PERTEMUAN YANG MENEGANGKAN
Sungguh! Untuk terkahir kalinya Laila tak ingin bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Namun takdir malah berkata lain.
Donovan mendekatinya sedekat mungkin, tangan kirinya menyentuh sandaran kursi yang Laila duduki sementara tangan kanannya masih memegang pisau. “Kau akan membunuhku?” tanya Laila dengan terus terang.
Mendengar itu Donovan hanya menatapnya lekat dan tajam. “Akan aku lakukan jika kau terlibat.” Balas Donovan yang juga terus terang sehingga membuat wanita di depannya itu tercengang.
“Why?” tanya Donovan saat dia melihat kedalam mata Laila yang seolah ingin mengatakan sesuatu.
Tentu saja, Laila ingin bertanya sesuatu namun dia takut dan ragu. “Ak-aku... Aku ingin tahu, bagaimana keadaannya?” tanya Laila yang akhirnya memberanikan diri meski tergagap.
“Kau pernah memegang pistol?” tanya Donovan. Laila menggeleng cepat dan membuat Donovan menyeringai kecil.
“Dia sudah pernah memegang nya dan menekan pelatuknya!” lanjutnya yang masih tersenyum devil membuat Laila terkejut tak percaya dengan apa yang dia dengar. Oh, hey! Pria itu mengatakan kepada seorang ibu tentang anaknya yang sudah pernah memegang pistol serta menekan pelatuknya, yang benar saja.
“Kau sudah gila!” ucap Laila penuh penekanan dan tatapan marah.
“Thanks!” balas Donovan santai hingga menjauh dan membuang pisaunya begitu saja.
“Berdoalah agar para sialan itu tidak menuduh mu sebagai komplotannya.” Ujar Donovan sehingga Laila berkerut alis. Sedangkan Donovan berbalik pergi.
“SEMOGA KAU PERGI KE NERAKA! LEPASKAN AKU DONOVAN SIALAN!!!” sentak Laila dengan kesal dan mencoba melepas diri.
“DIAM!" sentak balik anak buah Donovan hingga— plakk! Pria itu kelepasan saat dia menampar keras Laila. Mereka sudah sering berbuat kasar, itu sebabnya anak buah Donovan kelepasan.
Namun dia salah orang. “Siapa yang menyuruhmu mengangkat tangan kepadanya?” tanya Donovan dengan nada dingin membuat pria bertubuh kekar dan besar itu ketakutan.
Donovan menghampiri anak buahnya tadi dan menatap lekat penuh kegelapan.
“Maafkan saya Tuan, saya kelepasan.” Ucapnya menunduk hormat dan tetap tegas.
“Lakukan.” Pinta Donovan sehingga pria tadi nampak gemetar ketakutan. Ya! Mereka sudah memiliki aturan tersendiri, dan kini Donovan sudah memberikan perintah nya.
Pria berkaos hitam itu menarik pistolnya dan mengarahkannya ke kepalanya sendiri. Sedangkan Donovan yang berdiri di depannya sama sekali tidak ngeri.
Darr!
Darah muncrat dan Laila langsung berpaling dengan menahan air matanya dan napas memburu. Sementara di arah lain Aurora terlihat tegang dengan bibir gemetar saat air mata membasahi kedua matanya.
Anak itu menangis namun tidak bersuara. Kedua tangannya yang menyentuh garis dinding pembatas dan meremat nya dengan gemetar.
“Selama kau di sini, jangan pernah berbicara dengan siapapun atau mereka akan mati seperti dia.” Ucap Donovan yang kini menoleh dan melihat Laila masih berpaling.
Saat Donovan melangkah maju, tiba-tiba Aurora berlari dan berdiri di depan Donovan sambil menangis. “Maafkan aku Ayah... Jangan memarahinya! Aku selalu datang menemuinya meski dia tidak memintaku...” Ucap Aurora yang menangis tersedu-sedu sembari menyentuh tangan kanan Donovan yang terkena cipratan darah dari anak buahnya tadi.
Ya, gadis itu pikir ayahnya membawa Laila dan menghukum nya karena sering bertemu dengan nya. Padahal itu urusan lain. Gadis yang malang.
Melihat keberadaan Aurora, mengejutkan Laila yang kini menatapnya dengan sedih sekaligus senang.
Selama ini dia berbicara dengan putrinya, tapi dia tidak menyadari hal itu. -‘Dia putriku...!’ batin Laila tersenyum kecil hingga ingin meneteskan air matanya saat melihat bayi kecil yang pernah dia bawa, kini bertumbuh menjadi gadis kecil yang cantik.
“Ayah... Aku mohon jangan hukum dia.” Pinta Aurora yang masih menatap Donovan dengan sedih hingga kedua pipi dan hidungnya memerah.
Mata silver yang berlinang air mata itu berbeda dengan mata silver milik Donovan yang terlihat marah mendengar ucapan putrinya yang ternyata selama ini Laila lah yang ditemuinya selama pulang sekolah.
“Kau mengenalnya?” tanya Donovan sangat dingin bak monster.
Anak itu mengangguk kecil dengan ketakutan, membuat Laila tak tega.
“Pergilah ke kamar mu.” Pinta Donovan yang dibalas gelengan kecil dari Aurora meski anak itu ketakutan, namun dia memilih memastikan bahwa ayahnya tidak melukai Laila. Wanita yang dia kagumi akhir-akhir ini.
