bab 19 : Surat perjanjian

Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam dan sesuai dengan perkataan Naren tadi pagi, kini bibi Vera sudah berada di rumah pak Ahmad sejak 10 menit yang lalu, kali ini wanita itu tidak datang sendirian melainkan bersama dengan sang anak, meli.

" Jadi udah ada kan uang yang bibi minta tadi pagi ?" Tanya bi Vera tanpa tau malu, senyum nya terus saja mengembang sejak tadi, sementara meli sedari tadi terus saja melirik ke arah Naren yang duduk be sebelahan dengan Ayuna tepat di seberang tempat duduk nya.

" bibi kenapa ga tau malu banget sih, sertifikat sawah bapak aja belum bibi kembalikan sampai sekarang, dan sekarang bibi mau pinjam lagi uang 10 juta, bibi pikir uang segitu tinggal ngeruk di sawah apa ?" sewot Ayuna membuat meli langsung mendelik kesal ke arah nya, namun tidak lama ia kembali merubah raut wajah nya menjadi sedih.

" Kenapa kamu ngomong nya kasar kaya gitu sama mama aku Yuna, bukan kah selama ini mama selalu bantu keluarga kalian kalau lagi kesusahan, lagian kalau sedang tidak butuh banget kita ga akan pinjem uang ini ke kalian kok, harusnya kamu ga perlu bicara kasar seperti itu sama mama ?" Tanya meli dengan nada yang di buat selembut mungkin dengan mata yang terus saja melirik ke arah Naren yang sama sekali tidak peduli dengan keberadaan nya.

" Aku ngomong kenyataan teh, selama ini bibi emang ga pernah ikhlas bantu kita, lagian emang selama ini kalian pernah bantu apa selama kami kesusahan ?" Sahut Ayuna yang sungguh sudah muak dengan keluarga dari ayah nya itu.

" Neng udah, biar bapak aja yang ngomong !" Ucap pak Ahmad sambil menatap lembut sang anak berusaha menenangkan Ayuna.

" Ajari sopan santun dong anak kamu kang, masa ngomong sama orangtua kaya gitu, ga punya adab, beda banget sama meli yang lemah lembut !" Sahut bi Vera membuat mereka semua menatap tidak percaya dengan apa yang barusan di katakan oleh wanita itu, terkecuali Naren tentu saja.

Dalam hati mereka mencibir ucapan bi Vera yang mengatakan jika meli memiliki sifat lemah lembut, padahal seluruh warga desa sini sudah mengetahui bagaimana sifat gadis itu, namun mereka lebih memilih untuk tidak menanggapi dari pada urusan menjadi lebih panjang lagi.

" Jadi uang nya udah ada apa belum, kalian jangan bohongin saya, saya udah nyisihin waktu ke sini malam-malam cuma mau ambil uang doang ?" Tanya bi Vera lagi kali ini dengan nada suara yang sedikit berbeda sedikit lebih ketus atau bahkan sangat ketus.

" ini uang nya, tapi sebelum itu saya punya syarat yang harus anda penuhi kalau ingin mendapatkan uang ini !" Ujar Narendra sambil meletakan sebuah amplop putih dan juga amplop coklat besar, raut wajah nya terlihat sangat datar dan dingin membuat nyali bi Vera seketika menciut, namun dirinya sangat pandai memainkan mimik wajah.

" Kenapa harus pake syarat segala, kita kan saudara, ga perlu lah pake syarat-syaratan ?" Tanya bi Vera tidak terima, sebab dalam pikiran nya isi dalam surat itu adalah perjanjian bunga dan jatuh tempo yang harus dirinya bayar.

" Saya tidak berkata akan meminjam kan uang ini pada anda, kalau anda mau anda bisa mengambilnya secara cuma-cuma setelah menandatangani surat itu, bahkan isi di amplop itu lebih banyak dari yang anda minta tadi pagi !" Jelas Naren panjang lebar membuat bi Vera langsung melotot ke arah amplop putih yang terlihat sangat tebal isi nya.

