koji cen pun mengerti arti dari gempa tersebut, ia sampai Berkeringat dingin detak jantung yang tidak beraturan bagai mana tidak ia harus melewati tantangan yang tidak logis tersebut.
Koji cen Ragu Terhadap Tantangan Tersebut ia Menatap Kebawah dan membayangkan Kalau dirinya Jatuh Akan Tamat Riwayat Hidupnya.
Koji cen terus menerus mikir iya atau tidak sehingga ia memilih dengan cara memakai jarinya.
'Tidak, Iya, Tidak, Iya, Tidak, iya, tidak, iya, Tidak, Iya'. batin Koji cen
Koji cen Tambah Berkeringat Dingin dan Membayangkan yang Tidak-tidak Untuk Dirinya.
Terpaksa karena Pilihannya Harus mengikuti Tantangan Tersebut, Bagaimana Pula ia mengelak dari Tantangan Tersebut jika ia tidak mengikutinya Maka akan Tambah besar bahayanya Untuk dirinya mungkin untuk orang lain juga.
Koji cen melangkah ke arah Jalan Setapak Yang Selanjutnya Ia pelan-pelan melangkah demi selangkah Untuk tidak Jatuh.
Sesampai nya di depan Jalan Setapak Lurus Tersebut Ia melihat Banyaknya Keping-keping emas, koji cen pun mengambil 2 keping Emas dengan Mudahnya Ia mencabut.
Setelah Mencabut Koin emas Tersebut, Koji cen pun ingin mencabut koin Emas yang Lainnya untuk membeli kebutuhan sehari-hari nya.
Tetapi Koji cen Tidak Jadi Melakukan hal tersebut karena ia Tidak Ingin membawa Marabahaya Yang lebih Besar, Koji cen kembali dengan sangat hati-hati.
Di Tengah Perjalanan jalan Setapak lurus Tersebut terdengar Sedikit Retakan Dari Bawah. Koji cen menoleh ke Arah Bawah Ia Melihat Jalan Tersebut Sudah Ada Retakan kecil.
Koji cen langsung Buru-buru menuju tempat Kitab Langit keabadian Tersebut dan Menaruh di Tempat Kecil seperti Mangkok Yang Sudah Disiapkan.
Dan seketika Kitab Tersebut Bisa Diambil Dari tempat nya Itu, Koji cen dengan Buru-buru Melangkah keluar karena diruangan Tersebut sudah Mulai berjatuhan Batu-batu Besar.
Disisi lain Matahari Mulai Tenggelam seperti di Telan bumi.
Dengan Nafas Yang terputus-putus Dan Detak Jantung Yang Tidak Beraturan ia sudah keluar dari goa tersebut Ia pun Lega Tetapi Rasa Takut Yang Belum Menghilang Dari Hatinya.
Ia Memikirkan Jika Ia Sudah mengambil Kitab Tanpa Tanding Tersebut Maka ia Sedang Marabahaya Yang Lebih Besar, Ya Ia akan Di Incar Dari Manapun Sekte-sekte yang sedang mencari Kitab tersebut.
Hari Menjelang Menjadi Malam, Koji cen pun melihat di Depannya ada Penginapan Yang Besar Dipenuhi Dengan pendekar, Petualang dan Penjual-penjual.
Koji cen yang berniat untuk Menginap Semalam Di penginapan Itu, ia pun masuk Ke penginapan Tersebut Begitu Ramainya di penginapan Tersebut.
ketika Koji cen masuk banyak Yang Melihat Pemuda Tersebut dan Juga Ada Yang Tidak peduli Dengan Pemuda tersebut Mungkin ada Yang Tidur juga.
"Hey Pemuda Mari kita Minum Arak Bersama-sama" Ucap Salah Satu Pendekar Yang Sedang Mabuk
"Hey Pendekar Botak Diam Saja Atau Mata Kau Aku Congkel hahaha" ucap Pendekar lainnya menegur pendekar Botak Tersebut Sambil Mabuk
"Apa kau kata, Beraninya Kauu!!" ucap pendekar Botak Yang tidak Terima
Koji cen dan Yang Lainnya Menggeleng kan kepala mereka ketika Mendengar keributan kecil Tersebut dan Semuanya Duduk kembali ketempat semula.
"Tuan Muda Ada Yang saya Bantu?" Ucap pelayan penginapan
"Bibi, Saya pesan Makanan Hangat satu dan 1 kamar untuk sehari saja" Ucap Koji cen
"Baik tuan, Silahkan Duduk di meja yang disana tuan" Ucap pelayan Tersebut sambil menunjuk Meja yang Ia maksud
Koji cen pun melangkah ke arah meja yang dimaksud Pelayan tersebut.
***
OK GENGS SAMPAI DISINI DULU ****YA**** NNTI KITA LANJUT LAGI, BYE JANGAN LUPA VOTE DAN LIKENYA YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
spooky836
otak kosong xde isi sampah
2024-12-30
0
Putra_Andalas
Cerita ini jadi tdk enak dibaca karna Author menggunakan tata bahasa Makhluk Halus...yg baca pada Puyeng 😵😁
2024-04-11
0
n max
knapa kata²nya banyak kata "tersebutnya"
2022-12-23
0