bab 5 : Kedatangan mertua

Pagi telah menyapa dan Ayuna sudah bangun sedari subuh tadi, karna sedang cuti bekerja akhirnya Ayuna memilih untuk membantu sang ibu untuk merapihkan rumah, karna biasanya kalau Ayuna masuk bekerja pasti sang ibu tidak mengizinkan dirinya untuk membantu pekerjaan rumah, tetapi terkadang Ayuna masih tetap membantu walau hanya sekedar untuk menyapu dan mencuci piring saja setiap pagi.

" suami kamu masih tidur neng ?" Tanya ibu indah pada sang anak yang tengah membantu nya menjemur pakaian.

" Masih Bu, semalam kang Endra ga bisa tidur karna banyak nyamuk, lagian dia belum terbiasa tinggal di sini !" Jawab Ayuna, sebab memang semalam Narendra tidak bisa tertidur hingga pukul 4 subuh, dan setelah Ayuna menyuruh nya untuk pindah ke kasur lelaki itu baru bisa tertidur nyenyak.

" Orang tua suami kamu belum ada kabar neng, katanya semalam mau ke sini tapi sampai sekarang belum datang-datang juga !" Tanya ibu indah lagi dengan nada sedikit menggerutu, sebab ibu indah takut akan nasib sang putri untuk ke depan nya yang tiba-tiba saja harus menikah dengan orang tidak di kenal.

" Bu, semalam si akang bilang ke una kalo dia itu cucu nya Oma Ratih !" Cicit Ayuna dengan nada pelan, namun Bu indah masih bisa mendengarnya dengan jelas.

" Maksud kamu Oma Ratih yang rumah nya di ujung jalan sana ?" Tanya ibu indah dan langsung di angguki oleh Ayuna.

" Iya Bu !" Jawab Ayuna sambil menganggukan kepala nya.

Mendengar ucapan sang anak membuat ibu indah menghela nafas nya, bingung ingin berkata apalagi.

" Berarti dia anak orang kaya ya neng ?" Tanya ibu indah dengan suara lirih, sedangkan Ayuna hanya diam tidak menjawab sebab tau apa yang ibunya itu fikirkan.

" Apa semua akan baik-baik aja Bu, jujur Una masih trauma sama orang kaya ?" Tanya Ayuna lirih membuat sang ibu bungkam tidak tau ingin menjawab apa.

Setelah itu hanya terjadi keheningan di antara kedua nya, tanpa mereka sadari sejak tadi Narendra mendengar pembicaraan mereka, bukan sengaja ingin menguping, sebab niat Narendra adalah untuk mencari Ayuna, namun siapa sangka dirinya malah mendengar pembicaraan kedua nya.

" Berprasangka baik aja sama Allah neng, mungkin ini udah jadi jalan kamu buat berjodoh sama suami mu, kalau misal keluarga nya tidak bisa menerima kamu nanti, ingat kamu masih punya ibu dan bapak !" Ujar ibu indah setelah beberapa saat terdiam.

" Apa semua orang kaya akan sama Bu, Una bahkan ga pernah bermimpi bisa menikah dengan orang kaya, tapi kenapa sekarang suami Una malah orang kaya ?" Tanya Ayuna, bukan tidak menyukai orang kaya, hanya saja Ayuna memiliki trauma dengan orang kaya, sebab saat dia berusia 10 tahun dirinya harus melihat ibu dan bapak nya di tipu habis-habisan dengan cara kejam oleh orang kaya tersebut, sebab itulah Ayuna selalu menganggap jika dirinya harus menjauhkan diri dari orang-orang kaya walaupun Ayuna tau jika tidak semua orang kaya itu licik, sebab Ayuna tidak ingin lagi berurusan dengan mereka, sudah cukup Ayuna merasakan betapa sulit nya kehidupan mereka saat itu karna ulah si orang kaya.

Selesai menjemur pakaian Ayuna lebih memilih masuk ke dalam rumah lebih dulu, sementara ibu indah akan menyapu halaman yang penuh dengan dedaunan.

Begitu sampai di dalam rumah Ayuna melihat Narendra yang sedang berdiri menatap nya dengan tatapan yang sulit untuk Ayuna jelaskan.

" Akang ngapain ngeliatin una kaya gitu ?" Tanya Ayuna merasa aneh dengan sikap Narendra.

