002 - Pertemuan Setelah Dua Puluh Tahun

"Akhirnya kau datang juga!"

Toby dan Ezra serempak langsung menyambut kedatangan Saka. Keduanya langsung memaksa Saka untuk duduk di kursi seperti polisi yang meringkus pencuri pakaian dalam.

"Toby, Ezra, apa-apaan kalian ini?" keluh Saka.

"Kenapa kau datang lama sekali? Sudah lewat dari waktu yang dijanjikan!" keluh Toby.

"Macet," sahut Saka.

"Sebentar lagi dia datang, kita harus bersiap!" kata Ezra.

"Dia?" alis Saka terangkat sebelah. "Dia siapa?"

Ezra melemparkan pandangannya pada Toby yang langsung bersiul-siul senang.

"Hei, apa-apaan kalian ini? Bukankah kalian mengajakku hanya untuk makan malam karena kita sudah lama tidak berkumpul?"

Saka melemparkan tatapan skeptis kepada dua pria yang sudah menjadi temannya sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sementara Ezra melotot ke arah Toby.

"Apa kau tidak menjelaskannya pada Saka?" bisik Ezra.

"Aku rasa lebih baik aku pergi daripada kalian main rahasia-rahasiaan seperti ini. Toh, aku rasa aku tidak perlu tahu," Saka beranjak pergi.

"Tu-tunggu, Saka!" cegah Toby.

"Baiklah! Baiklah! Aku akan menjelaskan semuanya padamu!" Toby menyerah.

Toby masih mengedarkan pandangannya ke segala penjuru restoran, memastikan bahwa tamu yang ditunggunya belum tiba.

Toby terlihat kehilangan ketenangannya, saat ini jantungnya sedang berlomba dengan waktu karena menunggu sesuatu yang tak pasti.

"Ck, kelamaan!" Ezra berdecak kesal. "Toby sengaja mengundang kita datang karena Toby ingin bertemu dengan cinta pertamanya. Toby menjadikan kau dan aku sebagai alasan di depan istrinya.”

Saka kembali melemparkan tatapan skeptisnya pada Toby yang tersenyum sumringah.

"Huh! Dasar suami takut istri," cibir Saka.

"Hei, itu namanya menjaga perasaan istri. Bujangan sepertimu mana mengerti," potong Toby.

"Huh, dia mau mencoba bermain api, tapi takut terbakar," sindir Ezra.

"Ya, maaf, Ezra, aku tidak berani sepertimu yang nekat terbakar sampai habis," ujar Toby.

Ezra menyeringai kecut karena Toby menyindir tentang keberanian Ezra yang berselingkuh dari sang istri hingga berujung pada perceraian.

"Memangnya siapa cinta pertama yang mau kau temui?" tanya Saka.

"Saka, apa kau sungguh tidak mengingatnya? Gadis yang begitu cantik secantik namanya. Rambut hitamnya yang tergerai indah, kulitnya yang bagaikan porselen merona merah jambu saat tersipu malu, senyumnya yang begitu indah!"

Saka dan Ezra bergidik ngeri melihat Toby yang menyeringai sambil membayangkan sosok gadis yang menjadi cinta pertamanya.

"Dua puluh tahun yang lalu saja, dia secantik itu, apalagi sekarang? Dia pasti benar-benar seindah lukisan Monalisa," Toby berucap dengan manik mata berbinar-binar.

"Dua puluh tahun yang lalu? Astaga! Apa aku perlu memukulimu sampai kau babak belur agar kau sadar?" sergah Saka.

"Saka, biarkan saja rasa ingin tahu membakarnya," cegah Ezra seraya terkekeh.

"Ya, ya, terserah kalian mau berkomentar apa. Sekarang aku akan ke meja di seberang sana, kalian tunggulah di sini dan jangan ke mana-mana. Ini ponselku, kalau istriku mencariku, katakan saja, aku ke toilet," Toby meletakkan gawai cerdasnya di atas meja.

Kemudian pria itu segera pindah ke meja di seberang yang menghadap ke jendela besar.

Saka dan Ezra kembali saling berpandangan. Mereka takjub dengan kelakuan ajaib Toby. Hanya karena ingin menemui cinta pertamanya, pria itu sampai menyusun rencana yang menjadikan kedua temannya sebagai tumbal.

"Ezra, apa kau tahu siapa yang akan ditemui Toby?" tanya Saka.

"Saka, dua puluh tahun itu bukan waktu yang sebentar. Dan aku tentu tidak ingat dengan gadis itu, karena kurasa aku tidak tertarik pada gadis yang bukan tipeku," jawab Ezra.

Ezra memanggil pelayan lalu segera memesan makanan. Sementara Saka masih memusatkan perhatiannya pada Toby yang masih menunggu.

Gawai cerdas Toby bergetar, sebuah notifikasi muncul di layar datar benda pipih itu.

"Jelita,” Saka menggumamkan nama itu.

Sesaat kemudian seorang wanita berpakaian serba hitam menghampiri meja tempat Toby menunggu.

Wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Toby. Toby tidak bisa menutupi ekspresi wajahnya yang memucat bak sedang melihat hantu.

Dua puluh tahun yang lalu, gadis yang menjadi cinta pertamanya adalah gadis berkulit putih mulus dengan rambut hitam lurus yang tergerai sehat, serta senyum manis yang menggetarkan jiwa.

Kini di hadapannya wanita yang nampak seperti lukisan Monalisa tanpa ada alis membingkai wajah yang memiliki aura magrib begitu kuat. Wanita itu juga mengenakan gaun hitam longgar berkerah tinggi.

Toby melirik ke meja seberang, dua temannya sedang menyeringai jahat mengejeknya dalam diam.

Batin Toby meronta-ronta tak terima dengan kenyataan bahwa gadis bak bidadari yang menjadi cinta pertamanya dua puluh tahun silam kini menjelma menjadi seorang penyihir kegelapan.

Toby benar-benar nelangsa, bagaimana bisa ia terjebak bersama penyihir kegelapan sedangkan di meja seberang, teman-temannya pasti sedang mengejeknya habis-habisan.

Bagaimana bisa dulu Toby tergila-gila pada wanita bernama Jelita ini?

"Tobias, terima kasih sudah bersedia menemuiku," ucap Jelita.

"Eh, ah, hah, ya," Toby tersentak.

"Bagaimana kabarmu? Sekarang apa kesibukanmu?" tanya Jelita.

"Eh, ya, aku begini," jawab Toby.

"Kau terlihat banyak berubah, sekarang kau sudah lebih tampan dan dewasa," ucap Jelita.

Toby merasa mual, seandainya Jelita memujinya dua puluh tahun yang lalu, Toby pasti sudah merasa luar biasa senang. Namun karena yang memujinya ini sudah terlihat sangat berumur, bahkan Toby yakin, ibunya terlihat lebih cantik daripada wanita ini.

Jelita melirik ke arah tangan Toby, mencari cincin kawin di jari pria itu.

"Tobias, apa kau sudah menikah?" tanya Jelita.

"Eh, ya, sudah! Aku sudah menikah dan punya istri yang benar-benar sangat cantik," jawab Toby.

"Oh begitu, selamat ya," kata Jelita.

Toby kembali melirik ke meja seberang, Ezra tak bisa menyembunyikan tawanya. Pria itu benar-benar tertawa tanpa suara mengejek Toby.

"Tobias, maaf, mungkin akan sangat merepotkanmu. Apa kau punya teman yang masih lajang?" tanya Jelita.

"Teman yang masih lajang? Oh tentu saja!" jawab Toby senang.

"Ikutlah denganku, kebetulan aku datang bersama mereka."

Toby beranjak dari tempat duduknya.

Ezra dan Saka tersentak kaget karena Toby tiba-tiba menghampiri meja mereka membawa serta Jelita.

Mampus! Apa yang kau lakukan? Dasar Toby sialan! batin Ezra.

"Silakan duduk, Jelita, ini teman-teman yang datang bersamaku, Ezra dan Saka," kata Toby memperkenalkan.

Ezra dan Saka menggeser posisi duduk mereka, memberikan ruang agar Jelita bisa duduk di kursi yang membentuk setengah lingkaran.

Jelita memandangi wajah Ezra dan Saka bergantian.

"Mereka juga di sekolah yang sama dengan kita, hanya saja kelas mereka berbeda," kata Toby.

"Mereka ini, anak-anak pintar dari kelas prioritas," Toby menambahkan.

"Oh, tentu saja, siapa yang tidak mengenal pemuda pintar dan tampan seperti mereka?" sahut Jelita.

"Uhuk! Uhuk!" Ezra terbatuk.

Ezra merinding dan bulu kuduknya meremang mendapat pujian dari titisan lukisan Monalisa.

"Maaf, membuat acara kencanmu dan Toby terganggu," kata Ezra.

"Tidak. Ini bukan kencan, lebih tepatnya kita seperti mengadakan reuni dadakan kecil-kecilan ya," ucap Jelita.

"Hehe, reuni ya," Ezra terkekeh.

"Kalian sungguh telah berubah menjadi pria yang dewasa dan tampan. Rasanya aku sungguh senang bisa bertemu dengan kalian," kata Jelita.

"Oh, jadi kau sadar bahwa kau sudah jelek dan menua?" ceplos Saka.

Ucapan Saka membuat semua orang terdiam, Toby dan Ezra segera melotot pada Saka.

Saka termasuk orang yang pendiam, namun sekali bicara, pria itu kerap mengatakan hal-hal pedas.

"Saka," ucap Toby.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Saka.

"Oh ya, ngomong-ngomong, Jelita tadi bertanya padaku, apakah aku punya teman yang masih lajang. Kedua temanku ini kebetulan masih lajang lho," Toby mengalihkan pembicaraan.

"Haha, lajang itu hanya status di kartu tanda penduduk. Kalau sekarang kebetulan aku sudah punya pacar lagi," sahut Ezra.

"Saka masih lajang, belum menikah dan belum punya pacar," ucap Toby.

Saka merasa Toby dan Ezra sedang memojokkannya.

"Siapa bilang? Aku bahkan akan menikah dengan kekasihku dalam waktu dekat," sahut Saka.

"Oh! Benarkah, Bro? Kau tidak pernah mengatakan apa pun!" seru Toby dan Ezra.

"Sekarang sudah kukatakan pada kalian," sahut Saka santai.

"Wah, selamat kepada kalian. Kalian sudah mendapatkan pasangan hidup dan berbahagia. Sepertinya di sini memang hanya aku saja yang belum memiliki pasangan," kata Jelita.

"Ya, maka dari itu, kau carilah pasangan hidupmu juga, Jelita," kata Ezra.

"Aku sungguh sangat senang jika kalian bisa membantuku mencarikan jodoh untukku," kata Jelita.

"Huh! Membantu mencarikanmu jodoh? Memangnya kau siapa?" celetuk Saka.

Lagi-lagi semua orang terdiam mendengar celetukan skeptis dari Saka.

Jelita hanya bisa mengulas senyumnya. Sepertinya ia salah sudah meminta bantuan kepada para pria yang jelas tidak akan bersedia membantunya.

...----------------...

Episodes
1 001 - Jelita
2 002 - Pertemuan Setelah Dua Puluh Tahun
3 003 - Minta Tolong Cari Jodoh
4 004 - Kabar Baik Dan Kabar Buruk
5 005 - Penolakan
6 006 - Saksi
7 007 - Tawaran Bantuan
8 008 - Kapan
9 009 - Tamu
10 010 - Menjadi Jaminan
11 011 - Menyelidiki Jelita
12 012 - Kunjungan Keluarga
13 013 - Pernikahan
14 014 - Janji Rupa Dan Ayah
15 015 - Tinggal Di Lemari Pakaian
16 016 - Memulai Penyelidikan
17 017 - Hinaan Ibu Mertua
18 018 - Mengintai Saka
19 019 - Kehadiran Wanita Asing
20 020 - Putus
21 021 - Memulai Kencan Jebakan
22 022 - Kencan Berbahaya
23 023 - Kencan Panas
24 024 - Makan Siang Keluarga Jelita
25 025 - Syukuran
26 026 - Kencan Selanjutnya
27 027 - Alasan Jelita
28 028 - Acara Kumpul-Kumpul
29 029 - Siapa Yang Bodoh
30 030 - Senjata Makan Tuan
31 031 - Meminta Keputusan
32 032 - Dasar Wanita Gila
33 033 - Hadiah Untuk Jelita
34 034 - Membuat Pretty Cemburu
35 035 - Jangan Jadikan Aku Yang Kedua
36 036 - Melampiaskan Kemarahan
37 037 - Menjaga Bocah Tantrum
38 038 - Mencari Kado
39 039 - Daddy Saka
40 040 - Apresiasi
41 041 - Habiskan Uangku
42 042 - Pura Pura Tidak Saling Kenal
43 043 - Penampakan
44 044 - Acara Makan Malam
45 045 - Keberanian Max
46 046 - Menuntut
47 047 - Tertangkap Basah
48 048 - Tanggung Jawab
49 049 - Wanita Jahat
50 050 - Mantan Kekasih
51 051 - Tangis Sera
52 052 - Seperti Berbagi Suami
53 053 - Kemarahan Jelita
54 054 - Air Mata Jelita
55 055 - Dua Pilihan
Episodes

Updated 55 Episodes

1
001 - Jelita
2
002 - Pertemuan Setelah Dua Puluh Tahun
3
003 - Minta Tolong Cari Jodoh
4
004 - Kabar Baik Dan Kabar Buruk
5
005 - Penolakan
6
006 - Saksi
7
007 - Tawaran Bantuan
8
008 - Kapan
9
009 - Tamu
10
010 - Menjadi Jaminan
11
011 - Menyelidiki Jelita
12
012 - Kunjungan Keluarga
13
013 - Pernikahan
14
014 - Janji Rupa Dan Ayah
15
015 - Tinggal Di Lemari Pakaian
16
016 - Memulai Penyelidikan
17
017 - Hinaan Ibu Mertua
18
018 - Mengintai Saka
19
019 - Kehadiran Wanita Asing
20
020 - Putus
21
021 - Memulai Kencan Jebakan
22
022 - Kencan Berbahaya
23
023 - Kencan Panas
24
024 - Makan Siang Keluarga Jelita
25
025 - Syukuran
26
026 - Kencan Selanjutnya
27
027 - Alasan Jelita
28
028 - Acara Kumpul-Kumpul
29
029 - Siapa Yang Bodoh
30
030 - Senjata Makan Tuan
31
031 - Meminta Keputusan
32
032 - Dasar Wanita Gila
33
033 - Hadiah Untuk Jelita
34
034 - Membuat Pretty Cemburu
35
035 - Jangan Jadikan Aku Yang Kedua
36
036 - Melampiaskan Kemarahan
37
037 - Menjaga Bocah Tantrum
38
038 - Mencari Kado
39
039 - Daddy Saka
40
040 - Apresiasi
41
041 - Habiskan Uangku
42
042 - Pura Pura Tidak Saling Kenal
43
043 - Penampakan
44
044 - Acara Makan Malam
45
045 - Keberanian Max
46
046 - Menuntut
47
047 - Tertangkap Basah
48
048 - Tanggung Jawab
49
049 - Wanita Jahat
50
050 - Mantan Kekasih
51
051 - Tangis Sera
52
052 - Seperti Berbagi Suami
53
053 - Kemarahan Jelita
54
054 - Air Mata Jelita
55
055 - Dua Pilihan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!