"Lebih baik kalian segera istirahat, Papa dan Mama juga mau Istirahat," Ucap Pak Bastian pada akhirnya.
"Baik, Ma, Pa, kalau begitu Aylin permisi, Assalamualikum," pamit Aylin.
"Waalaikumsalam," jawab Pak Bastian dan Istrinya bersamaan.
Alvian turut bangkit dan mengajak Aylin untuk beristirahat di kamarnya.
**
**
Melihat kamar yang cukup luas, membuat Aylin sedikit merasa takut.
Meskipun pernikahan mereka bukan atas dasar cinta, tetap saja ini merupakan malam pertama bagi mereka.
Apalagi ini adalah pertama kalinya Aylin tidur dalam satu ruangan yang sama dengan seorang laki-laki meskipun laki-laki itu adalah suaminya.
"Sekarang kamu masih bisa tidur sekamar denganku. Lagipula aku tidak akan tergoda melihat penampilanmu yang seperti itu. Kamu sama sekali bukan seleraku," ucap Alvian tegas.
Aylin sama sekali tidak memperdulikan ucapan menyakitkan Alvian terhadapnya, karena itu hanya akan membuang-buang energi saja.
"Ini wilayahku, dan itu wilayahmu. Jangan pernah sekali pun melewati batas itu!" Ucap Alvian seraya membatasi tempat tidur dengan sebuah guling.
Aylin hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap Alvian yang menurutnya sangat kekanakan dan menyebalkan.
Sebelum tidur, Aylin mengambil kotak obat untuk mengobati luka di kakinya yang belum sepenuhnya sembuh.
Alvian yang saat itu tiba-tiba ingin buang air, seketika tertegun saat melihat Aylin yang sedang mengobati luka di kakinya.
Aylin yang saat itu menaikan baju panjangnya hingga sebatas lutut membuat kakinya indahnya terekspos dan tanpa sengaja terlihat oleh Alvian.
"Ya Tuhan, ternyata kakinya sangat mulus dan indah sekali! Apa wajahnya juga semulus dan seindah kakinya? Aku jadi penasaran untuk melihat wajahnya seperti apa. Tapi, aku tidak ingin menurunkan harga diriku dengan memintanya membuka cadar," batin Alvian dipenuhi banyak pertanyaan, namun harga dirinya yang tinggi mengalahkan semua itu.
Setelah mendengar jawaban Alvian yang tak ingin melihat wajahnya, membuat Aylin bertekad untuk tidak akan menunjukkan wajahnya di hadapan Alvian.
Aylin tidak ingin anggap sebagai wanita penggoda dengan membuka cadarnya, meskipun di hadapan suaminya sendiri.
Terlebih Aylin juga belum siap untuk mengumbar sesuatu yang selama ini ia tutupi.
Biarkan saja rumah tangganya mengalir begitu saja dan hanya Tuhan yang tahu akan seperti apa akhir dari pernikahannya.
Setelah Alvian keluar dari kamar mandi, Aylin baru saja selesai mengobati lukanya.
Aylin beranjak menuju tempat tidur dan menyandarkan tubuhnya di sana, meraih sebuah buku di atas nakas.
Perhatian Aylin kini sepenuhnya tertuju pada buku di tangannya tanpa memperdulikan kehadiran Alvian sama sekali.
"Apa aku buka cadarnya diam-diam saja saat dia sedang tertidur?" batin Alvian.
Alvian berpura-pura memejamkan matanya, dia menunggu momen yang tepat untuk melakukan niatnya agar rasa penasarannya bisa terobati.
Namun, meskipun waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam, Aylin masih terlihat asyik dengan bukunya.
Hal itu membuat Alvian merasa kesal karena baru mengetahui hobi aneh istrinya itu.
"Kenapa dia sulit sekali untuk tidur? Padahal aku sudah sangat mengantuk," gerutu Alvian dalam hati.
Setelah cukup lama menunggu, Aylin masih bergeming tanpa beranjak sedikit pun.
Alvian yang semakin di selimuti rasa kesal, bangkit dari ranjang, mematikan lampu utama dan hanya menyalakan lampu tidur.
Berharap hal itu bisa membuat Aylin berhenti membaca buku dan segera tidur.
"Aku tidak bisa tidur dalam keadaan terang!" gumam Alvian seraya kembali berbaring.
Namun, Alvian kembali di buat kesal saat Aylin justru turun dari tempat tidur dan berjalan menuju walk in closet, melanjutkan membaca bukunya di sana.
"Ya Tuhan, ternyata dia benar-benar perempuan menyebalkan," Alvian menendang-nendang selimutnya untuk meluapkan rasa kesal.
Sedangkan Aylin kembali fokus membaca bukunya, ia berniat melanjutkan pendidikannya di luar negeri jika suatu saat di beri kesempatan.
Ia juga yakin Alvian tidak akan keberatan dengan hal itu atau justru pria itu akan merasa senang.
Hingga tak berselang lama, perhatian Aylin kini teralihkan pada sebuah album foto, yang ternyata berisi banyak foto masa kecil Alvian.
"Dia sebenarnya cukup tampan, hanya sikapnya saja yang menyebalkan. Sepertinya dulu dia seseorang pendiam, tapi kenapa sekarang dia berubah menjadi menyebalkan?Apa karena dia cukup lama tinggal di luar negeri dan terpengaruh oleh budaya di sana?" gumam Aylin seraya mengusap sebuah foto Alvian yang tengah mengenakan pakaian koko dan memakai peci.
Riko juga cukup lama tinggal di luar negeri untuk menempuh pendidikan di sana, tapi pria itu tetap menjadi pria yang santun dan lemah lembut.
Menurut Aylin bukan karena lingkungan yang mempengaruhi seseorang, tapi tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi lingkungan itu sendiri.
"Astagfirullah, kenapa aku jadi membandingkan Mas Alvian dengan Pak Riko? Kamu tidak boleh seperti itu Aylin! Ingat! Mas Alvian itu suamimu meskipun masih belum ada cinta di antara kita." Aylin seketika tersadar sambil memukul kepalanya.
Karena sudah tidak fokus lagi membaca, Aylin memilih untuk keluar dari walk in closet dan melangkah menuju tempat tidur.
Sedangkan Alvian sudah terlelap sejak tadi.
Aylin kembali terbangun di sepertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajud.
Sebelum melaksanakan ibadahnya, Aylin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu agar merasa lebih segar dan terbebas dari rasa kantuk.
Sebelum menikah Aylin pernah membayangkan menjalankan shalat malam bersama sang suami dan saling mengingatkan dalan melakukan ibadah.
Namun, sekarang ia justru merasa begitu takut hanya untuk sekedar membangunkan sang suami.
"Papa sudah memintaku untuk merubah Mas Alvian menjadi pribadi yang lebih baik, aku harus menjalankan amanah Papa," batin Aylin memberanikan diri.
"Mas... Mas Alvian bangun. Ayo kita shalat malam," ucap Aylin lembut.
"Kenapa kamu harus menganggu tidurku? Kalau mau shalat, shalat saja sendiri, tidak perlu menggangguku! Jika kamu berani menganggu tidurku lagi awas saja!" sentak Alvian tanpa membuka mata.
Aylin seketika membeku, dadanya di penuhi sesak, tidak menyangka jika sang suami akan menolak ajakan beribadah bersamanya.
Pernikahan ini jauh sekali dari apa yang dia harapkan.
Aylin kini merasa terjebak dalam jurang tak berdasar yang membawanya jatuh semakin dalam.
"Ya Allah, bukakan lah pintu hidayah untuk suamiku, berilah hambamu ini kesabaran dan ketabahan untuk membimbingnya ke arah yang lebih baik," gumam Aylin.
Wanita yang selalu terlihat kuat itu kini mulai merasa rapuh, dengan langkah pelan ia menuju kamar mandi, air matanya mulai luruh sejak ia menginjakkan kaki di ruangan lembab itu.
Tak lama setelah itu, Alvian yang masih di kuasai rasa kantuk, samar-samar melihat seorang perempuan yang berambut hitam panjang dengan wajah yang sangat cantik bak seorang bidadari.
"Aku pasti sedang bermimpi," gumam Alvian.
************
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Lovita BM
lanjuuuut kakak
2025-01-30
0