Part 18. Kebencian Papa

...Jangan pernah melampiaskan emosimu pada seorang anak karena hal itu bisa merusak moral sang anak dan menciptakan sifat buruk dalam dirinya...

...-Most Wanted vs Nerd Girl-...

***

Ratu terbangun merasa ada yang menepuk kedua pipinya dengan sedikit kasar. Ia membuka kedua matanya menemukan cowok yang ia sebut sebagai Singa Jantan SMA Gold Garuda tengah berada di hadapannya.

"Kya ...! Kakak ngapain dekat-dekat sama Ratu, hah!?" pekiknya sembari mendorong tubuh Raja menjauh darinya.

"Gua gak minat sama lo, cewek burik!" timpal Raja dengan santainya tanpa memikirkan perasaan Ratu.

"Kakak, tuh, bisa gak kalau ngomong pikirin perasaan orang lain gitu? Nyakitin banget ucapan Kakak! Dasar Singa Jantan!" pekik Ratu sembari melangkah hendak keluar dari kandang singa itu.

Ratu hendak membuka pintu kamar tersebut, namun sia-sia. Ratu berbalik menatap Raja yang masih setia di posisinya. "Kak, bukain pintunya! Ratu pengin pulang, nanti Papa Ratu marah lagi sama Ratu gimana? Emang Kakak mau belain Ratu? Palingan juga bakalan lari sewaktu ketemu papa Ratu."

"Siap-siap gua antar," perintah cowok itu sembari meraih kunci mobil di atas meja kamar.

Ratu mengangguk kemudian berlarian kecil menuju ruang tamu untuk mengambil tas miliknya. Dari dalam kamar, Ratu masih bisa mendengar suara Raja yang terus mengingatkannya agar tidak berlari, namun ia tetap saja tidak mengidahkannya.

Bruk!

"Ah, kaki Ratu sakit," desahnya usai jari kelingking pada kakinya teratuk kaki meja.

"Gua udah peringatin sama lo, siapa suruh keras kepala, hah!?" Bukannya menolong Ratu, Raja justru berjalan santai melewati Ratu yang meringis kesakitan.

"Ratu kira dia bakalan nolongin, nyebelin banget, sih!? Dasar Singa Jantan! Semoga aja jodoh Kakak nanti orangnya nyebelin, bawel, cerewet, gak bisa diam, dan selalu buat Kakak darah tinggi!" umpat Ratu sembari bangkit dan mengekori singa jantan di hadapannya.

Di dalam mobil hanya ada keheningan, baik Ratu maupun Raja tidak ada yang membuka suara seolah hanya ada satu orang di dalam mobil. Ratu hanya menunduk sembari meremas rok berwarna abu-abu itu hingga kusut.

"Lo bisa gak, gak usah remas rok lo? Gua gak suka lihat sesuatu yang kusut, jijik!" tanya Raja ngegas.

"Ratu kalau gugup suka ngeremas kayak gini. Kalau Ratu gak boleh ngeremas rok Ratu, terus Ratu ngeremas apa'an? Masa iya mau ngeremas kepala Kakak," celetuknya. "Kalau boleh, sih, gak pa-pa."

Raja menepikan mobilnya sejenak, ia meraih sesuatu dari kursi belakang. Usai mengambilnya cowok itu melemparkan sesuatu ke arah Ratu begitu saja. Mata Ratu berbinar usai menangkap barang yang Raja lempar ke arahnya. "Huwa ... lucu banget kayak Ratu. Makasih Kak Singa Jantan, eh, maksudnya Kak Raja. Maaf Kak salah sebut."

"Hm," sahut Raja dengan deheman.

"Kakak marah sama Ratu?" tanya Ratu polos dengan wajah khawatir.

"Gak," sahutnya singkat.

"Ya udah, Ratu mau main squishy panda ini dulu. Kakak kok punya squishy, sih? Jangan-jangan mainan Kakak kayak ginian? Uuu ... kalau penggemar Kakak tahu mereka bakal gimana, ya?" ejek Ratu sejenak melupakan kegugupannya.

"Kasih gua banyak squishy, maybe?" Raja masih tetap fokus menyetir tak menoleh pada gadis polos di sebelahnya. Bahkan melirik saja tidak.

"Ya udah, kalau gitu Ratu kasih tahu aja sama penggemar Kakak kalau Kakak itu suka banget sama squishy. Nanti mereka pasti bakalan kasih Kakak banyak squishy dan Ratu dapat banyak keuntungan, deh!" cerocosnya di balas tepukan jidat oleh Raja.

"Dasar gila! Lo mau rusak reputasi gua, hah!?" teriak Raja dengan suara beratnya.

"M-maaf, Kak. Kakak jangan marah-marah gitu, Kakak beneran mirip sama seekor singa kalau Kakak marah," lirih Ratu menundukkan pandangannya.

"Singa itu kuat, kekar, dan tegas. Gua suka sebutan itu," lontar Raja santai.

Mendengar itu Ratu menganga, ia pikir Raja akan marah jika ia menyebutnya seperti seekor singa jantan yang dibangunkan dari tidurnya. Namun ternyata Raja justru menyukai sebutan yang ia berikan.

"Ratu pikir Kakak bakalan marah, padahal di mata Ratu kalau singa jantan itu galak," celetuk Ratu.

Raja melirik ke arah Ratu kemudian sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya. "Lebih galak singa betina," ujarnya menatap Ratu jahil.

"Kenapa lihatin Ratu? Atau jangan-jangan Kakak ngatain Ratu itu singa betina gitu, hah!? Terus Kakak mau bilang kalau Ratu itu galak banget kayak singa betina gitu? Iya!?" pekik Ratu ngegas sembari memasang wajah jutek khasnya.

"Maybe." Raja kembali fokus pada jalanan yang sepi, ia sedikit memelankan kecepatannya agar dirinya tidak menabrak hewan seperti kucing yang biasa berlalu lalang sembarangan.

"RATU GAK GALAK TAHU! RATU ITU KALEM, IMUT, BAIK, LEMAH LEMBUT, DAN PENDIAM. MASA IYA RATU DIBILANG KAYAK SINGA BETINA YANG GALAKNYA KELEWATAN. RATU GAK TERIMA!" dengus Ratu.

"Lawan katanya," ejek Raja sembari terkekeh.

"KAK RAJA! NYEBELIN BANGET, SIH, JADI ORANG. LEBIH BAIK KAKAK CUEK KAYAK SEBELUMNYA AJA, DEH. DARIPADA KAKAK BANYAK OMONG TAPI NYEBELIN PAKAI BANGET, HUH! BUAT ORANG DARAH TINGGI AJA, DEH!" omel Ratu dengan emosi yang mulai membara.

"Kalau lo gak galak ngapain lo marah?" Mendengar pertanyaan membuat Ratu terdiam.

Ah, iya juga, ya? Ah, tapi Ratu gak terima kalau disamain sama singa betina! Enak aja ngatain Ratu galak. Ratu, 'kan, kalem pakai banget, dengus Ratu dalam hatinya.

"Ih, mending Kak Raja jadi cuek lagi aja, deh, gak pa-pa, daripada kayak gini, tuh, ngeselin!" gerutunya sembari meremas squishy panda di tangannya.

Raja menelan berat salivanya melihat nasib squishy panda yang ia berikan. Ia justru membayangkan Ratu akan memperlakukan dirinya seperti itu. Ia kembali fokus menyetir mobil mahal miliknya. "Lo yang minta."

"Ah, pokoknya Kak Raja jadi cuek aja. Walaupun hati Ratu bakalan sakit hati lagi sama ucapan Kakak," ujarnya dengan suara kecil terdengar begitu sendu di telinga.

"Hmm. Lo belum lakuin hukuman buat lo, gua lupa tadi," ujar Raja mengingatkan.

"H-hukuman apa? T-tadi di sekolah Ratu cuma bercanda kok. M-maafin Ratu, Kak," kilahnya.

"Lo harus jadi pacar gua sampai gua lulus dan lo harus nuruti apa kata gua, TITIK!" tegas Raja membuat mulut mungil Ratu terbuka lebar

Tidak lama keduanya sampai di kediaman Ratu. Seperti biasa rumah Ratu selalu sunyi dan terasa begitu menyeramkan. Terlebih di mata Raja ada seekor raja singa di dalam sana, begitu menyeramkan. Ditambah kumis melintang di bawah hidung papa Ratu membuatnya terlihat menakutkan.

"Kakak pulang aja, ya? Ini udah sore nanti Kakak dicariin sama Mama Kakak loh," pinta Ratu dengan tangan gemetar masih dengan membawa squishy panda.

