Bab 12

"Ya nanti setelah Aylin menceraikan aku, kamu tahu sendiri tidak mungkin aku yang mengajukan, bisa-bisa aku tidak dianggap anak lagi oleh orang tuaku," bujuk Alvian menenangkan kekasihnya dengan lembut.

"Oh iya, pria yang bernama Riko itu. Sepertinya sangat cocok dengan Aylin, bagaimana kalau kamu jodohkan saja mereka, dengan begitu Aylin nanti akan meminta cerai kalau sudah nyaman dengan Riko," saran Riana.

"Benar juga ide kamu, baiklah kalau begitu mulai sekarang aku akan membiarkan dia untuk dekat dengan Riko," jawab Alvian setuju.

"Kamu juga sih, kemarin saat mereka dekat malah marah-marah seperti suami pencemburu yang memergoki istrinya selingkuh," sindir Riana.

"Siapa yang cemburu? Aku hanya tidak mau sampai ketahuan orang tuaku. Bisa gawat kalau mereka tahu aku membiarkan menantu kesayangannya kesusahan," sergah Alvian tak terima.

"Kamu juga sih, sedikit-sedikit orang tua. Kamu itu sudah dewasa, Al. Kamu bisa memilih jalan yang kamu inginkan," bujuk Riana.

"Aku ini anak tunggal, meskipun aku belum bisa membuat mereka bangga, tapi setidaknya aku tidak ingin membebani pikiran mereka," jawab Alvian.

"Kalau kamu mau membuat orang tuamu bahagia itu mudah, beri saja mereka cucu. Pasti kalau sudah melihat bayi, mereka tidak akan perduli Ibunya wanita yang mana," saran Riana.

Alvian terdiam, ingin menjelaskan pada Riana juga tidak akan paham.

Tentu saja kedua orang tuanya menginginkan cucu yang terlahir dari rahim wanita sholehah seperti Aylin.

Tapi Alvian tidak tega mengatakan hal itu pada Riana.

"Aku lapar, kita makan malam yuk?" sela Alvian.

"Aku sedang diet," tolak Riana secara halus.

"Ya sudah kalau begitu setelah ini kita mau kemana?" tanya Alvian.

"Aku ingin main dengan teman-temanku boleh? Kamu pulang saja, agar besok bisa bangun pagi untuk bekerja," pinta Riana.

"Baiklah kalau begitu, tapi kamu jangan pulang larut malam ya?" jawab Alvian mengecup kening Riana lembut.

Setelah itu mereka berdua berpisah, Alvian sangat bangga melihat kekasihnya yang memakai mobil baru.

Terlihat begitu keren dan semakin mempesona.

Sesampainya di rumah, Alvian semakin merasa lapar.

Ia segera pergi ke dapur untuk melihat apa ada makanan atau tidak.

Hingga setibanya di dapur tatapan Alvian tertuju ke atas kompor dimana ada wajan yang tertutup rapat.

"Apa ini?" batin Alvian penasaran.

Ia iseng membuka tutup wajan itu yang ternyata ada olahan daging sapi di sana.

Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat Alvian menelan saliva beberapa kali.

Alvian segera mengecek rice cooker, senyum di bibirnya semakin mengembang saat nasi hangat tersedia di dalam sana.

Tanpa pikir panjang, Alvian langsung mengambil piring dan mengisi penuh piring itu.

"Ya Tuhan, ini masakan terenak yang pernah aku makan," kedua mata Alvian bahkan sampai terpejam untuk meresapi nikmatnya makanan itu.

Apalagi dirinya dalam keadaan lapar, membuatnya semakin semangat menambah lauk.

***

Sementara di kamar, Aylin masih terjaga, karena besok ia sudah mulai mengajar dan sedang mempersiapkan materi pelajaran.

Aylin yang merasa haus, meraih gelas di atas nakas, namun sayangnya gelas itu sudah kosong.

Ia segera keluar kamar dan menuju dapur untuk mengisi gelasnya.

Namun, ia seketika di buat terkejut saat melihat suaminya tengah makan dengan lahap.

"Mas Alvian?"

"Hah, apa?" Alvian sedikit terlonjak kaget sekaligus malu.

"Katanya tadi mau makan di luar, jadi tadi aku hanya masak nasi sedikit," ucap Aylin heran.

"Aku lapar, tadi tidak sempat makan," jawab Alvian mencoba bersikap biasa saja.

Aylin membuka tutup wajan yang berada di atas kompor, kedua matanya membulat sempurna saat semua masakan ia masak sudah habis.

Padahal rencananya ia akan sedikit menyisakan masakannya untuk Byan.

Ia tak menyangka jika suaminya akan memakan masakannya sampai habis tak bersisa.

"Yah habis, padahal aku akan memberikannya untuk Byan besok," keluh Aylin.

Kedua mata Alvian langsung melebar begitu mendengar nama putri Riko disebut.

"Untuk Byan apa untuk Riko, haah?" sergah Alvian.

"Bukankah aku sudah berkata dengan jelas kalau makanan itu untuk Byan," jawab Aylin masih berusaha tenang.

"Bukankah aku juga suamimu, jadi lebih baik kamu memikirkan perutku daripada perut anak orang lain," kilah Alvian.

"Tadi kan Mas Alvian sendiri yang mengatakan kalau akan makan di luar. Jadi, aku hanya masak untukku dan Byan saja. Ya sudah, aku besok masak lagi saja," jawab Aylin santai.

Alvian hanya melirik saja, saat Aylin mengambil piring kotor miliknya dan tanpa sengaja ia bisa mencium aroma tubuh Aylin.

"Astaga, kenapa dia bisa wangi sekali sih?" batin Alvian reflek memundurkan tubuhnya dari Aylin.

Aylin seketika merasa heran, ia merasa suaminya seolah seperti terlihat jijik padanya karena selalu menghindar.

Namun, Aylin lebih memilih bersikap masa bodoh dan segera membawa piring kotor itu untuk dicuci.

"Sekalian ambilkan minum dong!" pinta Alvian.

"Iya, Mas, sebentar," jawab Aylin.

"Besok masak itu lagi ya!" perintah Alvian dengan raut wajah datar.

"Dagingnya habis, tadi hanya beli sedikit," sindir Aylin karena suaminya tidak memberi jatah uang belanja.

"Makanya kalau belanja yang banyak sekalian," ejek Alvian.

"Kan semua uangku sudah di pakai untuk membeli peralatan masak dan yang lainnya sampai habis banyak. Kamu juga sebagai suami tidak memberiku uang nafkah dan malah membelikan selingkuhanmu mobil," jawab Aylin tak mau kalah.

Alvian yang merasa tersudutkan, langsung pergi begitu saja.

"Huh, enak saja memintaku untuk bertugas sebagai istri, tapi dia sendiri lupa kewajibannya sebagai suami," batin Aylin kesal bukan main.

Setelah selesai, Aylin memenuhi botolnya dengan air putih lalu kembali ke kamar.

Namun, baru saja ia selesai menutup pintu, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk seseorang.

"Ada apa?" tanya Aylin seraya membuka pintu.

"Ini uang untuk belanja, awas saja kalau kamu sampai mengadu pada Papa jika aku tidak memberimu uang nafkah," ancam Alvian seraya menyodorkan sebuah amplop coklat yang cukup tebal.

Aylin menerima amplop itu, yang ternyata isinya lumayan banyak.

Sebenarnya soal uang ia tidak merasa kekurangan, hanya saja ia ingin mengingatkan pada Alvian agar bisa bertanggung jawab sebagai seorang suami.

Aylin juga merasa sedikit terharu saat menerima uang nafkah pertamanya.

**

**

Setelah menjalankan shalat subuh Aylin segera pergi ke dapur untuk memasak.

Beruntung daging yang kemarin ia beli masih tersisa, karena kemarin ia berkata habis hanya untuk menggertak Alvian saja.

Kali ini Aylin memasak dengan semangat, ia ingin membuat suaminya itu berhenti merendahkannya lagi.

"Akan aku buktikan, jika aku memiliki nilai bukan hanya dari kecantikan semata. Suatu saat kamu akan mengakuinya meskipun kamu belum melihat wajahku," batin Aylin.

Dengan sepenuh hati ia memasak pagi itu, sebelum menyajikannya di atas meja, tak lupa ia menyisihkan untuk Byan.

Selesai memasak Aylin langsung mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kerja.

Saat menuruni tangga ia bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Alvian yang tampak berbinar menikmati masakannya.

"Mas Alvian, rasanya aku ingin sekali mengambil cermin agar kamu bisa melihat wajahmu sendiri yang begitu senang saat memakan masakanku," batin Aylin menahan tawa.

***********

***********

Terpopuler

Comments

merry jen

merry jen

gilirnn cwee yy dibliin mobill baruu,,gk tktt rugii bgtt tu Alvian ,,gk curiga lgg sm cwee yy lgg ,,moga cptt kepergok gmnnn kelkuann cwe yaa Dann ambill smuyy barng yg dhh dikshh trs juall dechh ,, keenknn tuu cwe mu vinn wkkkkk ,,

2025-02-15

0

Ma Em

Ma Em

Alvian jgn terlalu sering menghina Aylin kalau kamu sdh melihat wajah Aylin langsung klepek klepek kamu dan pasti nyesel kamu Alvian

2025-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!