"Dia adalah calon suami Kak Aylin, Sayang," sela Riko.
"Wah, calon suami Kak Aylin tampan, tapi Papa lebih tampan," jawab Byanca polos.
Aylin tertawa kecil, seolah setuju dengan ucapan Byanca.
Sedangkan Alvian hanya mendelik malas setelah mendengar jawaban gadis kecil itu.
Ia tahu dirinya lebih tampan, hanya saja Riko terlihat lebih dewasa dan berkharisma.
"Aylin, motor kamu masih diperbaiki di bengkel. Aku minta maaf atas kecelakaan yang sudah menimpa kamu ... "
Riko menggantung kalimatnya seolah ragu melanjutkan, ia menoleh ke arah Byanca dengan tatapan iba dan meragu.
"Memangnya kenapa, Pak Riko?" tanya Aylin penasaran.
"Ehm.. Aku sempat melihat hasil rekaman CCTV. Aku sekilas bisa melihat jika yang menabrak kamu adalah selingkuhannya Vanya," jawab Riko tanpa ingin menutupi apapun.
"Astagfirullah, kenapa dia sampai nekat berbuat seperti itu?" pekik Aylin kaget.
"Aku juga tidak mengerti, saat aku menanyakan hal itu pada Vanya, dia seolah tidak tahu apa-apa. Dia juga mengatakan kalau dia sudah lama tidak bertemu dengan selingkuhannya itu," jawab Riko.
"Mungkin Mbak Vanya masih mengira kalau aku berusaha mendekati Pak Riko, tapi aku sama sekali tidak mengenal mantan selingkuhannya Mbak Vanya itu."
"Pria itu sekarang masih buron, semoga dia segera ditemukan karena itu sudah termasuk percobaan pembunuhan. Polisi mengatakan kalau mobil itu memang sudah mengikutimu sejak kamu keluar dari rumah." ucap Riko menjelaskan.
Alvian merasa jenuh saat mendengar obrolan yang sama sekali tidak ia mengerti, apalagi kehadirannya di sana juga merasa diabaikan.
"Kalau kalian masih ada urusan penting, lebih baik aku pulang saja," Alvian segera beranjak dari tempatnya.
"Baiklah," jawab Aylin tanpa rasa bersalah.
Alvian segera meninggalkan rumah sakit dan pergi ke sebuah cafe tempat dirinya membuat janji dengan kekasihnya, Riana.
Tapi saat ia bertemu dengan sang kekasih, raut wajah gadis itu terlihat cemas dan ketakutan.
"Kenapa kamu terlihat cemas seperti itu, Sayang?" tanya Alvian.
"Tolong aku, Alvian. Aku tidak mau di penjara," bisik Riana.
"Memangnya kenapa kamu sampai bisa penjara?" tanya Alvian semakin penasaran.
"Hust... Pelan-pelan saja bicaranya! Sebenarnya, aku meminta Kakakku untuk menggertak calon istrimu, tapi ternyata dia malah menabraknya dari belakang. Dan sekarang Kakakku jadi buronan polisi," bisik Riana.
"Apa?" pekik Alvian kaget.
"Kenapa kamu nekat berbuat seperti itu? Aku memang tidak setuju dijodohkan dengannya, tapi tidak memintamu untuk berbuat nekat seperti itu apalagi sampai membuatnya terluka!" tegas Alvian.
"Sumpah, aku sama sekali tidak berniat melukai Aylin. Aku hanya ingin menggertaknya saja agar dia membatalkan pernikahan kalian. Tapi, Kakakku malah berbuat nekat seperti itu. Aku takut Kakakku akan menyeretku juga ... Aku terpaksa melakukan hal itu karena aku tidak mau kehilangan kamu," rengek Riana sambil bergelayut manja di lengan Alvian.
Meskipun Alvian merasa kesal dan tak menduga jika kekasihnya akan melakukan hal senekat itu, tapi Riana tak pernah gagal meluluhkan hati seorang Alvian.
"Tadi, pria di rumah sakit itu mengatakan kalau orang yang menabrak Aylin adalah mantan selingkuhannya Vanya, apa orang yang mereka maksud adalah Kakaknya Riana? Aku yakin Riana tidak akan melakukan hal senekat itu, pasti ada tujuan lain yang tidak aku ketahui," batin Alvian.
"Lalu Kakakmu ada di mana sekarang?" tanya Alvian mencoba bersikap setenang mungkin.
"Dia melarikan diri keluar kota, karena di sana dia tidak mengenal siapapun, dia memintaku untuk membiayai kehidupannya selama di sana. Tapi, kamu tahu sendiri kan kalau gajiku dikantor tidak banyak," rengek Riana.
"Biar aku saja yang berurusan dengannya, kamu kirimkan saja nomor rekeningnya padaku," jawab Alvian.
"Terima kasih banyak, Sayang. Kamu memang pacarku yang terbaik," ucap Riana seraya mengecup kedua pipi Alvian bergantian.
Saat itu Alvian tak menyadari, jika ada salah satu kerabatnya yang juga berada tak jauh dari sana.
Kerabatnya itu dengan sengaja merekam sikap romantis Riana pada Alvian dan mengirimkan rekaman itu pada Pak Bastian.
**
**
Karena kejadian rekaman di restoran itu, Pak Bastian merasa kesal sekaligus marah besar dan memutuskan untuk mempercepat resepsi pernikahan.
Setelah Aylin sudah dinyatakan membaik dan sudah bisa pulang dari rumah sakit mereka akan segera melangsungkan pernikahan.
Alvian tentu saja tidak bisa membantah hal itu, dia hanya bisa meminta proses pernikahan di gelar secara sederhana dan hanya dihadiri oleh kerabat terdekat saja.
Alvian sama sekali tidak memberitahu teman-temannya karena tidak ingin mereka tahu kalau dirinya menikah dengan perempuan yang berbanding terbalik dengan Riana.
Aylin sendiri tidak bisa menolak permintaan itu.
Setelah dia resmi menjadi istri Alvian, tidak ada raut wajah bahagia sama sekali terlukis di wajahnya.
Gadis itu justru menangis karena seharusnya pernikahan menjadi sebuah momen sakral yang menjadi impian terindah bagi setiap gadis.
Namun, yang ia rasakan justru sebaliknya.
Setelah acara selesai, Aylin langsung diboyong ke rumah Alvian.
"Aku harap, selama berada di rumah ini kita bisa berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang romantis di hadapan orangtuaku. Kamu tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu walaupun kita tidur dalam satu ruangan yang sama!" bisik Alvian.
"Baiklah, Mas. Sekarang kita sudah resmi menjadi sepasang suami istri, apa Mas mau melihat wajah istrimu?" jawab Aylin lembut, mencoba bersikap sabar sebagai seorang istri.
Alvian sebenarnya merasa penasaran, tapi dia merasa gengsi untuk mengakui hal itu.
Apalagi dia tak ingin menodai matanya dan membuat Aylin besar kepala.
"Tidak perlu, dan jangan pernah lepas cadarmu saat di hadapanku!" jawab Alvian angkuh.
Aylin mencoba bersikap biasa saja, meskipun sebenarnya dadanya merasa sesak dan pelupuk matanya berusaha menahan tangis.
Ini sama sekali bukan pernikahan yang ia harapkan.
**
**
Saat ini luka di kaki Aylin belum sembuh sepenuhnya, oleh karena itu dia sama sekali belum diizinkan untuk melakukan pekerjaan rumah.
Beruntung kedua mertuanya sangat baik dan menyayanginya sehingga Aylin merasa sedikit lebih baik.
Bahkan saat makan malam tiba, ibu mertuanya itu mengambilkan nasi dan lauk dan menganggapnya seperti anak sendiri.
"Nak, kamu makan yang banyak ya! Agar kamu bisa segera sembuh," ucap Mamanya Alvian lembut.
"Iya, Ma, terima kasih" jawab Aylin patuh.
"Pa, Ma. Aku setelah menikah dengan Aylin aku ingin menjalani kehidupan yang mandiri, jadi sekitar seminggu lagi kami akan pindah jika rumahnya sudah selesai di renovasi," sela Alvian.
"Jika itu memang sudah menjadi keputusan kalian, Papa tidak masalah, hanya saja Papa berpesan agar kamu menjaga dan menyayangi istrimu dengan baik. Istri merupakan titipan Allah yang harus kamu rawat seperti dirimu sendiri..."
Pak Bastian memberikan ceramah yang panjang lebar tentang pernikahan dan wejangan pada Aylin juga Alvian agar sebagai sepasang suami istri menjalani kehidupan yang sakinah, mawadah dan warahmah.
Alvian yang mendengarkan pesan Papanya sampai bosan dan mulai mengantuk, tapi ia tetap berusaha menahan diri karena tak ingin kena marah sang Papa.
Setelah pukul sembilan malam barulah Pak Bastian pun selesai dengan berbagai wejangannya.
************
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Lovita BM
masih nyimak ....
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼
2025-01-29
0