Part 8

"Oh pintu kecil ini ya Bu?" Tanya Tono sambil beranjak dari duduk nya

Ia membuka pintu kamar mandi itu dan sejenak melongo, ruang kamar mandi yang di dalam nya terdapat WC jongkok nya, lantai nya dan bak air nya masih terbuat dari acian semen, dinding-dinding nya juga.

Di beberapa dinding bagian bawah tumbuh subur lumut-lumut daun. Ia menutup kembali pintu kamar mandi itu.

"Oh ya nak Tono, apakah ada yang mau di pertanyakan lagi?" Tanya wanita tua itu dengan tatapan datar sambil bersedekap dada

"Tidak Bu, terimakasih" jawab nya di sertai senyum ramah.

"Baiklah kalau begitu, ibu pamit dulu nak Tono"

Ia melangkah menuju pintu keluar. Langkah nya pendek, karena di batasi kain jarik batik yang mengikat pinggul nya, di padu dengan baju kebaya warna merah, dan tak lupa sanggul ikonik ibu-ibu era 60an.

Sekarang ia di luar kamar Tono. Sebelum tangan kirinya menutup pintu, dia mematung sedetik, dia hampir lupa untuk mengatakan sesuatu

"Nak Tono, karena kau penghuni baru, untuk malam ini saya mengadakan makan malam bersama, untuk memperkenalkan kau kepada penghuni-penghuni lainnya. Nanti jam 8 saya tunggu di ruang bawah ya nak Tono" ajak nya sambil menatap datar Tono yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Iya Bu, terimakasih!" Jawab Tono senang.

Dan Bu Darminto membalas nya dengan senyum tipis.

Ngiiiiiitttt....Greb!

Suara Pintu itu menyudahi pembicaraan mereka.Tono langsung merebahkan badan nya di atas kasur kapuk. Tapi dari dalam kamar Tono, masih terdengar suara sandal mules Bu Darminto yang hak nya terbuat dari kayu, sehingga tiap ia melangkah, sandal nya mengeluarkan suara ketika sandal nya berbenturan dengan tegel rumah nya yang bercorak warna kuning.

Toktoktoktoktok..

Suara sandal Bu Darminto perlahan menghilang di telan suasana sunyi lorong ruangan itu.

Tono pun yang dari tadi kedua telinga nya memperhatikan langkah suara sendal itu sambil rebahan, serasa seperti di hipnotis oleh suara itu. Ia langsung tersadar dan setengah badan nya bangun dengan posisi kedua kaki masih lurus di atas kasur.

Kedua telapak tangan nya bertumpu di atas kasur untuk menyangga badan nya yang agak condong ke belakang. Dia memejamkan matanya rapat-rapat, sambil kepala nya mendongak penuh ke atas, untuk menghilangkan sejenak rasa penat nya.

Tapi ketika ia membuka mata nya pelan-pelan, di langit-langit kamar itu yang terbuat dari lembaran asbes, tepat di depan mata nya, ia melihat sesuatu yang sungguh mengerikan yang belum pernah ia lihat sepanjang hidup nya.

Nampak samar ada sosok kepala lelaki muda keluar menembus plafon kamar. Ternyata dari semenjak Tono memejamkan matanya, penampakan kepala tersebut dengan kedua mata nya yang melotot sudah memperhatikan nya dengan tatapan marah.

Kondisi penampakan kepala itu sungguh mengenaskan, dengan mulut menganga lebar horisontal. Seperti nya mulut itu terkena tebasan parang yang tajam, sehingga mulut nya melebar menganga sampai ke kanan kiri pipinya, dan ujung luka tebasan parang tersebut berakhir di bawah daun telinga.

Bisa di bayangkan betapa tajam nya parang itu, hingga mampu merobek mulut nya dan darah segar menetes dari luka yang menganga.

Darah dari penampakan kepala mulut robek itu menetesi wajah Tono, hingga ia sontak membelalakkan mata nya dan spontan langsung terperanjat dari duduk nya di atas tempat tidur, sampai terjatuh ke lantai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!