011 - Menyelidiki Jelita

Tok.. Tok..

Saka yang sedari tadi berkutat di depan tumpukan dokumen yang harus ditanda tangani segera menoleh ke arah pintu ruang kerja dan mendapati asisten pribadinya yang bernama Milan muncul.

"Saya sudah mendapatkan yang Anda minta," kata Milan.

Milan melihat alis bosnya terangkat sebelah, pertanda pria itu sedang menunggu laporan dari Milan.

"Saya sudah mendata semua aset pribadi milik Anda seperti yang Anda minta. Untuk aset berupa tanah dan bangunan, sembilan puluh persen sudah atas nama pribadi Anda. Untuk aset berupa tanah di wilayah Y, masih bersengketa dengan pemilik sebelumnya, sementara untuk di lokasi Z, sertifikatnya belum diserahkan oleh pemilik sebelumnya menunggu jatuh tempo tahun ini," Milan menjelaskan.

Saka menyimak penjelasan dari Milan. Ia memang meminta Milan untuk mendata semua aset pribadi miliknya agar ke depannya mudah untuk membuat surat wasiat sebelum kematiannya yang saat ini sedang berkejaran dengan waktu.

"Lokasi Z?"

"Ya, lokasi tersebut menjadi lokasi tempat peternakan sapi perah milik Anda," kata Milan.

"Siapa pemiliknya? Apa dia sungguh ingin mendapat denda?" tanya Saka.

"Pemiliknya bernama Pak Gagah," jawab Milan. "Saya sudah mencoba menghubungi Pak Gagah dan mengutus orang untuk menemui beliau. Hanya saja, beliau menyampaikan harus Anda sendiri yang datang menemui beliau," jawab Milan.

"Ck! Merepotkan sekali orang tua itu," keluh Saka.

"Kemudian, untuk hasil penyelidikan seseorang yang Anda minta," kata Milan.

Milan mengamati ekspresi bosnya yang tiba-tiba berubah masam.

"Anda ingin saya menyampaikan secara langsung atau Anda mau membacanya sendiri?" tanya Milan.

Milan jelas bertanya-tanya, mengapa secara mendadak bosnya ingin mengetahui tentang wanita bernama Jelita Parasnya yang menurut informasi dari bosnya mereka pernah bersekolah di sekolah menengah pertama yang sama.

Awalnya Milan mencari sendiri tentang wanita bernama Jelita Parasnya, namun minimnya informasi tentang wanita tersebut membuat Milan akhirnya meminta penyelidikan dari detektif swasta.

"Sampaikan saja secara langsung poin-poin pentingnya," jawab Saka.

"Hmm, baiklah, Pak," jawab Milan. "Cukup sulit untuk menemukan informasi pribadi dari Nona Jelita mengingat beliau ini tidak eksis di sosial media. Sungguh sangat disayangkan, padahal beliau begitu cantik jelita," lanjut Milan.

"Apa?! Dia cantik?!" potong Saka.

"Wanita seperti itu kau bilang cantik?! Buruk sekali seleramu, Milan!"

Nada bicara Saka terdengar meninggi dan menghina.

Milan mengerutkan keningnya, wanita secantik ini dianggap buruk oleh bosnya?

Jadi, wanita seperti apa yang dianggap menarik oleh bosnya?

Selama ini bosnya memang sangat tertutup terhadap urusan pribadi.

Pria yang hanya bekerja dan fokus bekerja itu tidak pernah terlihat mengencani seorang wanita.

Dan tiba-tiba bosnya justru menyelidiki seorang wanita asing yang begitu cantik jelita.

Sebagai seorang pria normal, tentu saja Milan langsung terpana dengan kecantikan wanita bernama Jelita Parasnya.

"Lanjutkan," kata Saka.

"Jelita Parasnya saat ini masih berstatus lajang, dan tidak menjalin hubungan dengan siapa pun. Hal itu terbukti dari beberapa kali Jelita Parasnya menemui para pria yang berbeda dengan tujuan melakukan kencan buta," Milan melanjutkan.

"Huh! Pria mana yang mau berkencan dengan wanita buruk rupa seperti dia?!" Saka kembali berkomentar dengan sinis.

Milan kembali terdiam namun bertanya-tanya dalam hati. Apakah ia salah orang?

Tapi, nama Jelita Parasnya dari sekolah yang sama dengan Saka hanya ada satu orang saja.

"Jelita Parasnya juga merupakan anak kedua dari Pak Gagah pemilik tanah di lokasi Z," lanjut Milan.

"Oh, benarkah? Sungguh kebetulan sekali," kata Saka.

Lagi-lagi Milan bertanya-tanya, apakah yang sedang direncanakan oleh bosnya itu? Milan tak mau menebak-nebak karena bosnya itu tak mudah diprediksi.

"Milan, kalau begitu, buat janji dengan Pak Gagah, aku akan menemui beliau untuk menagih sertifikat tanahku," titah Saka.

"Baik, Pak," jawab Milan.

"Ya, halo, Ibu," Saka segera menjawab telepon dari ibunya.

...***...

"Saka!"

Mira menyambut senang kehadiran anak laki-lakinya di sebuah butik milik seorang desainer ternama.

"Lho, Saka, di mana calon istrimu? Bukankah Ibu sudah mengatakan agar kau datang bersama calon istrimu?"

Mira langsung melotot ke arah Saka yang datang membawa dirinya sendiri.

"Dia sibuk, Bu," jawab Saka.

"Sesibuk apa sampai tidak bisa meluangkan waktu sebentar?" tanya Mira.

Saka hanya bisa menyeringai, siapa yang akan dinikahinya?

Kekasihnya bahkan menolak untuk menikahinya.

"Harusnya kau datang bersama calon istrimu. Hari ini kalian harus ikut meeting untuk menentukan warna seragam keluarga agar sesuai dengan tema acara pernikahan kalian," kata Mira.

"Sekarang tren pernikahan itu adalah seragam dan serasi," nenek Saka menimpali.

"Ibu, terserah saja," sahut Saka.

"Mana bisa terserah saja. Bagaimana jika calon istrimu punya pilihan sendiri?"

"Ibu tidak mau ada pertentangan yang tidak perlu hanya gara-gara warna seragam," tukas Mira.

"Haha, ya ampun, Ibu," Saka tertawa.

"Saka, kau pasti tahu, seluruh keluarga besar kita sangat menyambut baik kabar pernikahanmu! Kecuali ibu tirimu! Haha! Ibu sungguh ingin melihat wanita itu datang di acara pernikahanmu dengan kostum yang salah warna dan membuatnya menjadi bahan cibiran semua orang.”

Saka kembali menyeringai melihat ibunya tertawa jahat. Sepertinya hal yang menjadi kebahagiaan ibunya adalah melihat ibu tirinya sengsara.

"Haha," Saka tertawa.

"Saka, kau ini serius akan menikah atau tidak?" tanya Mira.

"Ibu, tentu saja aku serius akan menikah," jawab Saka.

"Kau serius akan menikah, tapi calon istri saja belum kau perkenalkan pada Ibu, apa-apaan kau ini?!" keluh Mira.

"Apa kau sungguh cemas karena Ibu akan menentang wanita pilihanmu?" tanya Mira.

"Saka, Ibu justru cemas karena kau tidak pernah membawa wanitamu untuk bertemu Ibu! Jangan-jangan calon istrimu itu seorang pria!" cecar Mira.

"Haha, astaga, Ibu! Bisa-bisanya Ibu berpikir seperti itu!"

"Ya, karena kau sendiri yang membuat Ibu jadi berpikir seperti itu!" sungut Mira.

"Ibu, sungguh, tidak ada yang perlu Ibu cemaskan, semua sudah kurencanakan dengan baik," kata Saka sambil mengusap-usap bahu untuk menenangkan ibunya.

...***...

Saka mungkin bisa menenangkan ibunya, hanya saja ia ragu bagaimana menenangkan dirinya sendiri.

Penolakan yang dilakukan oleh Sera jelas membuat harga diri Saka sebagai seorang pria menjadi terluka. Saka bukanlah orang yang bisa menerima sebuah penolakan dengan lapang dada. Ia merasa penolakan bukanlah hal yang ditakdirkan untuknya.

...***...

"Aku hanya butuh pria yang berpura-pura menikah denganku, bukan untuk benar-benar menikah denganku!"

Saka menyeruput es kopinya, menatap wanita buruk rupa yang kini terlihat sangat marah saat menemuinya.

"Lagipula, bukankah kau bilang akan menggunakan kekuasaanmu untuk menyuruh orang lain membantuku? Mengapa jadi kau yang turun tangan sendiri?"

Jelita memberi cecaran pertanyaan untuk Saka.

"Hanya karena lamaranmu ditolak oleh kekasihmu, akhirnya kau memanfaatkanku untuk menikahimu! Aku sungguh tidak ingin menikah, terlebih denganmu!" tukas Jelita dengan tegas.

"Huh?! Memangnya kau pikir aku mau menikah denganmu?!" potong Saka.

"A-apa?!"

"Kau harus sadar dengan posisimu! Kau hanyalah jaminan yang diserahkan oleh orang tuamu! Jadi bersikaplah layaknya sebuah jaminan!"

