Part 10. Ruang UKS

...Mungkin diam adalah cara terbaik untuk meredam amarah sebelum emosi merenggut segalanya...

...-Most Wanted vs Nerd Girl-...

***

Raja berhasil keluar dari hutan lebat bersama dengan Ratu, kedua lantas menyita pandangan seluruh panitia. Wajah cowok itu tampak terlihat khawatir dibalik wajahnya yang datar. Hanya orang terdekat yang mengetahui akan hal itu terutama Nathalie, teman Raja sedari kecil.

Nathalie mendekati Raja, pasang matanya menjumpai seorang gadis yang tengah memejamkan mata dengan wajahnya yang begitu pucat. "Dia kenapa, Ja? Dia di mana? Jangan bilang dia beneran ada di dalam hutan. Lo jangan main-main, Ja, lo tahu, 'kan, dia itu sepolos apa?" sambar Nathalie.

Raja melirik ke arah Nathalie sembari terus menggendong Ratu yang masih tertidur pulas. "Gua tahu gua salah, seenggaknya gua berhasil bawa dia keluar. Minggir!" sentaknya.

Raja membawa Ratu ke ruang UKS yang memang terletak jauh dari area perkemahan didampingi oleh Nathalie, Liam, Galih, Meyla, dan Niara.

Raja membaringkan Ratu yang tampak mengigil, suhu tubuhnya pun mulai naik dengan begitu tinggi. Raja begitu khawatir karenanya, rasa bersalah kian menyelimuti seluruh hatinya yang beku. "Sorry, gua keterlaluan," lirihnya.

Niara, sahabat Ratu menepuk kedua pipi gadis itu, namun tidak juga ada tanda-tanda gadis itu hendak membuka mata. "Cha ... Mischa ... bangun, ya? Jangan buat kita khawatir, lo ke mana aja, sih? Gue khawatir banget tahu. Buka mata, dong, Cha," cicitnya.

Suasana di ruang UKS mendadak sunyi, wajah-wajah mereka yang biasa tampak ceria kini berubah menjadi raut khawatir terlebih ... Raja. Cowok itu sudah tidak lagi mampu menyembunyikan rasa khawatirnya di balik wajahnya yang datar.

"Hello, everybody! I'm coming!" pekik seseorang dari arah pintu tanpa dosanya.

Seluruh pasang mata tertuju pada cowok yang kini justru tengah menyengir kuda sembari membetulkan jambulnya. Galih yang geram dengan aksi konyol temannya lantas melemparkan sepatu miliknya ke arah wajah cowok itu.

Cowok itu mengaduh kesakitan. "Ahh ... sakit, woi! Oh, no! Wajah ganteng gue rusak, dong, gara-gara sepatu murahan lo," ringisnya.

Galih meraih kembali sepatunya sembari menjitak kepala Dylan dengan kerasnya. Dylan justru membalas jitakan Galih, bahkan jauh lebih keras daripada jitakan Galih. "Sakit, c*k! Jidat gue makin lebar, woi!" erangnya mengelus jidatnya yang sedikit lebar.

Nathalie yang gemas hendak menjewer telinga kedua cowok yang justru berdebat tidak kenal tempat itu. Jarinya sudah benar-benar gatal, namun tiba-tiba Dylan justru mendekat ke arah Ratu yang terbaring lemah di atas ranjang UKS.

Dylan menarik Raja agar menjauh dari Ratu. Dylan memegang dahi Ratu yang begitu panas. "Lah, panas amat ini kesayangan gue. Buat rebus telur sabi kali, ya?" candanya.

Ingin rasanya Nathalie menggampar otak cowok di hadapannya itu. Sepertinya otak Dylan benar-benar sudah tidak beres dan perlu diluruskan kembali. Nathalie mencubit lengan Dylan pelan, begitu pelannya hingga membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Ahh ... ahh ... sakit, Nath. Sorry, Mbak Jago ... ampun, Mbak Jago!" rintih Dylan bernada.

Niara yang duduk di tepi ranjang hanya menyimak tingkah seniornya yang tidak ada kadar kewarasannya itu.

Ganteng-ganteng gini gak waras, ya, ternyata, cibirnya membatin.

Dylan ikut-ikutan duduk di tepi ranjang Ratu, tepatnya berada di samping Ratu. Niara yang awalnya duduk di sana lalu bangkit dan keluar dari UKS lantaran Nathalie yang menyuruhnya untuk melanjutkan kegiatan.

Dylan membelai lembut rambut panjang Ratu yang masih terikat, walaupun memang terlihat lebih berantakan. "Sayang, bangun, dong! Masa kesayangan Dylan sakit gini, nanti gue gak semangat loh, Sayang. Kamu masa tega, sih, buat calon masa depan patah semangat gini."

Mendengar itu Galih dan Nathalie serempak menjitak puncak kepala Dylan dengan kerasnya, berharap cowok itu akan kembali normal. Akan tetapi rupanya jiwa gilanya sudah melekat kuat dalam diri Dylan dan tidak bisa dipisahkan.

