017 - Hinaan Ibu Mertua

Tok.! Tok...!

Jelita terkesiap saat mendengar pintu kamar tidurnya diketuk dari luar.

"Hei! Kau!"

Terdengar suara Saka memanggilnya dari luar.

Jelita membuka pintu kamar tidurnya, terlihat Saka bergerak mundur karena terkejut melihat kemunculan Jelita yang memakai masker lembaran berwarna hitam pekat.

"Huh! Kenapa makin hari kau terlihat makin mirip hantu?!" dengus Saka.

"Ya, aku rasa aku memang akan mati membusuk di lemari pakaianmu ini," jawab Jelita.

"Berusahalah untuk tetap hidup karena kau adalah barang jaminan!"

Jelita memasang ekspresi masam ke arah Saka.

"Besok kita akan makan malam bersama Ibu dan Nenekku. Oleh sebab itu, persiapkan dirimu dengan benar," kata Saka.

"Apa maksudmu dengan benar? Memangnya selama ini aku berbuat salah?" tanya Jelita.

Saka mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jelita.

"Maksudku, lebih baik kau diam, tidak usah banyak bicara hal yang tidak perlu, dan jangan pernah bicara mengenai posisimu sebagai barang jaminan!" jawab Saka diplomatis.

Brak..!!

Saka langsung menutup kembali pintu geser dengan cepat agar sosok Jelita lenyap dari pandangannya.

Ia merasa ngeri dan jijik pada Jelita yang benar-benar sangat tidak sedap dipandang. Ia bisa membayangkan bahwa ibu dan neneknya pasti sangat julid saat melihat sosok Jelita.

Argh, sial! Dia benar-benar membuatku malu!

...***...

"Ibu, Nenek, perkenalkan, ini istriku, Jelita.”

Jelita menundukkan kepalanya untuk memberi hormat kepada dua orang wanita yang diperkenalkan oleh Saka saat pria itu mengajaknya makan malam bersama.

Jelita memandangi wajah Ibu Saka yang bernama Mira.

Wanita paruh baya itu memiliki penampilan yang cantik dan terlihat awet muda seperti ibunya. Yang pasti perawatan kulit yang dilakukan wanita paruh baya itu pastinya bertaraf perawatan kulit para selebriti.

Selain cantik, wanita paruh baya itu juga begitu modis. Pakaian yang dikenakannya nampak seperti pemeran dalam drama-drama Korea.

Lalu, nenek Saka bernama Maryam, meskipun sudah tua namun sisa-sisa kecantikan masa mudanya masih terlihat, meski riasan yang digunakan oleh nenek itu tergolong tebal.

Kini Jelita jadi mengerti mengapa Saka bilang neneknya masih lebih cantik dibandingkan dengan riasan Jelita saat ini.

Mira dan Maryam tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut mereka saat melihat penampakan istri Saka yang menurut mereka benar-benar terlihat seperti penampakan hantu.

Wanita dengan aura magrib yang begitu kentara, wanita itu memakai gaun hitam renda-renda yang terlihat seperti gaun yang dipakai oleh Ibu Maryam di zamannya.

Apa tidak salah anaknya menikahi wanita yang menurut Mira tidak sesuai dengan standar kecantikan konvensional?

Tidak ada wanita cantik berambut indah, dengan kulit putih mulus bak porselen China, bertubuh tinggi menjulang yang ramping seperti model pakaian dalam wanita termahal di dunia.

Mira langsung melemparkan pandangan kesal pada Saka.

"Saka, kau benar-benar sudah menikahi wanita ini?" tanya Mira.

"Ibu, bukankah sudah kukatakan bahwa wanita ini adalah istriku?" jawab Saka.

Mira menarik napas lalu mengembuskan perlahan karena ia merasa emosi mulai meradang.

"Saka, bukankah Ibu sudah memintamu untuk mengundur pernikahanmu? Lantas mengapa kau tetap mengadakan pernikahan?"

Mira menatap tajam ke arah Saka.

"Ibu, bukankah aku sudah bilang bahwa aku akan menikah?" jawab Saka.

"Ya, Ibu tahu! Tapi kau menikah tidak di saat yang tepat, Saka!"

"Mira," tegur Maryam.

"Ibu," balas Mira pada Maryam.

Atmosfer di ruang makan menjadi sangat menegangkan.

Jelita yang duduk di belakang meja makan hanya bisa terdiam. Ia tak berani ikut campur terhadap urusan keluarga Saka.

"Jadi, apakah Ibu menentang pernikahanku ini? Bukankah Ibu bilang Ibu tidak akan menentang pernikahanku dengan wanita yang kupilih?" tanya Saka.

"Saka, Ibu tidak pernah menentang pernikahanmu dengan siapa pun wanita yang kau inginkan. Ibu sangat menentang pernikahanmu ini karena kau menikah di saat keluarga besar ayahmu sedang berduka! Apakah itu pantas?"

Mira menatap ke arah Jelita.

"Ibu sungguh tidak habis pikir, mengapa kau mengabaikan permintaan Ibu untuk mengundur pernikahanmu hanya demi menikahi wanita yang jelas tidak sepadan denganmu?!"

"Ibu," Saka menyela.

Mira mengangkat tangan kirinya pertanda ia tidak ingin disela.

"Wanita ini pasti sudah mengancammu, jika kau tidak menikahinya, maka ia akan menghilang dari hidupmu, benar begitu?"

"Kalau memang benar begitu, lebih baik dia menghilang saja sehingga kau bisa menikah dengan wanita lain yang lebih sepadan untukmu, Saka!"

"Ibu bisa membuatmu mendapatkan tiga sampai empat orang wanita yang akan menjadi istrimu untuk menggantikan dia!"

Jelita merasa darahnya mendidih karena Mira terus mencecar, merendahkan, menghakimi hingga menyudutkannya seperti ini.

Tante! Memangnya kau pikir aku mau menikah dengan anakmu?

Justru anakmu itu yang mau aku menikah dengannya sebagai jaminan!

Batin Jelita berteriak keras-keras, seakan berharap Mira bisa mendengar jeritan batinnya itu.

"Mira, cukup," ucap Maryam.

"Ibu!"

"Sudah cukup, Mira," Maryam mengulangi.

"Saka dan istrinya sudah menikah, tak ada yang bisa kita lakukan karena pernikahan mereka sudah terjadi.”

"Tapi Bu, aku tidak ingin Saka dianggap buruk oleh keluarga Lerose. Bisa-bisanya Saka nekat menikah padahal keluarga Lerose sedang berduka!"

"Ibu, maaf, tapi aku tidak bisa menunggu untuk mengundur pernikahanku hanya agar aku dianggap baik oleh keluarga Lerose," potong Saka.

"Aku sungguh tidak peduli, terserah mereka mau bilang apa dan menganggapku apa, bagiku itu sudah tidak penting lagi," kata Saka.

Astaga! Anak ini! batin Mira dengan geram.

"Baiklah, lebih baik sekarang kita makan, karena aku sudah sangat lapar, Bu," ucap Saka.

Mira kembali menghela napasnya. Seketika Mira kehilangan keinginannya untuk marah karena tidak bisa membiarkan Saka sampai kelaparan.

Mira terlalu menyayangi dan sangat memanjakan Saka.

"Ya sudah, nanti kita bicara lagi setelah selesai makan," kata Mira.

...***...

"Jadi, namamu adalah Jelita?"

Mira meletakkan kembali cangkir tehnya di atas tatakan cangkir sambil tak lepas menatap Jelita. Mira menyempatkan diri untuk ngobrol empat mata sambil minum teh dengan Jelita usai makan malam.

"I-iya, Bu," jawab Jelita.

"Jangan panggil aku Ibu, aku bukan ibumu," sahut Mira.

"I-iya, Nyonya Mira," mata Jelita.

Mira masih tak melepaskan matanya saat memindai penampilan Jelita.

"Berapa lama kau dan Saka berkencan sehingga Saka akhirnya memutuskan menikahimu?" tanya Mira.

Jelita tidak tahu harus menjawab apa karena ia dan Saka tidak pernah berkencan.

"Apa kau sungguh mengancam Saka untuk pergi dari hidupnya jika Saka tidak segera menikahimu?" tanya Mira.

Aku sungguh berharap dia tidak menikah denganku!

"Apa ibumu tidak mengajarkan padamu betapa pentingnya sadar diri?"

"Atau jangan-jangan ibumu yang mendukungmu untuk menjadi parasit bagi pria kaya?!"

"Kau harusnya menikah dengan pria yang sepadan denganmu. Kau itu terlalu jelek untuk Saka yang benar-benar luar biasa tampan! Bagaimana kau bisa membuat Saka bangga sedangkan semua yang ada pada dirimu pantas dihina?!"

"Saat ini mungkin Saka sedang berada di fase bisa menerima segala kekuranganmu. Namun tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.”

"Jangan salahkan Saka selingkuh, jika suatu hari nanti Saka mendapatkan wanita yang lebih cantik dan menarik darimu!"

Jelita hanya bisa terdiam menelan hinaan dari ibu Saka.

Apakah ia sungguh layak untuk dihina atas pernikahan yang tidak diinginkannya?

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!