"Oh ya nak Tono, silahkan" jawab nya sambil tersenyum ramah.
Ia pun perlahan bangkit dari tempat duduk nya yang terbuat dari kayu jati tua berpolytur hitam, yang memiliki senderan memanjang sampai ke ubun-ubun kepala. Sedangkan tamu yang lainnya masih konsisten duduk mematung.
Tono pelan-pelan melangkah di sisi kanan meja makan panjang itu, sambil sesekali kedua matanya melirik serius ke arah para tamu-tamu undangan yang bermuka pucat semua nya.
Ada salah satu tamu undangan seorang wanita, yang duduk di barisan sebelah kiri meja mencoba membalas tatapan nya Tono. Ia menatap dengan sorot mata sedih.
"Ehm"Bu Darminto berdehem sekali
Sebagai tanda isyarat teguran kepada anak kost nya yang menatap Tono. Spontan wanita itu menundukkan kepala nya lagi, ia pun mempercepat langkah kakinya untuk sesegera mungkin meninggalkan ruangan itu yang beraroma kuat bunga melati.
Sedangkan Bu Darminto dengan menahan amarah, masih menatap tajam Tono yang berlalu meninggalkan tempat tersebut, sampai Tono tak nampak lagi di depan matanya.
Tono dengan cepat menaiki anak tangga. Tapi ketika sudah dapat setengah jalan, ia menghentikan langkah nya sejenak, tak sengaja ia melihat napkin*(serbet kusus untuk makan) yang masih menempel di leher nya.
Rupanya tadi dia lupa melepas nya karena ingin segera meninggalkan acara makan malam yang hambar. Terpaksa ia harus kembali lagi ke dapur untuk mengembalikan serbet itu. Dengan kesal, ia menarik napkin itu dari leher nya dan berbalik arah dengan langkah terburu-buru.
Tapi ketika dia sampai di bibir pintu dapur yang masih terbuka lebar, ia terkejut melihat pemandangan di depan nya, dia mematung sejenak dengan kedua matanya menatap serius ke depan di sertai dengan nafas nya yang mulai memburu.
Kondisi meja makan itu sudah sepi senyap, tak ada satu orang pun. Ia melangkah hati-hati mendekati meja itu yang terbuat dari lembaran kayu jati tua, dia menatap serius meja itu benar-benar sudah bersih tak ada sisa-sisa makanan dan tak ada satu pun piring di atas nya.
"Aneh" gumam nya.
Sambil melangkah pelan mengitari meja itu untuk memastikan tak ada hal-hal yang mengganjal hatinya.
"Cepat sekali Bu Darminto membereskan meja ini" sambung nya dengan kedua matanya masih konsisten menatap permukaan meja, sambil melangkah pelan.
"Ah pasti semua anak-anak kost tadi ikut bantuin" asumsi nya Tono, yang mencoba untuk selalu berfikir realistis.
"Jadi gak enak saya, pamit duluan" sambung nya
Sambil tangan kanan nya meletakkan napkin di atas meja, yang tadi terbawa. Ia pun bergegas meninggalkan ruangan dapur yang cukup luas itu, dan dengan tergesa-gesa naik tangga berharap segera sampai ke kamar kost nya untuk merebahkan badan kurus nya di atas kasur.
"Huh, leganya" gumam nya singkat
Tono langsung merebahkan badan nya di atas kasur, namun kedua kaki nya masih setengah menggantung di pinggir ranjang besi. Tak terasa kedua mata nya tertutup dengan sendiri nya, karena rasa lelah dan kantuk yang sudah tak tertahankan.
Tiba-tiba dari bawah kolong ranjang besi itu perlahan muncul dua tangan yang sangat mengerikan, tangan itu penuh darah dan ada beberapa jarinya yang hampir putus. Kuku-kuku ibu jari dan kuku-kuku jari kelingking menganga ke atas hampir lepas dari kulit kulit jari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments