Bab 4

Pagi ini suasana mansion sangat hening, seakan-akan tidak ada kehidupan didalam sana.

Alex bangun pagi sekali, sehabis mandi ia mengenakan celana pendek, berencana akan olahraga berlari di pagi hari.

Turun dari anak tangga menuju ke halaman depan yang tampak mulai ada aktifitas sudah dari beberapa anak buahnya yang berjaga, terlihat ada Bimo dan iwan yang sedang berolahraga juga.

"Kamu urus Leonor sehabis ini, bahwa dia ke paviliun belakang, saya akan urus dia sehabis pulang," Alex pun berjalan meninggalkan Bimo dan iwan yang saling melihat.

"Akhirnya bos mengeluarkan nya dari ruang bawah tanah yang gelap itu, kasihan nona leonor ia pasti tidak nyaman dan takut dengan ruangan yang minim cahaya itu," Iwan mengasihani keadaan wanita itu.

Seperti biasa Bimo hanya terdiam, menanggapi apa yang di ucapkan oleh temannya itu.

***

Leonor pun berusaha untuk bangkit dari duduk dengan berjalan menuju pintu, mengumpulkan tekat bahwa ia harus keluar dari ruangan ini bagaimanapun caranya.

Mengedor pinta " Tolong, siapapun yang ada diluar tolong saya," Panggil dengan suara yang nyaris tidak keluar, rasa lapar dan kerongkongan yang kering membuat hampir mati karena kelaparan.

Sekeras apapun dia memanggil namun tidak ada yang mendengar nya, suaranya kembali terdengar oleh nya sendiri.

Terduduk kembali sambil memegang Kepala nya, tanpa sadar ia menyentuh sebuah jepit rambut yang ada dikepalanya, segera melepas nya berjalan menuju ke pintu hendak akan membukanya.

CEKLEK!!

Pintu terbuka dari luar membuat Leonor kaget dan mundur beberapa langkah ke belakang, harap cemas dan takut di siksa lagi oleh orang tersebut.

"Mari ikut saya nona, " Ujarnya dengan wajah datar membuat Leonor sedikit takut untuk mengikuti anak buah pria itu.

Menggelengkan kepalanya dengan cairan bening yang lolos dari mata indahnya itu.

"Jangan, kumohon jangan menyiksa ku, aku tidak tahu siapa kalian," Suara yang serak dan nyaris tak terdengar membuat nya terlihat begitu pilu.

Terbesit rasa kasihan dihati bimo melihat keadaan Leonor, mata yang terlihat bengkak, rambut yang acakan, bekas cambukan yang terlihat membiru di kedua lengan gadis itu dan baju yang begitu kotor, ia terlihat begitu mengenaskan.

"Kemarilah nona, saya tidak akan menyiksa anda, ikut dengan saya kita akan keluar," Pinta sambil berjalan pelan mendekati Leonor, ia memegangi lengan wanita itu dan membawa nya keluar.

Silau sinar matahari membuat padangan Leonor menjadi kabur, ia berdiri untuk menyesuaikan penglihatannya dengan baik.

Melihat sinar matahari membuat Leonor sedikit mempunyai harapan hidup, dengan langkah yang pelan Bimo membawanya ke belakang menemui mbok ina.

sedang sibuk masak di dapur mbok ina dikagetkan dengan kedatangan Bimo dan Leonor.

"Astaga, apa yang terjadi denganmu nona?" Kaget dan syok melihat keadaan Leonor yang begitu memprihatinkan.

"Bimo apa yang terjadi dengan nya?, kenapa nak alex menyiksa nya sampai seperti ini," Kasihan pada Leonor.

'Ohh jadi nama pria itu alex' batin Leonor.

"Aku tidak tahu seperti apa persisnya, aku minta bibi urus dia, tempatkan dibagian paviliun belakang mansion ini," Ujar Bimo.

Sedangkan yang menjadi pusat pembicaraan hanya menunduk diam dari tadi, ia tidak berani juga hanya sekedar membuka suara.

Bimo meninggalkan Leonor dengan mbok ina, percaya bahwa Leonor akan diurus dengan baik oleh wanita yang sudah dia anggap seperti ibu itu.

"Kemari nona ikut saya kebelakang,"

Dengan ragu-ragu Leonor tetap melangkah ke mengikuti arah mbok ina membawa nya.

"Silakan nona mandi dikamar mandi ini, saya akan menyiapkan baju untukmu, jangan takut kamu tidak akan kenapa,” ucapnya sambil mengengam tangan Leonor, merasakan kehangatan dalam genggaman tangan mbok ina membuat mata nya berkaca-kaca.

Tiba-tiba ia berhambur memeluk mbok ina, seketika tangisan nya pecah ketika merindukan kasih sayang seperti ini. "Hiksssss, hiksss, hiks, maaf merepotkan dengan kehadiran dirumah ini, " Tangis nya begitu pilu membuat mbok ina pun ikut meneteskan air, ia semakin memeluk erat Leonor, menyalurkan kekuatan melalui pelukan hangat itu.

"Tidak apa-apa nduk bibi senang melihatmu ada disini, bibi juga merasa tidak direpotkan," Mengusap punggung Leonor untuk meredakan tangisannya itu.

Melepaskan pelukan itu, ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Pulang dari olahraga ia langsung menuju ke kamarnya, mengambil segelas air meneguk nya sampai tandas.

Berjalan menuju kamar mandi, ia berencana akan ke kantor karena ada meeting disiang.

Ia mengenakan tuxedo warna hitam, kacamata yang selalu bertengkar di hidung mancung ya itu, siapapun yang melihat pasti tertarik dengan laki-laki yang nyaris sempurna dimata wanita manapun...

Ia menghubungkan mbok ina," Ibu bisa keruangan saya," Pintanya dengan sopan, alex sudah mengangap perempuan tua itu seperti ibunya sendiri, semenjak kedua orang tuannya tidak ada, ia sangat menghormati mbok ina sepertinya ibu kandung nya sendiri.

"Baik nak, ibu akan kesitu,"

Mbok ina mengerutkan keningnya, tumben nak alex menyuruh ku kesana, ia meninggalkan Leonor dalam kamar mandi, segera pergi ke kamar alex di lantai dua.

Selama di mansion, tidak pernah seorang pun menaiki lantai dua, hanya orang-orang tertentu yang bisa ke atas, selain mbok ina, Bimo dan iwan yang sering ke atas apabila bosnya memberikan perintah.

Dari banyaknya wanita yang pernah di bahwa ke mansion, tidak pernah ada yang ia bawa kekamarnya, hanya dilantai bahwa, jadi kalau ada wanita yang diizinkan ke lantai dua adalah suatu ke beruntung bisa keatas.

Tok!

Tok!

Tok!

"Masuk buk,"

Mbok ina masuk kedalam menemui alex. "Ada apa nak alex memanggil ibu kesini,“ tanya mbok ina

" Buk, maaf alex sudah merepotkan ibu terus, tapi ibu pasti sudah tau apa yang akan aku katakan," ucapnya sambil mendekati buk ina, yang berdiri tidak jauh dari sofa, mengengam tangan wanita tua itu, mengajak duduk.

"Nak ibu tahu, kamu tidak mungkin melakukannya tanpa ada sebab," Menatap mata alex yang tampak ada rasa bersalah.

"Bagimana buk, apa wanita itu aku lepaskan kembali atau bagaimana," tanya alex.

"Kalau ibu boleh kasih saran, dia perempuan yang unik, dia baik nak, apakah dia boleh kamu pekerjaan disini menemani ibu," Ia mengharapkan anggukkan dari alex, entah kenapa melihat tatapan sayu dari Leonor, mbok ina mengasihani gadis malang itu.

Alex membalasnya dengan anggukkan kepala, "kalau itu yang ibu mau, aku mengizinkan, ibu boleh mempekerjakan nya di mansion ini," Kata alex, terbit senyum bahagia diwajah buk ina. Ia berdiri memeluk tuannya yang sudah ia anggap seperti anak.

"Aku mau berangkat ke kantor bu pagi ini, ada meeting siang nanti,"

"Iyaa nak, ibu ke bahwa dulu, kamu tidak mau sarapan dulu sebelum berangkat? " Tanya buk ina.

"Aku sarapan diluar saja buk," Balas alex

Buk ina keluar kembali ke bahwa, 'Tuhan aku mengharapkan mereka berjodoh, aku berharap Leonor dapat mengubah alex, aku dapat melihat ada ketulusan di setiap tatapan matanya' ucap buk atin dalam hati.

***bersambung***

Jangan lupa like, komen dan tinggalkan jejak kalian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!