" Kalau gitu bibi bisa langsung tanda tangan aja, dimana tanda tangan nya ?" Tanya bi Vera dengan semangat begitu mendengar jika jumlah uang yang akan di berikan oleh Naren lebih besar dari uang ia minta, bukan menantu pak Ahmad itu berkata akan memberinya secara cuma-cuma dengan syarat hanya menandatangani sebuah surat doang.

" kamu ga mau baca dulu apa isi surat perjanjian itu ver ?" Tanya pak Ahmad pada adiknya itu.

" Ga perlu kang paling isinya juga seperti perjanjian biasa, toh yang lebih penting itu uang nya bukan surat perjanjian nya !" Jawab bi Vera dengan wajah yang sangat berseri-seri sebab sudah membayangkan akan mendapatkan uang banyak tanpa harus capek bekerja.

Tanpa basa-basi lagi bi Vera pun langsung mengambil pulpen yang sedari tadi sudah tergeletak di sisi kertas itu, dan langsung membubuhi tanda tangan begitu saja tanpa mau membacanya lebih dulu.

setelah menandatangani surat tersebut bi Vera pun langsung menyambar amplop yang berisikan uang itu, setelah melihat isi nya senyum Bu Vera semakin lebar, begitu pun dengan meli yang ikut mengintip isi dari amplop tersebut.

" Kalau begitu bibi boleh pulang dan setelah ini jangan pernah menginjakkan kaki bibi lagi di sini, dn jangan lupa bibi juga harus segera tebus sertifikat sawah punya bapak dan kalau sampai bulan depan belum di tebus juga rumah bibi yang jadi jaminan nya !" Ujar ayuna yang sedari tadi hanya diam saja, mendengar ucapan istri Narendra itu sontak saja membuat bi Vera dan juga meli terkejut.

" Maksud kamu apa ?" Tanya bi Vera masih dengan wajah kagetnya.

" Harusnya tadi bibi baca dulu isi surat perjanjian nya !" Ucap Ayuna membuat bi Vera langsung mengambil surat itu dengan cepat dan langsung membacanya dengan detail.

" M-maksud Kalian apa, kalian ngejebak saya ?" Tanya bi Vera dengan suara yang terbata sebab terkejut dengan isi surat perjanjian itu.

" Ga ada yang ngejebak bibi, tadi kita sudah meminta bibi buat baca lebih dulu isi surat itu, tapi bibi ga mau dan bilang kalau isi surat itu ga penting !" Sahut Ayuna sambil tersenyum tipis seolah meledek mereka, puas sekali Ayuna melihat ekspresi mereka, akhirnya setelah sekian purnama Ayuna bisa membalas kelakuan jahat sang bibi dan itu berkat suaminya, Narendra.

" Ga, surat ini ga sah !" Elak bi Vera dan mencoba merobek kertas tersebut, namun sebelum itu terjadi Narendra sudah lebih dulu merebut surat itu.

" Surat ini sah karna anda sendiri yang menandatangani nya, saya juga punya bukti yang akurat !" Ujar Narendra sambil menunjuk sebuah kamera di sudut ruangan dengan ekor matanya nya, bi Vera dan meli langsung mengikuti arah pandang Narendra dan seketika bahu mereka merosot lemas.

" Kalian jahat sekali, kalian tega menjebak saya seperti ini !" ucap bi Vera dengan mata memerah menahan amarah.

" Ga usah banyak bicara, saya tunggu sampai bulan depan, kalau sertifikat sawah mertua saya belum kembali juga, saya akan membawa kasus ini ke jalur hukum, dan siap-siap saja kalian mendekam di penjara !" Sahut Naren yang sudah jengah dengan drama orang di depan nya ini.

Tangan bi Vera langsung bergetar mendengar ucapan Naren dan akhirnya bi Vera beserta meli memutuskan untuk kembali ke rumah, tidak lupa amplop berisikan uang yang di berikan oleh Narendra turut di bawa juga.

setelah kepergian bi Vera dan juga meli, pak Ahmad beserta Bu indah langsung mengucapkan terima kasih pada Narendra, walaupun sebenarnya dalam hati kecil mereka tidak tega pada bi Vera, namun mau bagaimana lagi, kalau tidak seperti ini pasti adik dari pak Ahmad itu tidak akan kapok.

❤️❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

semoga bi Vera tidak ingkar janji

2025-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!