Konsultasi gratis dengan Melvis selesai hampir pukul delapan. Betari senang rencananya berjalan lancar. Lebih senang lagi karena ternyata keputusannya untuk memanfaatkan pengetahuan Melvis adalah benar. Sekarang dia tidak akan pulang dengan tangan kosong. Banyak ilmu yang dia dapat dari duda anak satu itu.
Oh, kalau tidak ingat bahwa anaknya adalah orang yang sama dengan yang sudah menghancurkan hatinya, Betari akan dengan senang hati menjadi murid Melvis. Membayar biaya jasa konsultasi sedikit lebih tinggi juga tidak masalah. Sebab isi kepala Melvis benar-benar menakjubkan. Betari yakin dengan kapasitas otak seperti itu, Melvis bukanlah tipikal bos yang hanya bisa menyuruh dan mengatur tanpa memberikan solusi.
“Sekali lagi terima kasih banyak atas waktunya, Pak Melvis.” Betari membawa dirinya sedikit menyingkir dari sisi Melvis. Di depan mereka, mobil yang dikendari sopir Melvis sudah standby, siap membawa tuannya pergi.
“No problem, Mbak Betari. Saya senang bisa membantu.”
“Kalau begitu, sampai jumpa kembali, Pak Melvis.” Betari hendak menarik langkah ke arah lain dan mempersilakan Melvis masuk ke dalam mobilnya, namun urung ketika lelaki matang itu lebih dulu bersuara.
“Mbak Betari pulangnya ke arah mana? Naik mobil saya aja, biar diantar.”
Betari hanya tersenyum tipis meski di dalam hati bersorak kegirangan. Tidak menyangka dengan sedikit umpan, dia bisa mendapatkan tangkapan besar. “Nggak usah repot, Pak Melvis. Lagi pula, saya harus mampir ke suatu tempat dulu.”
“Ke mana? Biar diantar. Nggak merepotkan sama sekali, kok.”
“Ke panti asuhan,” jawab Betari.
Alis Melvis terangkat sedikit. Tidak menduga jawaban itu yang akan Betari berikan. “Panti asuhan?” ulangnya.
Betari mengangguk. “Ada satu panti asuhan yang setiap awal bulan saya datangi untuk kasih bantuan. Hari ini adalah jadwalnya.” Dia menjelaskan.
Selagi menunggu respons Melvis, Betari memperhatikan perubahan ekspresi di wajah lelaki itu dengan saksama. Kemudian, senyumnya terbit setelah menyadari bahwa respons Melvis sudah persis seperti dugaannya. Hal-hal yang begini memang cukup ampuh untuk menyentuh hati seseorang.
“Saya senang bisa ngobrol sama Pak Melvis, tapi mohon maaf saya harus segera pergi. Anak-anak di sana punya jam malam yang nggak boleh dilanggar, jadi sebaiknya saya cepat datang sebelum mereka semua tidur.” Betari tersenyum, menundukkan kepala sedikit memberi salam, lalu berjalan menuju sisi jalan, menyetop taksi.
Melvis di sisi mobilnya masih terpaku. Dia bahkan tidak sadar kalau belum memberikan respons atas pamitnya Betari. Kesadarannya baru kembali ketika taksi yang disetop oleh Betari sudah hampir melaju.
Lalu sebelum terlambat, dia berteriak, “Hati-hati di jalan!”
Lambaian tangan muncul detik berikutnya sebagai jawaban, beserta kepala kecil Betari yang menyembul keluar dari jendela yang dibuka dan senyum terkembang lebar. Melvis membalas lambaian tangan itu, menunggu sampai taksi beserta Betari di dalamnya melaju jauh dan menghilang dari jarak pandangnya.
Setelah Betari menghilang sepenuhnya, barulah Melvis masuk ke mobilnya.
“Langsung pulang atau mau mampir lagi, Pak?” tanya sang sopir.
“Langsung pulang aja.”
“Baik, Pak.”
Di dalam mobil yang mulai melaju, Melvis mulai memikirkan tentang Betari lebih banyak.
...*****...
Untungnya, jalanan tidak begitu macet sehingga Betari bisa tiba di Muara tepat waktu. Anak-anak yang dia bantu sokong kehidupannya masih terjaga. Begitu senang menyambut kedatangannya dengan senyum merekah dan tangan terbuka lebar. Tidak hanya anak-anak, para pengurus panti pun menyambutnya hangat seperti biasa.
“Kerjaan lagi sibuk banget, ya?” tanya Yashinta, salah satu pengurus panti yang seumuran dengan Betari. Yashinta dulunya juga adalah anak yang tumbuh di panti asuhan ini. Setelah merasa cukup mengumpulkan materi dengan bekerja di luar, dia memutuskan untuk mengabdikan diri, gantian membantu mengurus adik-adik yang hampir setiap tahun bertambah.
“Nggak juga. Emang lagi pengen dateng malam aja. Nunggu weekend kayaknya lama banget,” jawab Betari.
Yashinta hanya tersenyum, mengiringi Betari menuju satu kamar istirahat khusus yang memang biasanya dipakai oleh Betari sebelum pulang. Anak-anak sudah kembali ke kamar setelah bermain sebentar dengannya. Masing-masing dari mereka pergi tidur dengan memeluk mainan yang baru Betari bawakan hari ini.
“Bakal kemalaman kalau kamu pulang. Mending nginep di sini aja malam ini,” usul Yashinta. Perempuan berkerudung itu sambil merapikan ujung-ujung sprei yang keluar dari jalurnya.
“Aku nggak bawa baju ganti. Repot kalau besok harus balik ke rumah dulu pagi-pagi.”
“Bisa pinjam baju baru aku padahal,” cibir Yashinta.
Betari berdecak ala-ala, pura-pura tidak setuju dengan usul itu. “Baju kamu semuanya gamis. Yang ada orang-orang kantorku bakal mikir kalau aku baru aja log in.” Dia bergurau.
Yashinta terkekeh pelan. “Nanti langsung dipanggil ustadzah ya?”
“Ustadzah gendheng,” celetuk Betari.
Keduanya tertawa lepas. Melupakan beban yang bergelayut di pundak masing-masing.
Cerita tentang panti asuhan ini memang sengaja Betari bagikan kepada Melvis dalam upaya merebut hatinya lebih banyak. Namun, hubungannya dengan panti ini dan semua penghuninya termasuk Yashinta sama sekali tidak mengada-ada. Dia sudah sering datang ke panti ini sejak usianya sembilan tahun. Dulu, ayah dan ibunya yang menjadi donatur tetap di Muara. Menyekolahkan Yashinta dan beberapa anak lainnya. Betari selalu ikut meski tidak membantu. Dia membaur, bermain dengan anak-anak seusianya kala itu tanpa peduli pada status sosial mereka.
Sekarang, sudah enam tahun sejak ayahnya meninggal, dan empat tahun setelah ibunya. Betari memutuskan untuk tetap datang dan melanjutkan semua kegiatan amal ini atas nama kedua orang tuanya. Barangkali hal tersebut bisa membantu kedua orang tuanya menemukan jalan yang terang di akhirat sana.
“Oh iya, aku dengar ada bayi baru yang masuk sekitar tiga minggu yang lalu?” Betari memulai kembali topik pembicaraan setelah duduk di atas ranjang.
“Iya, perempuan. Ditinggalin gitu aja di depan gerbang,” jawab Yashinta. Ada kekesalan dan kilat amarah dari sepasang netra cokelat terangnya.
“Emang bajingan deh orang-orang itu. Padahal ada yang namanya kondom, tapi mereka malah milih nge-sex sesuka hati tanpa protection dan menghasilkan bayi. Udah gitu malah orang lain yang harus repot urus hasil perbuatan mereka.” Betari mengomel panjang lebar. Berhubung Yashinta tidak akan meluapkan amarahnya, apalagi dengan kata-kata kasar, maka Betari yang akan mewakilkan.
“Yah … memang manusia-manusia akhir zaman. Sex bebas dinormalisasi tanpa mikir risiko di belakang.” Yashinta menimpali.
“Iya, kan? Padahal kan lebih seru kalau nge-sex habis nikah. Nggak perlu sembunyi-sembunyi, nggak perlu pusing kalau jadi bayi.”
Betari masih ingin mengomel, ketika ingatan tentang perbuatan laknat Nando dan Andara malah kembali menghantui kepalanya. Potongan video asusila keduanya tetiba membuat perut Betari terasa mual tidak tertahankan. Steak nikmat yang sedang dicerna di ususnya serasa menendang-nendang seolah ingin kembali dikeluarkan.
“Yas,” panggilnya. Merasakan kepalanya juga mulai terasa berat.
“Kenapa?”
“Boleh minta tolong bikinin teh hangat nggak? Perut aku mendadak kerasa nggak enak.”
“Boleh. Bentar aku bikinin.” Yashinta gegas bangkit menuju dapur. Bersamaan dengannya, Betari juga melompat turun dari ranjang, melesat cepat menuju kamar mandi. Gejolak di perutnya sungguh tidak tertahankan.
Sampai di kamar mandi, Betari mengeluarkan isi perutnya di closet. Meninggalkan rasa pahit dan sensai terbakar di pangkal tenggorokan.
Betari menekan flush, menutup closet lalu duduk di atasnya. Dengan napas yang memburu dan bulir-bulir keringat membasahi wajahnya, Betari mengutuk Nando dan Andara sekali lagi.
“Manusia-manusia sialan. Gue sumpahin jadi bahan bakar api neraka!” kutuknya, sungguh-sungguh dan penuh ketulusan.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Dewi Payang
Dari jaman dulu sepertinya ada banyak yg sukeee bebas gitu.
2025-03-26
1
RR🫶🏻🌊
Keinget baru-baru ini ada anak SMA lahiran di warung orang mana sambil berdiri trus bayinya di buang di semak-semak untg masih selamat mnding dibuang di depan panti ya. Katanya dia pusing karena bapak bayinya banyak alias dia HB sama bbbrpa laki serem bah😩
2025-03-25
1
RR🫶🏻🌊
waduh tapi aslian kan srg dtg ke panti asuhan nya bukan hanya cm buat umpan doang 🤔
2025-03-25
1