"Dasar pria arogan!" geram Jelita.

"Tidak peduli kau mau berkata apa. Pernikahan kita tetap akan berjalan sesuai rencana," ucap Saka.

...----------------...

Episodes
1 001 - Jelita
2 002 - Pertemuan Setelah Dua Puluh Tahun
3 003 - Minta Tolong Cari Jodoh
4 004 - Kabar Baik Dan Kabar Buruk
5 005 - Penolakan
6 006 - Saksi
7 007 - Tawaran Bantuan
8 008 - Kapan
9 009 - Tamu
10 010 - Menjadi Jaminan
11 011 - Menyelidiki Jelita
12 012 - Kunjungan Keluarga
13 013 - Pernikahan
14 014 - Janji Rupa Dan Ayah
15 015 - Tinggal Di Lemari Pakaian
16 016 - Memulai Penyelidikan
17 017 - Hinaan Ibu Mertua
18 018 - Mengintai Saka
19 019 - Kehadiran Wanita Asing
20 020 - Putus
21 021 - Memulai Kencan Jebakan
22 022 - Kencan Berbahaya
23 023 - Kencan Panas
24 024 - Makan Siang Keluarga Jelita
25 025 - Syukuran
26 026 - Kencan Selanjutnya
27 027 - Alasan Jelita
28 028 - Acara Kumpul-Kumpul
29 029 - Siapa Yang Bodoh
30 030 - Senjata Makan Tuan
31 031 - Meminta Keputusan
32 032 - Dasar Wanita Gila
33 033 - Hadiah Untuk Jelita
34 034 - Membuat Pretty Cemburu
35 035 - Jangan Jadikan Aku Yang Kedua
36 036 - Melampiaskan Kemarahan
37 037 - Menjaga Bocah Tantrum
38 038 - Mencari Kado
39 039 - Daddy Saka
40 040 - Apresiasi
41 041 - Habiskan Uangku
42 042 - Pura Pura Tidak Saling Kenal
43 043 - Penampakan
44 044 - Acara Makan Malam
45 045 - Keberanian Max
46 046 - Menuntut
47 047 - Tertangkap Basah
48 048 - Tanggung Jawab
49 049 - Wanita Jahat
50 050 - Mantan Kekasih
51 051 - Tangis Sera
52 052 - Seperti Berbagi Suami
53 053 - Kemarahan Jelita
54 054 - Air Mata Jelita
55 055 - Dua Pilihan
Episodes

Updated 55 Episodes

1
001 - Jelita
2
002 - Pertemuan Setelah Dua Puluh Tahun
3
003 - Minta Tolong Cari Jodoh
4
004 - Kabar Baik Dan Kabar Buruk
5
005 - Penolakan
6
006 - Saksi
7
007 - Tawaran Bantuan
8
008 - Kapan
9
009 - Tamu
10
010 - Menjadi Jaminan
11
011 - Menyelidiki Jelita
12
012 - Kunjungan Keluarga
13
013 - Pernikahan
14
014 - Janji Rupa Dan Ayah
15
015 - Tinggal Di Lemari Pakaian
16
016 - Memulai Penyelidikan
17
017 - Hinaan Ibu Mertua
18
018 - Mengintai Saka
19
019 - Kehadiran Wanita Asing
20
020 - Putus
21
021 - Memulai Kencan Jebakan
22
022 - Kencan Berbahaya
23
023 - Kencan Panas
24
024 - Makan Siang Keluarga Jelita
25
025 - Syukuran
26
026 - Kencan Selanjutnya
27
027 - Alasan Jelita
28
028 - Acara Kumpul-Kumpul
29
029 - Siapa Yang Bodoh
30
030 - Senjata Makan Tuan
31
031 - Meminta Keputusan
32
032 - Dasar Wanita Gila
33
033 - Hadiah Untuk Jelita
34
034 - Membuat Pretty Cemburu
35
035 - Jangan Jadikan Aku Yang Kedua
36
036 - Melampiaskan Kemarahan
37
037 - Menjaga Bocah Tantrum
38
038 - Mencari Kado
39
039 - Daddy Saka
40
040 - Apresiasi
41
041 - Habiskan Uangku
42
042 - Pura Pura Tidak Saling Kenal
43
043 - Penampakan
44
044 - Acara Makan Malam
45
045 - Keberanian Max
46
046 - Menuntut
47
047 - Tertangkap Basah
48
048 - Tanggung Jawab
49
049 - Wanita Jahat
50
050 - Mantan Kekasih
51
051 - Tangis Sera
52
052 - Seperti Berbagi Suami
53
053 - Kemarahan Jelita
54
054 - Air Mata Jelita
55
055 - Dua Pilihan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!