BUNTING
Hari demi hari Laila melewatinya dengan dibantu oleh Enisa si tekan setianya. Ya... Meski tidak setiap hari wanita itu bisa menemani Laila di jam kerjanya, setidaknya dia masih bisa membantu menemani nya dengan tinggal satu atap.
Bahkan sesuai dengan perjanjian, Quinn memberikan 5 juta dollar kepada Laila, namun sayangnya keberadaan Sean Bandit tidak ditemukan. Entah sengaja atau tidak, yang pasti Laila benar-benar kesal akan pria itu.
“Sekarang apa? Pria itu tidak ditemukan dan kau sedang hamil, tidak mungkin jika kau mencarinya lagi Laila.” Ujar Enisa yang kini duduk saling berhadapan dengan Laila.
“Lalu bagaimana dengan nenek dan adikku? Aku tidak tahu bagaimana kabar mereka.” Dengan bersedih Laila terlihat sangat khawatir dan membuat Enisa ikut sedih.
Hingga tak berselang lama, wanita berambut orange itu menatap lekat temannya dengan serius. “Kau bilang tuan Donovan bisa membebaskan nenek dan adikmu. Kenapa kau tidak meminta bantuannya untuk mencari keberadaan Sean Bandit? Aku yakin pria itu bisa mencarinya. Dan aku rasa nyonya Quinn dan tuan Donovan bukanlah konglomerat biasa.” Ucap Enisa membuat Laila terdiam.
Ide yang bagus, namun Laila tak mungkin meminta bantuannya, karena pasti ada imbalannya.
.
.
.
Hingga masuk bulan ke 9, setiap seminggu anak buah Quinn terus memantau keadaan Laila, memberinya perawatan baik meski Laila sendiri masih tinggal satu apartemen bersama Enisa.
Sedangkan Donovan? Tentu saja pria itu juga menjalani kehidupannya yang gelap meski dia terkadang terbayang oleh Laila Aplebarry.
Tok! Tok! Sebuah ketukan pintu seketika membuat Laila yang tadinya duduk di sofa sendirian, kini berjalan menuju ke pintu dan membukanya, hingga terlihat sosok wanita cantik dengan senyuman tipis.
“Hai! Namaku Stacey! Quinn menyuruhku datang untuk memberimu ini.” Ucap Stacey yang memang memberikan secarik kertas dengan tulisan alamat.
“Apa ini?”
“Keberadaan Sean Bandit. Kau sedang mencarinya bukan!”
Laila terdiam menatap ke kertas tersebut. Sementara Stacey melihat ke arah perut besar Laila dan tersenyum tipis. “Aku yakin dia akan menjadi anak yang sehat!” ucap Stacey membuat Laila menatapnya dan ikut tersenyum.
Tentu, wanita itu tahu bahwa anak yang Laila kandung adalah anak dari kakaknya.
“Terima kasih!” ucap Laila membuat Stacey mengangguk-anggukkan kepalanya dengan napas panjang.
“Ya. Jika kau butuh sesuatu, datanglah kepadaku saja. Itu lebih aman!” ujar Stacey menyeringai kecil lalu pergi dengan diikuti oleh dua pria lainnya.
Laila semakin tidak mengerti, siapa orang-orang itu sebenarnya? Kenapa mereka terlihat sangar dan kaya.
...***...
Mansion Stone-B
5 pria yang kini terlihat serius duduk di sofa hitam yang membentuk melingkar. Mansion yang cukup luas hingga beberapa pelayan dan anak buah bersiaga di tempat masing-masing.
“Bisnis Stone-Brooks masih berdiri kokoh. Jika kita bisa bersatu, mungkin itu akan semakin memperluas kekuasaan dan menyingkirkan musuh yang sama.” Ucap salah seorang pria berambut pirang dengan menatap serius ke Donovan, Roger dan Marlon.
“Stone-Brooks tidak membutuhkan kerjasama dengan mu. Bisnis mu memang luas Mr. Jones! Tapi kau memiliki lidah yang tajam, akan beresiko jika Stone-Brooks dan Boy bersatu.” Jelas Donovan menatap tajam penuh peringatan.
Tentu, dia tahu bagaimana Jones Boy itu bekerja. Pria itu juga berbahaya dan Donovan tidak ingin ditusuk dari belakang, jika pun begitu, maka Donovan lebih suka jika dia yang menjadi penusuknya.
Mendengar penolakan tersebut, Jones menahan emosinya dan beralih menatap ke Roger. “Bagaimana menurut Anda Tuan Roger? Kau yang tertua di sini!” bujuk Jones dengan berani meski Donovan ada di sana.
Tanpa menoleh, Donovan sendiri sudah tahu jawaban kakeknya, itu sebabnya dia meneguk beer dan beranjak pergi tanpa memperdulikan keberadaan tamunya.
“Bukan aku yang memegang kendali. Semua keputusan ada di tangan Donovan. Kau bisa pergi Mr. Jones!” ucap Roger terus terang.