Nathalie hanya mengembuskan napas panjang berusaha sabar. Liam yang sedari tadi terdiam menyimak kawan-kawannya sembari duduk di atas ranjang kosong itu mulai angkat bicara. "Ja, lo keterlaluan. Dia demam gara-gara lo, lo mau tanggung jawab sama itu cewek? Kalau nyokap atau bokap dia lapor pihak sekolah gimana?" murkanya.

Mereka tampak terkejut, Liam yang biasa tidak pernah serius dan bisa dikatakan sebelas dua belas dengan kegilaan Dylan, kini berubah dengan tiba-tiba seperti ini.

Galih yang berdiri di dekat Nathalie mendekat ke arah Liam sembari mengecek suhu kawannya itu. "Wait, eh, normal. Tumben amat lo marah-marah kayak gitu. Are you okay?"

Liam mengangguk pelan. Ia kembali menatap tajam ke arah Raja yang juga menatapnya tajam. Sebenarnya Liam sangat tahu bahwa Raja memang tidak suka jika ada yang bicara seperti itu padanya.

Akan tetapi Liam juga gemas pada Raja, bahkan Raja sendiri yang berjanji pada Kepala Sekolah bahwa tidak akan membiarkan siapa pun masuk ke dalam hutan selebat itu, namun lihatlah kenyataannya. Justru Raja sendirilah yang memerintahkan Ratu untuk masuk ke dalam hutan hanya karena almamaternya yang rusak.

"Almamater lo cuma kena cat, Ja. Lo masih bisa pakai, 'kan? Lo bisa minta dia ganti rugi, bukan justru lo suruh dia masuk hutan! Kalau dia hilang gimana? Siapa yang tanggung jawab, hah!?" serang Liam dengan nadanya yang terdengar ketus.

"Engh ... Ratu di mana?" Mendengar suara itu sontak mereka menoleh ke arah Ratu.

Gadis itu tampak memegangi kepalanya, mungkin terasa pusing lantaran kehujanan di dalam hutan beberapa jam yang lalu. Raja berjalan dengan langkah cepat meraih sebotol obat yang ada di kotak ruang UKS.

"Nih, minum," perintah Raja singkat sembari menyodorkan obat penurun panas pada Ratu.

Ratu mendongak menatap benda yang tidak ia sukai. Ia hanya menatapnya tidak suka, mulutnya mulai tertutup dengan rapat sembari menggeleng lemah.

Raja kemudian berbalik meraih sebuah sendok lalu kembali mendekat ke arah Ratu. Raja menuangkan obat penurun panas ke sebuah sendok yang ada di tangan kanannya lalu melayangkannya ke arah mulut gadis di hadapannya.

Nathalie beserta senior yang berada di sana melongo karenanya. Galih yang sedari tadi tidak bisa diam kini menganga sembari mengecek suhu tubuh Raja yang tentu membalasnya dengan tatapan mematikan.

Ratu yang sedari tadi diam akhirnya membuka mulut mungilnya. "Ratu gak mau obat, Ratu maunya lolipop aja," lirihnya santai.

"Lo sakit, Ratu. Mana ada orang panas malah makan permen? Lo mau tambah sakit?" Nathalie menggeleng menatap gadis yang kini tengah menyatukan kedua jari telunjuknya-amat kekanak-kanakan.

Ratu berdecak sebal sembari mengerucutkan bibirnya beberapa centimeter. "Tapi Ratu maunya lolipop, nanti Ratu sembuh kok. Please, Kak. Boleh, ya?" pintanya.

Dylan dan Liam serempak mengangguk kemudian menyodorkan permen lolipop ke arah Ratu. Mata Ratu berbinar menatap dua lolipop terpampang nyata di hadapannya. Tangan mungilnya hendak meraih kedua lolipop itu, berniat hendak memakannya habis. Akan tetapi—

"Kak, kenapa lolipopnya diambil, sih? Kalau Kakak mau bilang, dong! Kembaliin, itu punya Ratu!" pekik Ratu lantaran Raja merampas dua lolipop dari tangan Liam dan Dylan untuk Ratu.

Cowok itu justru melemparkan kedua permen ke arah Galih sembari memberikan kode padanya. Beruntung Galih adalah cowok yang peka terhadap kode terutama kode netra elang Raja yang memang sulit dipahami. Harus dibutuhkan kepekaan tingkat tinggi dan kekuatan telepati untuk memahaminya.

Raja meringkas kedua pipi Ratu dengan tangan kirinya sembari membuka paksa mulut mungil gadis itu. Raja dengan secara paksa memasukkan obat penurun panas ke mulut Ratu sembari berkata, "telan obatnya jangan muntahin. Cepat sembuh, gua keluar."