"Gak, gua yang harus bilang sama Papa lo. Lo diam aja." Nada bicara Raja terdengar begitu serius tidak lagi bercanda seperti tadi.

Ratu hanya menurut sembari terus mengekori Raja. Raja menekan bel rumah Ratu kemudian keluarlah seorang lelaki paruh baya dengan kumis tebal melintang di bawah hidungnya.

"Kamu siapa? Kenapa bisa sama anak saya? Kamu pacar anak itu!?" Wajah papa Ratu tampak begitu menyeramkan.

"Saya senior di sekolah anak Anda, mohon maaf karena saya anak Anda pulang malam," ujarnya dengan sopannya.

"Sepertinya kamu anak baik, kenapa kamu dengan anak pembawa sial itu? Apa kamu tidak takut sial?" Ervan, Papa Ratu menatap Ratu dengan penuh kebencian.

Sedangkan gadis yang ia tatap kini tengah menundukkan kepalanya sembari meremas squishy panda pemberian Raja. Raja menyunggingkan senyum kecilnya berusaha tetap ramah pada manusia yang tampak seperti monster mengerikan di hadapannya. "Tidak ada anak pembawa sial. Maaf bila saya membuat Anda khawatir."

"Saya jauh lebih tenang jika dia tidak ada di rumah saya. Jika kamu mau, bawa saja dia. Dia anak tidak berguna, tidak pantas lahir di dunia ini!" maki Ervan dengan nada ketusnya.

Hati Raja terasa sakit mengetahui perlakuan Ervan pada anaknya sendiri, seolah Ratu bukanlah anaknya sendiri. Raja menoleh menatap Ratu yang tengah menunduk, ia mengerti mengapa gadis itu selalu menyamakannya dengan sang Ayah.

"Maaf, bukankah dia anak Anda sendiri? Mengapa seolah dia bukan anak yang Anda harapkan?" Entah keberanian dari mana Raja dapat bertanya seperti itu.

Ervan menatap tajam ke arah Raja kemudian beralih menatap Ratu dengan wajah mengerikan. "Kamu! Masuk ke dalam dan lakukan seperti biasanya. Saya tidak suka anak lelet seperti kamu! Dan buatkan kami teh, cepat!" tegasnya.

Ervan kemudian memerintahkan Raja untuk duduk di kursi depan, keduanya berbincang sejenak. Tidak lama Ratu muncul dengan dua cangkir teh manis buatannya. Usai meletakkannya, gadis itu kembali ke dalam untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Apa kamu pacarnya?" tanya Ervan tanpa basa basi.

"Iya, dia pacar saya," jawab Raja tanpa rasa gugup walaupun degup jantungnya sudah tidak karuan.

"Hmm ... apa tidak ada gadis lain di sekolah kamu? Sebenarnya saya berniat mau menjual gadis bodoh itu. Tetapi saya juga takut saya salah memilih orang dan orang itu justru hanya melukai gadis bodoh itu," cetus Ervan dengan santai sembari menyeruput teh manis buatan Ratu.

"Apa Anda serius menjual anak Anda sendiri? Bukankah itu terlalu kasar untuknya?" Raja terus memperhatikan Ervan, dalam benaknya timbul banyak pertanyaan yang tidak mampu ia ungkapkan.

"Sangat serius dan saya tidak peduli. Saya muak dengan anak pembawa sial itu, karena dialah saya kehilangan kedua istri saya. Itulah mengapa saya sangat membencinya sampai kapan pun dan saya berharap akan ada orang yang membelinya dengan harga mahal," ujar Ervan dengan mimik serius.

Kedua istri? pikir Raja.

Raja begitu terkejut mendengar ucapan Ervan. Sebesar itukah rasa benci dalam hatinya sampai rela menjual anaknya sendiri? Tinggal di keluarga seperti ini pun cewek itu tetap bisa ceria? Kelewatan hebat, pikir Raja.

Episodes
1 Prolog
2 Part 1. Hukuman
3 Part 2. UKS
4 Part 3. Merokok?
5 Part 4. Hukuman Pt 2
6 Part 5. Dylan dan Raja
7 Part 6. Benci Tangismu
8 Part 7. Satu Regu!?
9 Part 8. Tersesat
10 Part 9. Keluar Hutan
11 Part 10. Ruang UKS
12 Part 11. Keras Kepala
13 Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14 Part 13. Acara Puncak
15 Part 14. Acara Puncak II
16 Part 15. Menyebalkan
17 Part 16. Semakin Dibenci
18 Part 17. Tertidur
19 Part 18. Kebencian Papa
20 Part 19. Pacar?
21 Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22 Part 21. Iri Bilang Bos
23 Part 22. Papa dan Raja
24 Part 23. Tertidur di Bus
25 Part 24. Penyesalan Papa
26 Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27 Part 26. Rumah Baru
28 Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29 Part 28. Dihina Kembali
30 Part 29. Pulang Sekolah
31 Part 30. Kamu Demam
32 Part 31. Terpaksa Membolos
33 Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34 Part 33. Bercandakah?
35 Part 34. Kecoa
36 Part 35. Harapan Raja
37 Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38 Part 37. Pernikahan?
39 Part 38. Usir atau Lempar?
40 Part 39. Persaingan
41 Part 40. Gaun Pernikahan
42 Part 41. Nasib Serupa
43 Part 42. Mama Tiri
44 Part 43. Siapakah Dia?
45 Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46 Part 45. Tembakan
47 Part 46. Hari yang Buruk
48 Part 47. Kejamnya Takdir
49 Part 48. Tak Mengingatku?
50 Part 49. Mimpi Buruk
51 Part 50. Sarapan dengan Drama
52 Part 51. School Again
53 Part 52. Pesan Misterius
54 Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55 Part 54. Promise
56 Part 55. Sebuah Permohonan
57 Part 56. Niara Tahu
58 Part 57. Mereka Kembali
59 Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60 Part 59. Hati yang Terluka
61 Part 60. Kacaunya Jiwa
62 Part 61. Akhir Perjuangan
63 Part 62. Menatap Dunia Kembali
64 Part 63. Hukuman Setimpal
65 Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66 Part 65. Bersatu Kembali
67 Part 66. Papa Stefan
68 Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69 Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70 Part 69. Anak-Anak Manis
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Prolog
2
Part 1. Hukuman
3
Part 2. UKS
4
Part 3. Merokok?
5
Part 4. Hukuman Pt 2
6
Part 5. Dylan dan Raja
7
Part 6. Benci Tangismu
8
Part 7. Satu Regu!?
9
Part 8. Tersesat
10
Part 9. Keluar Hutan
11
Part 10. Ruang UKS
12
Part 11. Keras Kepala
13
Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14
Part 13. Acara Puncak
15
Part 14. Acara Puncak II
16
Part 15. Menyebalkan
17
Part 16. Semakin Dibenci
18
Part 17. Tertidur
19
Part 18. Kebencian Papa
20
Part 19. Pacar?
21
Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22
Part 21. Iri Bilang Bos
23
Part 22. Papa dan Raja
24
Part 23. Tertidur di Bus
25
Part 24. Penyesalan Papa
26
Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27
Part 26. Rumah Baru
28
Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29
Part 28. Dihina Kembali
30
Part 29. Pulang Sekolah
31
Part 30. Kamu Demam
32
Part 31. Terpaksa Membolos
33
Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34
Part 33. Bercandakah?
35
Part 34. Kecoa
36
Part 35. Harapan Raja
37
Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38
Part 37. Pernikahan?
39
Part 38. Usir atau Lempar?
40
Part 39. Persaingan
41
Part 40. Gaun Pernikahan
42
Part 41. Nasib Serupa
43
Part 42. Mama Tiri
44
Part 43. Siapakah Dia?
45
Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46
Part 45. Tembakan
47
Part 46. Hari yang Buruk
48
Part 47. Kejamnya Takdir
49
Part 48. Tak Mengingatku?
50
Part 49. Mimpi Buruk
51
Part 50. Sarapan dengan Drama
52
Part 51. School Again
53
Part 52. Pesan Misterius
54
Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55
Part 54. Promise
56
Part 55. Sebuah Permohonan
57
Part 56. Niara Tahu
58
Part 57. Mereka Kembali
59
Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60
Part 59. Hati yang Terluka
61
Part 60. Kacaunya Jiwa
62
Part 61. Akhir Perjuangan
63
Part 62. Menatap Dunia Kembali
64
Part 63. Hukuman Setimpal
65
Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66
Part 65. Bersatu Kembali
67
Part 66. Papa Stefan
68
Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69
Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70
Part 69. Anak-Anak Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!