Sesampai di halaman parkir restaurant Dokter Bagas membukakan pintu mobilnya untukku.
kadang - kadang aku diam - diam membatin, gak seharusnya aku keluar makan berduaan dengan pria lain selain suamiku..
Memang benar Dokter Bagas pernah menyatakan perasaannya kepadaku sebelum aku menikah, ini semakin membuatku canggung..
Aku tersenyum saat dokter membukakan pintu mobilnya, dia menjulurkan tangannya untuk membantuku turun.. tapi aku menolaknya.
"ohhh maaf rin, reflek aja tadi hehe" ucapnya sambil menurunkan tangannya
"iya ngak papa dok" jawabku
kami masuk kedalam restaurant dan memesan beberapa menu makanan dan minuman.
"Dok, saya kira makan siang ini ngajakin yang lain juga, tadi si nisa pengen ikut juga. Cuma ga berani soalnya ga di ajakin sama dokter." Ucapku .
"Kamu gak nyaman ya rin, pergi makan berdua aja sama aku. Hehehe." Tatapnya dan tersenyum kepadaku.
"Ya bukannya gitu dok, nanti kalo ada yang lihatkan jadi ga enak. Apa lagi status sayakan istri orang." Jawabku
"Rin, kalo di luar panggil Bagas aja. Kan kita makan siang buat biacarain pasien rin. Ga lebihkan.!" Jawab Dokter Bagas sambil menatap tajam ke arahku.
Aku hanya menunduk tak berani melihatnya, keadaan ini benar - benar membuat jantungku bedetak kencang, entah perasaan apa ini..
Sebelum aku menikah dengan mas frans, memang hubunganku dengan Dokter Bagas sangat dekat bahkan ia pernah mengungkapkan perasaannya kepadaku, seminggu sebelum aku di lamar oleh mas frans. Ya,, aku merasa bersalah, seperti menggantungkan perasaan Dokter Bagas kala itu. Setelah aku menikah dengan mas frans kami jarang bertemu karena dokter bagas di alih pindahkan ke Ruang yang lain.
Namun seminggu yang lalu ia kembali tugas di IDG.. Membuatku merasa tidak enak dalam situasi ini, walau perlakuan dokter ke aku masih seperti dulu sangat baik.
Makanan datang dan sudah di taruh di meja depan kami.
"Di makan rin, biar tambah sehat ucapnya."
"Iya dok" Dengan menunduk dan mulai menyantap makanan
Beberapa suap makanan sudah ku lahap, sesekali aku melihat ke arah dokter bagas, yang dari tadi aku tak berani melihatnya.
Ternyata ia masih memandangiku.
"Kenapa rin, kok jadi canggung gini." Tanya dia
" Nggak papa dok, hehehe" Jawabku dengan tersenyum malu
Ku angkat minuman dan aku minum.
"Gimana dengan pernikahanmu rin. Baik - baik ajakan?" Tanya dokter
"Hah, (mataku terbelalak) baik - baik aja dok Allhamdulillah" Jawabku dengan kaget
" Emmm aku cuma pengen tau gimana rasanya nikah muda rin.? Ya biasa mamaku selalu tanya kapan nikah, dan dia selalu nanyain kamu." Jawabnya dengan menatapku.
"Hah, ko dokter ngak bilang kalo aku udah nikah.!"
"Yaaa aku gak mau Mama kecewa rin, biar aku aja." Masih dengan menatapku sambil minum
"Ya maaf ya dok, saat itu aku gak pernah cerita saal pasanganku.. Jujur aja kalo sayang memang aku sayang sama dokter, terlebih perhatian dan kebaikan dokter ke aku selama ini, dari aku jadi anak baru disini, dokterlah jadi teman pertamaku. Tapi hubunganku dengan orang yang menjadi suamiku saat ini jauh lebih dulu dok, kami pacaran sejak kami SMA. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu aja,. Mungkin iya saat kami sedang ada masalah atau kami sedang berjauhan, rasa ingin meninggalkan sangatlah besar. Tapi rasa cintaku ke dia sungguh besar dok. Maaf sekali lagi." Menjelaskan dengan nada yang lembut dan tanpa melibatkan perasaan agar tidak ada kesalah pahaman dengan perasaan dokter.
"Iya rin aku tau kok, bahkan jauh sebelum kamu cerita ini semua ke aku. Udah lahh kita nikmati hidup aja, jangan jadi canggung, kita akan terus berteman dan jadi petner di tempat kerja.. Aku ajak makan gini cuma yaaa biar kita ga canggung lagi kalo ketemu, gaada perasaan yang mengganjal dalam hati, kalo udah di omongin ginikan udah lebih lega." Ucapan dokter yang sangat lembut dan menenangkan hati dengan masih menatapku tajam.
"Udah yok balik," Dia berdiri memanggil karyawan restaurant untuk meminta bill pembayaran.
Dia scan dengn hpnya dan sudah terbayar, kami berjalan ke halaman parkir tempat mobil dokter terparkir.
Di bukakan pintu untukku, aku duduk di sebalahnya.
Di pasangkan sabuk pengamanku. "Dok saya bisa pakai sendiri"
"Gak papa biar aku pakaikan rin, nanti kalo ga kuat bisa lepas. Hehe" Jawab dokter dengan tersenyum lebar
Aku hanya terdiam
"Ini udah jadi kebiasaan lama rin, maaf ya kalo jadi canggung gini ahhhhh" Hela nafasnya
Dalam perjalanan sesekali dokter memegang tanganku, di lihatnya jemariku.
Ku tarik tanganku saat itu "maaf dok, kenapa ya" Tanyaku
"Kok nggak di pakai cincin nikahnya rin, kenapa" Dengan memegang kendali mobil dan sesekali melihat ke arahku.
"Nggak papa tadi kelupaan di taruh di atas meja, sambil muka datarku."
Di sentuh pipiku oleh dokter " Jangan cemberut gitu, aku cuman bercanda." Dengan menatap ke arahku
Mobil sudah terparkir, aku langsung membuka pintu dan keluar..
Aku berjalan lebih dulu dan masuk le dalam lift
Dokter yang tampak mengejarku lalu masuk ke dalam lift.
Kami hanya berdua disana, suasana seperti mencekam..
Dia mengambil tanganku dan memberikan sekotak benda kecil yang terbungkus pita hitam "ini kado buat pernikahanmu rin, sebenernya ini udah aku beli lama, cuma belum sempat aku berikan ke kamu. tapi kamu udah nikah duluan. Simpan ya buat aku jangan di buang.. !" Ucapnya dan dokter meningalkanku keluar dari lift lebih dahulu.
Ku susul keluar dan kembali ke ruanganku..
Nisa dan rio menatapku. " Cie yang habis pacaran dengan mas dokter ganteng" Ucap nisa
"Helehhh apa sihh." Jawabku
"Rin iling, kamu udah jadi istri orang." Sanggah rio menatapku
"Iyalahhh apa sih kalian orang cuma makan, sama bahas beberapa pasien aja loo ga lebih. Otakmu ini looo adanya kecurigaan teross" Jawabku
"Yakan takutnya khilap yakan niss" Rio menatap nisa
"Heeemmmm betull itu, nanti kalo berdua duaan yang saty setan tauk." Nisa menyanggah.
Udah yok balik ke tugas masing masing..
Kami kembali ke tugas kami masing - masing dan sesekali bertemu dengan dokter bagas dia tersenyum lebar ke arahku.
Ku balas dengan senyuman, dengan hati yang tak tau perasaan apa ini yang menghampiriku..
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments