IBU PENGGANTI SERASA DI CULIK??
Pria itu menatap datar kakeknya, hingga mereka sama-sama meneguk beer nya.
“Bagaimana hubungan mu dengan Quinn?” tanya Roger yang sekedar ingin tahu saja perkembangannya.
Donovan menyeringai kecil. “Hubungan apa? Tidak ada apapun di antara kami selain bekerjasama, jika aku sudah hilang kendali mungkin aku akan langsung membunuhnya.” Ucap Donovan terus terang sehingga Roger yang mendengarnya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan meletakkan gelas kacanya.
“Hatimu sangat keras seperti ayahmu.” Ujar Roger.
“Lalu bagaimana dia bisa memiliki ku?!” pertanyaan Donovan yang serius namun dia menyeringai kecil seolah dia hanya membuat lelucon soal kehidupannya sendiri.
Sambil merokok, Donovan sedikit mendongak saat asap mengepul di seisi ruangan.
Roger menatap serius ke cucunya. Seakan-akan ada sesuatu yang ditutupi oleh Roger mengenai Donovan yang sebenarnya.
“Aku mendengar, kau akan melakukan program ibu pengganti.” Ucap Roger bersandar santai menatap Donovan yang kembali datar dan menahan emosi tersendiri.
“Ya.” Jawabnya singkat.
“Aku rasa... Itu bukan ide yang buruk Don! Lebih baik hanya ada ikatan darahmu dan ibu penggantinya.” Ujar Roger membaut Donovan berkerut alis.
“Ini adalah ide nya Quinn, dia juga harus bertanggung jawab dan aku tidak tahu wanita seperti apa yang akan melahirkan pewaris Stone-Brooks, Kakek!” tegas Donovan yang tak peduli meski di depannya itu adalah kakeknya sendiri.
“Tepat sekali. Kita bukan orang baik, begitu juga dengan Quinn sendiri bukan. Sebaiknya kau cari wanita yang tepat untuk pewaris Stone-Brooks sebelum aku benar-benar meninggal.” Jelas Roger mulai beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
“Terima kasih minumannya.” Lanjut pria tua itu yang mulai keluar.
Sementara Donovan masih terdiam dengan tatapan tajam dia juga memikirkan ucapan Roger barusan.
Satu tegukan beer dan hisapan rokok sebelum akhirnya Donovan beranjak dari sofanya menuju meja kerjanya dan menekan tombol panggilan pesan suara untuk asisten setianya.
...***...
Di pagi hari. Laila sudah berdiri di gerobak kecil jualannya, oh tentu saja. Di pagi hari dia akan bekerja sebagai penjual juice lemon dan sandwich yang berbeda di taman-taman. Seperti saat ini, dengan ramah, Laila menjualnya kepada para pelanggan khususnya anak-anak.
Hingga saat dia asik tersenyum ramah sembari membuat sandwich dan juice, tiba-tiba dia orang pria berkaos hitam dengan jaket hitam datang menghampirinya.
“Mari kita bicara.” Ucap salah satu pria yang pastinya membuat Laila menatap tajam.
Tentu saja, dia tahu siapa dia pria tadi.
“Permisi sebentar!” pamit Laila kepada para pelanggannya hingga berjalan sedikit menjauh dari tempat jualannya dan mengikuti kedua pria tadi di dekat mobil mereka.
“Apa? Aku masih mencari uangnya dan katakan kepada bos kalian untuk tidak menyentuh adik dan nenekku.” Ketus Laila dengan berani.
Namun ucapannya membuat kedua pria tadi menyeringai kecil. “Kami tidak akan menyentuhnya, tuan Sean bilang, kau harus membayar setengahnya atau kami akan melukai adik dan nenekmu. Itu saja.” Jelas pria tadi yang mengatakannya dengan serius hingga mereka masuk ke mobil.
Mendengar itu Laila tak terima dan mencoba menggedor pintu mobilnya.
“AKU AKAN MEMBAYARNYA DAN JANGAN COBA-COBA MELUKAINYA.... KATAKAN KEPADA YOUR FUCKING BOSS!!” sentak Laila hingga mobil tadi melaju pergi.
Sungguh? Wanita cantik dengan celemek putih itu mengusap kepalanya dengan wajah bingung.
Melapor ke polisi? Itu hanya sia-sia karena para polisi sudah terkena sogokan Sean Bandit sialan.
.
.
.
Berjam-jam Laila tidak bisa tenang memikirkan keadaan adik dan neneknya hingga berulang kali dia melakukan kesalahan saat bekerja, sampai selesai memberikan minuman ke meja yang di pesan.
“Laila!” panggil seorang pria transgender yang merupakan manager di club' tersebut.
“Ya?”
“Pergilah. Anak buah tuan Donovan sudah menunggumu!” ucap pria alias wanita itu dengan seringaian kecil yang membuat Laila berkerut alis.
Donovan? Nama yang sering kali dia dengar di club.
Laila tersenyum dan hendak pergi, namun Rum si manager tadi menyentuh bahunya sehingga Laila menoleh. “Kau harus bisa menjaga ucapan dan sikapmu atau kau akan dalam bahaya!” ucap Rum sedikit berbisik.
Sangat mencurigakan bagi Laila, namun wanita itu hanya mengangguk faham.
Tanpa pikir panjang, Laila sendiri sudah berkeringat dingin saat dia harus menemui pria yang di duga bos nya dan yang selama ini banyak di bicarakan soal ketampanan, keangkuhan dan pembunuh? Entahlah.
Dengan ragu Laila menatap ke pria berkaos hitam dengan tatapan tajam dan tegas, panggil saja dia Austin— asisten setia Donovan. “Laila Aplebarry?”
“I-iya.” Jawab gugup Laila.
Seketika Austin menyuruh satu anak buah lainnya untuk mendekati Laila dan menutup matanya dengan sebuah kain hitam.
“Tu-tunggu! Apa yang kalian lakukan?? Ini membuatku tidak nyaman, lepaskan aku!” kesal Laila ketika kedua tangannya di ikat ke belakang dan kedua mata ditutup oleh kain hitam.
“Bawa dia masuk.” Pinta Austin hingga mereka semua masuk ke mobil.
-‘Oh, astaga... Tenanglah Laila, ini benar-benar gila!’ batin wanita yang kini bernapas memburu dengan ketakutan dan mencoba tidak panik.
Dia tidak tahu pria apa yang sudah dia pilih dan kesalahan apa yang sudah dia lakukan sehingga harus bertemu langsung dengan si Donovan Stone-Brooks dalam keadaan seperti ini.
Selama perjalanan, Laila terus saja berharap semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak menghafal jalan apapun apalagi dalam keadaan mata tertutup.
“Tuan! Apa ini sangat rahasia? Maksudku— aku Sudja setuju, kenapa harus menutup mata dan mengikatku?” tanya Laila mencoba mencari tahu.
Namun tidak ada jawaban dari si Austin atau anak buah Donovan yang lainnya hingga beberapa menit berlalu, barulah Laila mobil hitam tadi sampai di sebuah hotel berbintang yang sangat terkenal mewah dan mahal di kota Chicago. Tentu, bukannya lewat depan, namun Austin membawa Laila lewat belakang.
Dengan tergopoh wanita itu berjalan mengikuti arahan pria tadi dengan mata yang masih di tutup dan tangan di ikat.
Cklek!
“Tuan!” panggil Austin saat melenggang masuk bersama Laila.
“Bawa dia di ranjang dan pergilah.” Pinta seorang pria yang bersuara berat sangat seksi di telinga wanita pecinta mafia.
Berbeda dengan Laila yang merasa merinding dan was-was akan bahaya di depannya. Sungguh! Jika benar itu adalah Donovan si bos pemilik Blackstone club, maka seharusnya Laila melihat wajahnya, namun tidak bisa.
“Hey! Ap— ”
Tak bisa berkata-kata saat dia di bawa ke ranjang lalu kedua tangannya kembali di ikat di kedua sisi tiang ranjang. Dan kini Laila benar-benar duduk di tengah-tengah kasur empuk tersebut.
“Saya permisi Tuan.”
“Hm.”
Mendengar pintu tertutup kini Laila yakin bahwa dia hanya berdua dengan sosok Donovan.
“Tu-Tuan Donovan, benar?!” tanya Laila tersenyum paksa.
Tak ada jawaban dari si pria tampan yang kini mengenakan kemeja hitam dengan dua kancing terbuka.
“Kau sudah tahu kenapa kau ada di sini?” sekali lagi suara itu mengalun membuat Laila berdegup.
Sementara Donovan menoleh kebelakang sambil meneguk wine berulang kali dan masih berdiri membelakangi Laila dengan wajah tegas dan tatapan tajam.
“Iya! Aku hanya perlu melahirkan seorang anak untukmu dengan imbalan uang! Tapi, bolehkan aku membuka penutup matanya, ini seperti pemaksaan!” ujar Laila terus terang sehingga Donovan berbalik menatapnya lekat dengan kerutan alis memperhatikan sosok wanita cantik dengan rambut tergelung rendah berantakan dan pakaian yang cukup terbuka.
Ya! Dress pelayan yang masih dia kenakan sangat menggoda siapapun yang akan melihatnya.
“Tidak perlu. Diam dan nikmati saja.” Balas Donovan dingin, mulai meletakkan gelas kacanya dan berjalan mendekat ke ranjang sembari membuka kancing kemejanya satu persatu dengan tangan kiri saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Makaristi
apakah langsung akan bikin donovan yunior hehehehe..
tdk kah tuan donovan melihat wajah cantik laila dl sebelum mengesekusi 🥰😍😘🫢🤭🤣😜
2025-03-23
1
Delvyana Mirza
Lanjuuuut thor,aku hadir seperti biasa,,kenapa cetita mu selalu buat si pembaca jantungan,gemes dech thor ,
2025-03-23
1
🍏A↪(Jabar)📍
up
2025-03-23
1