Setelah selesai merapikan rambut nya, ia bergegas keluar dari kamar kost nya, melangkah cepat melewati lorong kamar kost yang hanya di terangi balon lampu 10 watt. Dengan tergesa-gesa ia menuruni anak tangga menuju ruang bawah.
Ia berhenti sejenak, bingung di ruangan sebelah mana Bu Darminto mengajak makan malam bersama. Tiba-tiba terdengar lirih suara ramai orang berbincang-bincang, Tono pun segera mencari sumber suara itu dengan langkah hati-hati.
...☠️☠️☠️☠️☠️...
Sampai lah ia di ruang dapur yang lumayan luas. Ternyata di situ sudah berkumpul orang banyak, dan Bu Darminto nampak duduk di ujung depan meja makan tersebut dan di samping nya laki-laki tua berdiri.
Bentuk meja makan itu persegi panjang, yang panjang nya kira-kira 6 meter dan lebar 1,8 meter. Di atas meja makan itu sudah tersaji makan malam yang komplit, beserta beberapa jenis buah-buahan sebagai pencuci mulut.
Tono tertegun sejenak melihat pemandangan di depan matanya. Di kanan kiri meja makan yang panjang itu, berjajar anak-anak muda mudi yang kisaran umur dua puluhan, yang sudah dari tadi menunggu Tono.
Anehnya, wajah semua orang-orang dewasa itu pucat pasi. Sebenarnya dia setengah bingung untuk bergabung makan malam bersama di ruangan itu.
"Nak Tono ayo kemari, silahkan duduk" Suara Bu Darminto memecahkan lamunan nya.
"I iya Bu" jawabnya singkat sambil melangkah ragu untuk mendekat.
"Gak usah malu-malu, sini nak Tono mendekat" bujuk Bu Darminto sambil tersenyum tipis.
"Iya Bu, maaf terlambat" balas Tono dengan gugup.
"Sini nak Tono, duduk dekat saya" ajaknya
Sambil telapak tangan kanan nya sedikit bergerak menunjukan kursi satu-satunya yang masih kosong, yaitu di sebelah kanan pas Bu Darminto. Ia melangkah pelan menuju kursi itu, sambil menatap wajah-wajah tamu undangan yang kesemua nya terlihat pucat dan menunduk. Tak ada satu pun dari mereka yang bicara.
Padahal tadi ketika ia sampai di ruang tengah, dia mendengar suara gaduh orang-orang bicara. Kedua mata Tono nampak tegang memandangi mereka, ia tak menyadari bahwa yang berkumpul di ruangan itu semua nya hantu, hanya dia seorang yang manusia.
Tono duduk di sebelah kanan dengan hati-hati. Ia ragu-ragu untuk menatap wajah Bu Darminto yang ada di depan sisi sebelah kirinya.
Dia hanya tertunduk menatap piring kosong warna putih yang ada di depan dadanya, sambil sesekali matanya melirik tamu-tamu yang hadir, dan menatap kembali piring nya yang kosong.
"Kenapa wajah mereka semua pucat dan nampak sedih?" gumam di hatinya.
Tono yang seumur hidup nya belum pernah mengalami kejadian-kejadian mistis, ia selalu berfikir realistis. Dan di ruangan itu bau aroma melati cukup menyengat, dia sebenarnya tidak nyaman dengan aroma menyengat itu.
Tapi ia berfikiran positif, mungkin itu aroma parfum nya Bu Darminto. Karena wanita yang sudah berumur biasa nya menyukai parfum-parfum yang beraroma melati.
Dalam duduk diam nya, sebenarnya hatinya Tono sedang berdebat, namun otak nya berhasil meyakinkan untuk selalu berfikiran positif. Lagian toh seumur hidup dia belum pernah menemui hal-hal mistis, jadi dia tidak terlalu berfikiran ke arah situ.
"Pak jarwo, tolong anak-anak ambilkan nasi"
..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments