Bab 9

"Sudahlah, aku malas mendengarkan kamu memuji wanita lain," sergah Riana dengan bibir mengerucut.

"Begitu saja marah. Bagaimana kalau aku yang mengantarmu? Sekalian shopping?" tawar Alvian dengan tatapan menggoda.

"Baiklah, kali ini aku maafkan, ayo cepat makannya, setelah itu kita berangkat," jawab Riana antusias.

Setelah selesai makan, mereka berdua langsung berangkat.

Namun, saat di perjalanan Alvian melihat istrinya sedang bersama dengan Rika yang membuatnya seketika menghentikan laju mobil.

"Loh, kenapa malah berhenti di sini? Ini kan pasar tradisional?" tanya Riana heran.

"Kamu tunggu di sini sebentar!" jawab Alvian dengan raut wajah serius.

Alvian segera keluar dari mobil lalu melangkah lebar ke arah Aylin.

"Oh, jadi diam-diam kamu malah berduaan di sini ya?" ucap Alvian dengan tatapan tajam.

"Berduaan bagaimana sih, Mas? Belanjaanku sangat banyak dan aku tidak bisa membawanya sendiri pakai motor. Kebetulan ada Pak Riko lewat, jadi aku sekalian minta tolong mengantarkan beberapa barang ini," jawab Aylin masih berusaha untuk sopan.

"Alah, memang dasarnya saja kamu perempuan ganjen, kamu kan bisa meminta bantuan orang lain!" sergah Alvian tak mau kalah.

"Maaf, tapi sebagai suami kenapa kamu membiarkan istrimu belanja sebanyak ini sendirian dan malah menemani perempuan lain?" sela Riko melirik ke arah Riana yang baru saja turun dari mobil.

"Ini bukan urusanmu!" jawab Alvian ketus.

"Sebagai lelaki sejati kamu tidak boleh egois, kamu harus bisa memprioritaskan mana yang menjadi tangung jawab kamu!" balas Riko kali ini lebih tegas.

"Kenapa kamu jadi ikut campur urusanku? Atau jangan-jangan kamu menyukai istriku?" tuduh Alvian.

Aylin merasa sangat malu, sebab orang-orang disekitar mereka mulai mengalihkan pandangannya pada mereka.

"Sudahlah jangan ribut-ribut di sini, malu di dengar orang! " sela Aylin.

"Alvian, jika kamu tidak mau aku ikut campur lebih baik sekarang kamu antarkan istrimu pulang!" titah Riko.

"Mana bisa, aku sedang mengantar Riana," tolak Alvian.

"Kalau kamu mengabaikan istrimu dan memilih wanita lain, jadi jangan marah kalau istrimu diperhatikan oleh pria lain juga!" balas Riko tajam.

Alvian merasa sangat kesal, karena Riko terus saja menyudutkannya.

Sedangkan ia sendiri tak ingin harga dirinya terinjak-injak seperti itu. Akhirnya dengan terpaksa Alvian mengalah.

"Riana, maaf aku tidak bisa menemanimu belanja. Lain kali saja ya," bujuk Alvian merasa tidak enak pada kekasihnya.

Riana kembali mengerucutkan bibirnya, ia merasa tak rela, karena dalam benaknya sudah di penuhi oleh tas keluaran terbaru dari merk ternama.

"Dari pada Aylin mengadu pada Papa, nanti kita akan semakin dipersulit untuk bertemu," bisik Alvian.

Riana akhirnya hanya bisa pasrah, sambil tersenyum manis ia melambaikan tangan pada kekasihnya tanpa mempedulikan kehadiran Aylin.

Setelah membantu Riana mencari taksi, Alvian segera masuk ke dalam mobil.

"Ayo bawa barang belanjaan kamu ke mobilku! Biar aku saja yang mengantarmu pulang!" perintah Alvian berubah ketus.

Aylin hanya bisa patuh, memindahkan barang-barang miliknya dari mobil Riko ke mobil suaminya tanpa di bantu Alvian sama sekali.

Riko bahkan sampai mengelengkan kepalanya melihat sikap Alvian yang seolah tidak perduli, pria itu nekat untuk membantu Aylin.

"Lebih baik kamu pulang lebih dulu pakai motor kamu, biar barang-barang ini aku yang pindahkan ke mobil suamimu karena matahari sudah mulai terik," pinta Riko.

"Tidak usah, Pak Riko. Aku sudah terlalu banyak merepotkan Bapak dan nanti malah membuat Pak Riko kena marah Alvian," tolak Aylin secara halus.

"Ini sudah hampir siang dan matahari sangat terik, kamu pulang saja lebih dulu tidak perlu memikirkan suamimu yang egois itu! Kalau dia berani kurang ajar aku akan melawan," bujuk Riko.

Setelah beberapa kali diyakinkan, Aylin akhirnya pulang dengan mengendarai sepeda motor milik nyameninggalkan dua pria itu.

Alvian semakin naik pitam, dia turun dari mobil dan memindahkan barang itu sendiri yang sudah masuk di bagasi mobil Riko.

"Jangan ikut campur urusanku!" ucap Alvian sengit.

"Alvian, tidakkah kamu merasa bersalah pada istrimu? Dia adalah amanah yang Allah titipkan padamu. Jika tidak kamu jaga dengan baik kamu akan berdosa!" gertak Riko.

"Lalu apa urusannya denganmu? Jujur saja kalau kamu menyukai dia kan? Kalau begitu minta saja Aylin bercerai denganku, lalu kalian berdua menikah!" sentak Alvian.

"Astagfirullah, malang sekali Aylin menikah denganmu," gumam Riko seraya berlalu pergi meninggalkan Alvian seorang diri.

Alvian sendiri juga masuk ke dalam mobilnya lagi lalu melajukan mobilnya menuju rumah.

"Kalian itu munafik, sok alim sok suci tapi dibelakangku memiliki hubungan terlarang!" gerutu Alvian.

Alvian semakin menambah kecepatan mobilnya, dia ingin segera meluapkan segala amarahnya pada sang istri yang dianggapnya murahan.

Sesampainya di rumah Alvian membanting guci yang berada di atas lemari ruang tengah.

Prang!!!!

"Aylin, keluar kamu!" teriak Alvian.

"Ada apa sih, Mas Alvian? Bukannya aku sudah mengatakan, kalau marah jangan melampiaskan pada barang-barang yang tidak bersalah!" jawab Aylin mencoba bersabar.

"Kamu ini tidak tahu diri! Sudah aku bilang jangan dekat-dekat dengan Riko. Kalau sampai tetangga dan orang tuaku tahu bagaimana?" Bentak Alvian dengan tangan yang terkepal erat hingga urat-uratnya menonjol keluar.

"Mas Riko hanya ingin menolongku, sedangkan kamu? Ada hubungan apa kamu dan Riana? Sudah Mas, aku lelah, jangan mengganggu hidupku lagi! Aku lelah hidup seperti ini, lebih baik kita jangan mengurusi satu sama lain," jawab Aylin seraya berlalu pergi.

Alvian merasa tak terima, dia menarik lengan Aylin dengan kasar agar istrinya tidak pergi.

Namun, karena Aylin yang tidak siap tubuh wanita bercadar itupun seketika oleng dan menghantam tubuh Alvian.

Kedua mata Alvian seketika membulat sempurna, ia merasakan sesuatu yang kenyal dan padat menabrak bagian dadanya.

Hidungnya juga mencium aroma wangi yang membuat jantungnya berdebar lebih kencang.

"Ya Tuhan ... ada apa denganku?" batin Alvian gugup.

Benda kenyal itu benar-benar membuat sekujur tubuhnya meremang hebat.

Aylin sendiri merasakan malu yang luar biasa dan memilih berlari pergi masuk ke dalam kamar.

Alvian hanya menatap kepergian istrinya tanpa berkomentar apapun.

"Akhir-akhir ini sepertinya jantungku sedang tidak baik-baik saja, aku harus segera memeriksanya ke dokter. Aku takut gara-gara sering dibuat emosi oleh Aylin, aku menjadi terkena serangan jantung," gumam Alvian sambil terus mengusap dadanya.

Alvian masuk ke kamarnya sendiri, dia tidak perduli dengan semua belanjaan yang masih berada di dalam mobil.

Jika dirinya merasa lapar, ia bisa memesan makanan siap saji.

Lagipula Alvian tidak begitu yakin dengan masakan istrinya.

Namun, tak dapat dipungkiri jika Alvian kini tengah liputi rasa resah.

Bayangan-bayang sesuatu yang kenyal itu, ia yakini lebih besar dari milik Riana.

************

************

Terpopuler

Comments

merry jen

merry jen

Alvin Alvin gmnn dgnn kmuu tmninn pcrmu blnjj bhknn Kamu blnjainn pcr kmuu sdgknn istri muu kmu biar kn blnjaa sndrii gilirnnada lkii dktin kmu y marahh ,,,egoiss bgtt yaa kmu jg dh selingkh istrimuu msh sykurr istrimu GK pergi dr hdpmuu ,,tp bgss jgg sii istrimu pergii dr hdpmuu biar nyesell kmuu

2025-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!