Laila yang melihat ekspresi Donovan menahan amarah, tentu saja dia ikut panik. “Pergilah. Turuti ayahmu, dia tidak akan melukaiku!” ucap Laila menatap tajam ke Donovan yang kini juga menatapnya dengan kerutan alis.
Aurora menoleh sehingga Laila langsung tersenyum paksa agar anak itu tidak terbebani.
Sungguh! Laila benar-benar merasa bersalah dan tak tega bila putrinya harus tinggal bersama Donovan sialan. Dan kini anak itu harus melihat jasad dari anak buah ayahnya yang terkapar dengan bersimbah darah.
“Kau tidak mendengar ku?”
Laila menggeleng menatap ke Donovan yang kembali menatap tajam putrinya yang masih menoleh ke Laila.
“ERIKA!!!” panggil Donovan dengan suara yang keras dan lantang sampai-sampai Laila dan Aurora tersentak kaget hingga sosok Erika datang tergesa-gesa. Tentu, meski anak itu melarang nya untuk mengikuti, Erika tetap akan mengikutinya sesuai kesepakatan dan perintah Donovan sejak awal.
“Ya Tuan?”
“Bawa dia masuk.” Pintanya yang masih menatap penuh angkuh ke arah lurus.
Erika mengangguk faham dan meraih tangan Aurora. “Ayo Nona!” ajaknya dengan lembut.
Sempat menolak, namun Aurora melihat senyuman Laila dan anggukan kecil dari wanita itu. “Jaga dirimu!” ucap Aurora pelan kepada Laila sebelum akhirnya dia pergi bersama Erika dengan terpaksa.
Kepergian Aurora membuat senyuman Laila hilang. “APA YANG KAU PIKIRKAN? KAU TIDAK BOLEH MEMARAHINYA, MENGHUKUM NYA, MENGEKANG APALAGI MENGAJARINYA DENGAN SENJATA SIALAN MU ITU. SUMPAH DEMI NYAWAKU, AKU TIDAK TERIMA JIKA KAU MEMBUATNYA MENANGIS! LEPASKAN AKU!!!” Kesal Laila dengan ngos-ngosan saat dia memberikan ceramah panjang lebar kepada Donovan.
“Aku sudah membelinya darimu. Apa kau melupakannya?”
Seketika keduanya saling beradu pandang dan Laila terdiam dengan perasaan bersalah.
“Pikirkan saja nyawamu saat ini. Dan siapkan dirimu untuk besok.” Ucap Donovan yang berjalan pergi meninggalkan Laila.
Pria itu pergi dengan angkuh sementara Laila mencoba melepaskan dirinya hingga berteriak histeris saat dia memanggil Donovan dan mengumpat sampai rambut indahnya berantakan dan menempel di kulit leher hingga wajah cantiknya akibat peluh yang membasahi nya.
...***...
Semalaman Donovan merenung di dalam ruangannya tanpa tidur. Melihat Laila membuatnya teringat akan sesuatu yang mengganjal dalam diri wanita itu.
Kini kematian Quinn yang dibunuh oleh seseorang membuatnya harus mengurus Aurora meski dia tidak pernah meluangkan waktu untuk anak itu.
“Tuan Donovan!”
Suara Erika membuat Donovan memudarkan lamunannya dan beralih menatap ke wanita yang berdiri di depannya.
“Apa yang dia katakan?” tanya Donovan sembari meneguk segelas beer nya.
“Nona bertanya soal ibunya. Dia bilang nyonya Quinn bukan ibunya.” Ucap Erika yang masih berdiri tegap dengan kepala sedikit tertunduk.
Mendengar itu Donovan mengernyitkan keningnya. Selama ini dia menutupi hal itu dari Aurora, tapi bagaimana bisa anak itu mengatakannya.
“Siapa yang memberitahunya?” tanya Donovan tanpa menatap ke Erika.
“Nyonya Connie.” Jawab Erika dengan jujur.
Ya! Sudah ditebak. “Pergilah, jangan biarkan Aurora menemui wanita yang ada di gudang bawah tanah.” Pinta Donovan yang akhirnya dimengerti hingga wanita pirang itu melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Sementara Donovan kembali meneguk beer nya dengan tatapan tajam bak silet.
Pria dengan kemeja hitam itu beranjak dari duduknya menuju ke meja bar nya untuk mengisi gelas beer nya. Tok! Tok!
Cklek!
Suara ketukan serta pintu terbuka membuat Donovan berbalik dan menatap ke arah Stacey yang datang dengan seorang pria. “Don, Akan comeback!” ucap Stacey yang saat ini mengantarkan si pria bernama Alan itu ke Donovan.
Ya! Alan, anak tiri Marlon yang akhirnya kembali juga.
“Lama tidak bertemu, Don!” sapa Alan dengan senyuman miring.
Donovan tak menjawabnya, melainkan menatapnya lekat dan tegas. “Hm, istirahatlah.” Balas Donovan melengos sembari membawa gelas berisi beer.
Stacey hanya diam dengan senyuman kecil, dia sudah menebak Donovan akan bersikap seperti itu. Dan Alan? Tentu pria itu nampak kesal hingga menyeringai kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
vnablu
gimana kalo orang yg Donovan cari malah bawa nama Laila juga apa Laila bakalan di dorr sma Donovan
2025-04-08
2
Jenny
Donovan mulai memikirkan Layla... sepertinya hatinya mulai terpaut nih
2025-04-08
1
rysaa
semangat up othorr penasaran bgtt niiii
2025-04-08
2