Dengan tatapan tajam karena penolakan kerjasama hingga penjualan tanah, membuat Jones Boy marah dan langsung berdiri. “Kalian membuat kesalahan karena sudah menolak ku Stone-Brooks.”
“Jaga bicaramu, kau berada di kawasan kami, Boy!” gertak Marlon yang langsung berdiri dan menatap tajam ke Jones juga saudaranya yang sedari tadi diam dengan pengamatan.
Hingga keduanya pergi.
.
.
.
“Bagaimana pengiriman barangnya malam ini Austin?” tanya Donovan yang tiba-tiba muncul sehingga pria itu langsung menjaga jarak dengan Stacey yang malah menyeringai nakal.
Sementara Donovan menatap tegas ke asistennya.
“10 menit lagi kapal akan berangkat, sebelum pemeriksaan polisi Tuan. Saya sudah mengurusnya.” Jelas Austin membuat Donovan selalu puas dengan cara bekerja asistennya yang andal itu.
“Kau mau pergi?” tanya Stacey saat melihat kakaknya masuk ke dalam mobil hitam kesayangannya dengan label khusus yaitu nama latin Donovan Stone-Brooks yang terbuat dari perak tertempel di belakang mobil hitam tersebut.
“Ya.” Jawabnya singkat hingga mobil melaju pergi.
“Aku akan mengawal tuan Donovan, jaga dirimu!” ucap Austin yang memilih mengikuti bosnya dari belakang.
Entah Donovan mau pergi kemana, yang pasti kepergiannya berpapasan dengan datangnya mobil Quinn. Tentu saja wanita itu melirik sekilas ke arah kepergian mobil suaminya dan menyeringai kecil. “One day (Suatu hari)!” gumam Quinn.
Di sisi lain. Sebuah mobil merah melaju normal, terlihat dua wanita yang duduk tenang di dalamnya dengan sedikit tegang. “Kau yakin pria itu memegang janjinya?” tanya Enisa sedikit ragu akan pria bernama Sean Bandit itu.
“Tidak ada salahnya untuk mencoba. Lagipula aku datang membawa uangnya.” Ucap Laila yang juga ikut tegang.
Enisa sekilas menoleh ke temannya. “Tenanglah, anak itu akan ikut tegang di dalam.” Ucap Enisa memperingatinya sehingga Laila mencoba tenang dan menyentuh perutnya yang membuncit.
Hingga beberapa menit kemudian. Mereka sampai di sebuah gudang tua cukup besar. Bisa dikatakan bahwa gudang tersebut seperti tempat penyimpanan barang-barang ilegal milik Sean Bandit.
“Aku akan menemanimu.” Ucap Enisa dengan cemas.
“Tidak. Tetaplah di mobil, jika ada sesuatu kita bisa pergi dengan cepat!” ucap Laila tersenyum kecil namun itu tak berhasil membuat Enisa tenang.
Dengan memberanikan diri. Laila merapatkan mantel panjangnya dan menuju ke pintu depan sehingga terlihatlah anak buah Sean Bandit yang berjaga di sana.
Dengan mata jelalatan, para pria itu hendak menggodanya namun saat melihat perut Laila, mereka menjadi bertanya-tanya dan menatap tegas.
“Sedang apa kau berada di sini Nyonya?” tanya salah satu pria berkulit hitam saat jarak Laila dan penjaga tadi begitu dekat.
“Aku mencari Sean Bandit! Katakan kepadanya, Laila Aplebarry datang.” Pintanya dengan tegas penuh keberanian meski sejujurnya dia gemetar di dalam.
Pria hitam tadi segera menyuruh temannya untuk menyampaikannya kepada bos mereka.
Sementara di dalam gudang sendiri, Sean Bandit berbincang serius dengan Donovan, tentunya pertemuan tersebut membahas tempat pertandingan ring yang ingin Sean Bandit tawarkan kepada Donovan.
“Tuan, ada seorang wanita ingin bertemu dengan Anda.” Ucap anak buah Sean sehingga wajah kesal Sean Bandit berubah menjadi seringaian kecil.
“Akan aku pikirkan tentang tawaranmu, tapi jika itu merugikan ku, maka kau yang harus bertanggung jawab.” Ucap Donovan yang selalu angkuh sehingga pria itu melangkah pergi dan membuat Sean Bandit mengumpat kecil.
“Fuck him.”
...°°°...
Hai guyss!!!! Maaf ya kalau cerita saya cepat kan karena konflik mulai memanas saat kelahiran keturunan Stone-Brooks 😁 jadi mohon dinikmati, semoga kalian suka dengan alurnya 😌😁
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!!
Thanks and See Ya ^•^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
vnablu
apa yg akan terjadi sama Laila
apa Donovan akan tetep tidak perduli sama Laila meski anak mereka nanti lahir
2025-03-28
1
Delvyana Mirza
Hati2 Laila,ada bahaya di depan walau ada Ayah dari anak mu nampak nya dia gak perduli dengan mu,
2025-03-28
1