" Barusan orangtua gua telpon katanya sebentar lagi mereka mau ke sini, mereka udah sampe dari semalam sebenar nya, tapi ayah sama bunda nginep di rumah nenek karna ga enak kalau harus datang malam-malam ke sini !" Ujar Narendra langsung membuat Ayuna gelagapan.

" Kenapa ga bilang dari tadi, aduh gimana nih ?" Omel Ayuna sebab mendadak merasa cemas akan kedatangan mertua nya.

" Ga usah repot-repot kata bunda, jadi lu sama keluarga lu cuma harus siapin diri aja !" Ujar Narendra membuat Ayuna berhenti menggigit jarinya.

" Una kasih tau ibu sama bapak dulu kalo gitu !" Sahut Ayuna dan langsung di angguki oleh Narendra, setelah itu Ayuna pun langsung berlari menuju halaman rumah dimana sang ibu masih menyapu di sana.

" Ibuuu !" Teriak Ayuna membuat ibu indah terkejut dan langsung menatap tajam sang anak.

" Kenapa sih neng teriak-teriak kaya gitu ?" Tanya ibu indah heran melihat tingkah sang anak.

" Orang tua kang Endra mau datang sebentar lagi katanya, gimana ini Bu ?" Sahut Ayuna cemas.

" Ya udah biarin aja, kenapa kamu jadi heboh kaya gini ?" Ujar ibu indah sambil melanjutkan aktivitas nya, bukan tidak ingin menyambut besan mereka, hanya saja ibu indah bingung harus menyuguhkan apa sementara keuangan nya lagi sulit, saat ini dirinya hanya mengantongi uang 35 ribu saja.

" Kita belum ada persiapan apa-apa Bu !' Sahut Ayuna membuat indah langsung menghela nafas nya.

" Apa yang mau di siapin neng, suguhin aja apa yang ada, ga usah berlebihan mereka pasti ngerti keadaan kita !" Ujar Bu indah, meski sebenarnya merasa tidak enak namun Bu indah berusaha biasa saja dan hanya bisa menebalkan muka nanti di depan besan.

" Una ada uang dari mahar kemarin, biar Una beliin kue aja ya Bu di warung bik idah, biar ada yang di suguhi, gimana menurut ibu ?" Tanya Ayuna dan langsung mendapat anggukan dari ibu indah.

" Ya udah kalo gitu, ibu mau mandi dulu !" Sahut ibu indah.

" Sekalian panggil bapak di kebun belakang !" Sambung ibu indah sambil melenggang masuk ke dalam rumah.

Sementara Ayuna langsung bergegas mengambil uang dan menuju warung bik idah yang menjual aneka jajanan pasar, mumpung masih pagi pasti pilihan nya masih banyak.

" Mau kemana ?" Tanya Narendra begitu melihat Ayuna membawa dompet dan memakai cardigan.

" Mau ke warung bik idah beli kue, kenapa akang mau ikut ?" Sahut Ayuna membuat Narendra menghela nafas panjang.

" kan tadi udah gua bilang ga usah repot-repot !" Ujar Narendra dengan nada pelan namun di tekan.

" Tapi tetep aja kalau mau ada tamu itu harus ada suguhan nya kang, ga sopan kalo kita ga sediain apa-apa !" Sahut Ayuna sambil menatap Narendra yang juga tengah menatap nya.

" kalo gitu pake uang gua aja !" Ujar Naren sambil memberikan satu lembar uang pecahan seratus ribu terakhirnya kepada Ayuna, tadi nya uang itu akan ia gunakan untuk mengisi bensin motornya, tapi setelah di fikir-fikir lagi nanti ia bisa mengambil uang di ATM.

" Ayo gua anter !" Sambung Narendra langsung menggandeng lengan Ayuna, sementara Ayuna hanya bisa mengikuti langkah Naren sebab masih loading dengan apa yang terjadi.

***

# jangan lupa like, komen and vote ❤️❤️❤️❤️❤️

Thank you 😘😘😘😘😘

Terpopuler

Comments

cha

cha

baik2 ya kang Endra sama Neng Unanya... kalo dibikin mewek di ontrok lho

2025-04-12

0

partini

partini

ternyata belum sampai masih OTW

2025-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!