itu, apalagi ibu tidak pernah melarang aku untuk pacaran karena ibu yakin kalau keduan anaknya tidak akan berbuat hal yang akan mencemarkan nama baik keluarga. Tapi... aku juga sudah berjanji kepada diri ini. Apalah daya, hati dan pikiranku berlawanan. Toh sekarang nasi sudah menjadi bubur, aku nggak bisa merubah apapun. Dan mengapa Kau tidak berusaha datang ke rumahku!! Kau tahu sendirikan, bagaimana sifatku, Fadli?"

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus diam seperti ini terus menerus, atau mulai mengirimkan chat kepadanya terlebih dahulu?. Batinku ragu.

Aku terus berpikir langkah apa yang harus diambil, "tidak, aku harus mengikuti saran dari Amel. Ya!! Aku harus mengirim pesan ke, Fadli." Aku mulai bangkit dari kasur sambil menghapus air mata yang telah membasahi pipiku, "tapi..., aku tak biasa chat Fadli terlebih dahulu, apa sebaiknya... aku menelpon dan langsung mematikannya dan menunggu chat pertama darinya...? Tidak!! Aku tidak boleh bertingkah kekanak-kanakan lagi. Sudah cukup, aku harus bersikap dewasa."

Aku mulai melangkah dengan sangat percaya diri menuju meja belajar dan meraih ponsel yang berada diatasnya.

[Dewasa] kata itu masih terngiang-ngiang didalam pikiranku.

"Baiklah aku akan mencoba mengirimkan chat terlebih dahulu!!" jariku mulai mengetik nama Fadli di pencarian kontak, kuklik nomornya yang masih tersimpan sejak dulu untungnya, Fadli. Masih memakai nomor lamanya, aku sangat senang dan memberanikan diri untuk mengirimkan pesan terlebih dahulu. Aku yang sedang duduk diatas kursi dengan menarik nafas dalam-dalam dan mulai membuka WhatsApp.

Alisya : Hay..., Fadli. apa kabar?

Ini, Alisya. Apakah kau masih mengingatku...?.

Jantungku berdetak tidak karuan serasa akan copot, ketika melihat cek list bertanda dua!! Sambil memeluk ponsel dan memejamkan mata, berharap Fadli membalas chat dariku. Aku mulai menunggu dan terus menunggunya. Hingga akhirnya aku membuka mata dengan perlahan dan melihat ke layar ponsel.

"Mengapa, Fadli. Nggak membalas chat dari ku, apakah dia sudah melupakanku?" Aku yang masih memandangi layar ponsel dan berharap mendapatkan balasan dari, Fadli.

Apakah Amel berbohong kepadaku?. Batinku kecewa.

Aku melirik ke pojok paling atas barisan kanan ponsel, "hamm... pantesan saja. Fadli, gak membalas chat dariku. Ternyata sekarang sudah larut malam," wifi rumah akan mati otomatis ketika larut malam tiba, "akan ku hidupkan dari data pribadi dan melihat apakah, Fadli. Sudah membalas chat dariku."

Ketika jariku mulai mengklik data pribadi, aku tidak memperhatikan kalau ponselku sudah lowbet.

Ya Tuhan mengapa ponsel ini harus mati disaat waktu yang tidak tepat. Batinku.

Aku bangkit dari kursi belajar dengan menghela nafas sangat dalam mencoba mencari charger dan mengecas ponselku di dekat laptop.

Aku keluar dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil segelas es lemon. Kamarku berada dilantai atas bersamaan dengan kamar ibu dan abang Rasyid, aku berjalan menuruni anak tangga dengan sangat perlahan mata yang tertuju melihat lampu dapur, lampu tengah, dan tv yang masih menyala.

Mengapa semua masih menyalah, ini tidak seperti biasanya. Batinku heran.

Aku mulai berjalan ke ruang tengah menuju tv, tepatnya di depan sofa. Jemariku meraih remot tv yang terletak di atas meja selain remot tv aku juga melihat ada segelas air putih, tas, dan selimut tebal. Seketika langkahku terhenti ketika melihat seseorang yang sangat aku cintai sedang tertidur lelap diatas sofa dengan masih memakai pakaian rapi dan sepatu hak tinggi 5 inci yang masih melekat di kakiny, hati ini tidak sanggup membangunkannya hingga akhirnya selimut aku ambil dari meja dan menyelimuti tubunya dengan sanggat perlahan sambil berjongkok di antara sofa dan meja tersebut.

Sepertinya ibu baru pulang dari cafe. Batinku.

"Sayang, Kamu belum tidur?" sahut ibu yang tiba-tiba saja terbangun ketika aku sedang menyelimutinya.

"Belum bu. Alisya, mau minum segelas es lemon," ucapku sambil tersenyum menatap mata Ibu yang terlihat sangat kelelahan.

"Ya sudah..., setelah itu kamu harus langsung tidur ya, ini sudah larut malam," jelas ibu kepadaku sambil mengelus rambutku dengan jari-jarinya yang lembut.

"Ibu mau, Lisya buatkan segelas es lemon?" balasku sambil tersenyum dan berdiri.

"Nggak usah sayang, ibu mau tidur saja," jawab ibu sambil melipat selimut yang berada di tubuhnya.

Ibu bangkit dari sofa dan bergegas pergi ke kamar. Sedangkan aku, melanjutkan pergi ke dapur untuk mengambil es lemon didalam kulkas. Setelah itu aku langsung mematikan lampu tengah, lampu dapur, dan tv. Setelah semua sudah dimatikan aku pun pergi ke kamar dan tidur.

Ibu Alisya (Sarah)

* * *

Keesokan Harinya....

Aku terbangun mendengar suara alarm yang sangat berisik, dan berusaha untuk mematikannya.

Garing...!!!! Griling....!!!!

Tanganku meraba meja kecil yang berada di samping tempat tidur dan mematikan alarm tersebut. aku yang masih setengah sadar mencoba untuk duduk di atas kasur, kedua mataku masih merapat sedangkan mulutku sedang menguap.

"Ahhh...," sambil menutup mulut dengan tangan dan masih duduk di kasur untuk mengumpulkan nyawa (berusaha sadar😩), setelah nyawaku sudah pasti terkumpul aku langsung pergi ke kamar mandi yang berada di luar kamar tidurku.

Aku berjalan menuju kamar mandi yang posisinya berada ditengah antara kamarku dan kamar ibu, dengan setengah sadar tanganku mulai memegang gagang pintu kamar mandi sambil memutarnya secara perlahan dan tiba-tiba saja ada suara teriakan dari kejauhan.

Terpopuler

Comments

Z3R0 :)

Z3R0 :)

yah sayang aku gak suka kaya gini Islam tapi bolehin pacaran hah serah Lu dah thor

2022-06-28

0

Isma Aji

Isma Aji

Semangat 🤗

2021-06-07

0

Amsorin

Amsorin

mantap

2021-05-12

0

lihat semua
Episodes
1 01. Prolog.
2 02. Kenangan Bersama Fadli.
3 03. Suasana Di Pagi Hari Sebelum Terjadinya Wabah Zombie.
4 04. Chat.
5 05. Perjanjian Dua Tahun Yang Lalu.
6 06. Perdebatan.
7 07. Berita Yang Terjadi Di Alun-alun Kota.
8 08. Detik Detik Terjadi Wabah Zombie.
9 09. Fadli Menelpon.
10 10. Panik.
11 11. Menggambil Jalan Masing-masing.
12 12. Raut Wajah kebahagiaan.
13 13. Parkir.
14 14. Minimarket.
15 15. Berdebatan Antara Aku Dan Nia.
16 16. Kerusuhan Di Pintu Masuk Tol.
17 17. Di Uujung Penantian Yang Panjang.
18 18. Kekompakan.
19 19. Permainan & Tantangan
20 20. Pengagum Rahasia.
21 21. Tersesat Didalam Hutan.
22 22. Merah Hati F & A.
23 23. Puncak Bukit.
24 24. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
25 25. Hujan.
26 26. Gotong Royong.
27 27. Dibalik kebahagian tersimpan kesedihan.
28 28. Belajar Menggunakan Pistol HK USP Tactical 45 Suppressed.
29 29. Liontin.
30 30. Memantau.
31 31. Dibenci semua orang.
32 32. Terungkapnya Kebenaran.
33 33. Membela Diri.
34 34. Salah Faham
35 35. Meminta Maaf
36 36. Mengambil Keputusan.
37 37. Sekuntum Mawar Merah
38 38. Mengingat Masa Lalu.
39 39. Kebun Strawberry.
40 40. MENCARI STOK BENSIN
41 41. Dansa.
42 42. Mendapatkan Tempat Yang Aman.
43 43. Masukan Dari Zulham
44 44. Bekerja sama.
45 45. Abang Rasyid.
46 46. KEKACAUAN.
47 Pemberitahuan Dan Promosi.
48 47. Terkepung.
49 48. Keegoisan.
50 49. Orang Baru.
51 50. Penjahat.
52 51. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
53 52. Mendapatkan Stok Kebutuhan.
54 53. Pertumpahan Darah.
55 54. Perjalanan menuju bukit.
56 55. Kehilangan mereka.
57 56. Puncak bukit.
58 57. Massa Sekarang.
59 58. Mencari seseorang.
60 59. Di Perjalanan.
61 60. Perjalanan part 2.
62 -
Episodes

Updated 62 Episodes

1
01. Prolog.
2
02. Kenangan Bersama Fadli.
3
03. Suasana Di Pagi Hari Sebelum Terjadinya Wabah Zombie.
4
04. Chat.
5
05. Perjanjian Dua Tahun Yang Lalu.
6
06. Perdebatan.
7
07. Berita Yang Terjadi Di Alun-alun Kota.
8
08. Detik Detik Terjadi Wabah Zombie.
9
09. Fadli Menelpon.
10
10. Panik.
11
11. Menggambil Jalan Masing-masing.
12
12. Raut Wajah kebahagiaan.
13
13. Parkir.
14
14. Minimarket.
15
15. Berdebatan Antara Aku Dan Nia.
16
16. Kerusuhan Di Pintu Masuk Tol.
17
17. Di Uujung Penantian Yang Panjang.
18
18. Kekompakan.
19
19. Permainan & Tantangan
20
20. Pengagum Rahasia.
21
21. Tersesat Didalam Hutan.
22
22. Merah Hati F & A.
23
23. Puncak Bukit.
24
24. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
25
25. Hujan.
26
26. Gotong Royong.
27
27. Dibalik kebahagian tersimpan kesedihan.
28
28. Belajar Menggunakan Pistol HK USP Tactical 45 Suppressed.
29
29. Liontin.
30
30. Memantau.
31
31. Dibenci semua orang.
32
32. Terungkapnya Kebenaran.
33
33. Membela Diri.
34
34. Salah Faham
35
35. Meminta Maaf
36
36. Mengambil Keputusan.
37
37. Sekuntum Mawar Merah
38
38. Mengingat Masa Lalu.
39
39. Kebun Strawberry.
40
40. MENCARI STOK BENSIN
41
41. Dansa.
42
42. Mendapatkan Tempat Yang Aman.
43
43. Masukan Dari Zulham
44
44. Bekerja sama.
45
45. Abang Rasyid.
46
46. KEKACAUAN.
47
Pemberitahuan Dan Promosi.
48
47. Terkepung.
49
48. Keegoisan.
50
49. Orang Baru.
51
50. Penjahat.
52
51. Petugas Pengambilan Stok Kebutuhan.
53
52. Mendapatkan Stok Kebutuhan.
54
53. Pertumpahan Darah.
55
54. Perjalanan menuju bukit.
56
55. Kehilangan mereka.
57
56. Puncak bukit.
58
57. Massa Sekarang.
59
58. Mencari seseorang.
60
59. Di Perjalanan.
61
60. Perjalanan part 2.
62
-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!