Ratu menelan obat yang benar-benar ia benci sedari kecil. Dirinya selalu menjauh dari hal-hal berbau obat. "Ih, maksa banget. Mana kasar banget, ih, nyebelin," cibir Ratu pelan, namun terdengar jelas oleh Nathalie.

Tiba-tiba Raja berbalik sembari menatap Ratu tanpa ekspresi. "Pulang bareng gua!" perintahnya sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.

Galih dan Liam saling berpandang. Begitu juga dengan Nathalie yang sudah menganga tidak percaya dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu. Berbeda dengan Dylan yang tidak mempedulikannya dan justru kembali menggoda Ratu.

Itu beneran Raja bukan, sih? batin Nathalie.

"Kak, bisa gak, sih, kalau gak usah gangguin Ratu sehari aja! Nyebelin banget tahu, ngerusak mood Ratu aja, huh!" decak Ratu dengan kedua pipinya yang menggembung.

Dylan justru mencubit kedua pipi Ratu membuat sang empunya pipi reflek menampol kepala Dylan dengan kerasnya. "Aduh, sakit, Sayang. Tega banget nampol pangeran kayak gue," cakap Dylan membuat Ratu ingin memuntahkan seluruh isi perutnya pada cowok itu.

"Udah woi, gangguin aja kerjaan lo. Kalian keluar gue mau ngomong empat mata sama Ratu," usir Nathalie sembari menatap Dylan, Galih, dan Liam bergantian.

Galih dan Liam menggangguk kemudian bergegas keluar dari ruang UKS, berbeda dengan Dylan yang masih saja asyik menggoda Ratu hingga wajah Ratu yang semula ceria kini mulai berlipat-lipat tanda suasana hatinya memburuk.

Nathalie meraih sapu yang ada di dekatnya kemudian melayangkannya ke arah Dylan. Cowok itu mengaduh kesakitan sembari menggosok-gosokkan pantatnya yang terasa panas itu. "Ampun ... ampun!"

"Pergi sono buruan! Atau sapu ajaib ini melayang ke muka lo," ancam Nathalie sembari terkekeh.

Cowok itu tampak pasrah. Ia memundurkan langkahnya sembari bernyanyi dan menatap Ratu yang sedari tadi menyimak aksi kedua seniornya itu.

"Jangan menjauh dariku ..."

"Aku tak bisa tanpamu ..."

"Hidup tak berarti ..."

"Bila tak ada kamu ..."

"Kamu adalah inspirasiku ..."

"Kal kam—"

"Kelamaan lo! BURUAN KELUAR SEKARANG ATAU SAPU INI BERUBAH JADI SAPU TERBANG!?" teriak Nathalie.

Dylan menelan berat salivanya. "Ampun ... suhu! Oke, gue pergi sekarang. Jangan kangen gue, Ratu Sayang," pamitnya.

"Ratu malah suka kalau gak ada Kakak," celetuknya polos membuat Nathalie tertawa puas.

Wajah Dylan berubah sedikit kesal sembari melangkah keluar. Dan kini hanya tersisa Ratu dan Nathalie yang masih setia di dalam ruang UKS.

Nathalie meletakkan kembali sapu ke tempat semula kemudian berjalan ke arah Ratu. "Gue mau bilang, deh, sama lo. Boleh, 'kan?"

"Boleh, dong. Mau bilang apa, Kak?" serunya tampak begitu penasaran.

Nathalie menggeleng karena tingkah kekanak-kanakan gadis di hadapannya ini. Sangat mirip seperti ... ah, lupakan. "Tapi, lo jangan bilang sama siapa-siapa, ya? Janji?"

"Janji!" Ratu melingkarkan jari telunjuknya yang tentu lebih mungil daripada jari Nathalie.

"Sebenarnya itu—"

Episodes
1 Prolog
2 Part 1. Hukuman
3 Part 2. UKS
4 Part 3. Merokok?
5 Part 4. Hukuman Pt 2
6 Part 5. Dylan dan Raja
7 Part 6. Benci Tangismu
8 Part 7. Satu Regu!?
9 Part 8. Tersesat
10 Part 9. Keluar Hutan
11 Part 10. Ruang UKS
12 Part 11. Keras Kepala
13 Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14 Part 13. Acara Puncak
15 Part 14. Acara Puncak II
16 Part 15. Menyebalkan
17 Part 16. Semakin Dibenci
18 Part 17. Tertidur
19 Part 18. Kebencian Papa
20 Part 19. Pacar?
21 Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22 Part 21. Iri Bilang Bos
23 Part 22. Papa dan Raja
24 Part 23. Tertidur di Bus
25 Part 24. Penyesalan Papa
26 Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27 Part 26. Rumah Baru
28 Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29 Part 28. Dihina Kembali
30 Part 29. Pulang Sekolah
31 Part 30. Kamu Demam
32 Part 31. Terpaksa Membolos
33 Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34 Part 33. Bercandakah?
35 Part 34. Kecoa
36 Part 35. Harapan Raja
37 Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38 Part 37. Pernikahan?
39 Part 38. Usir atau Lempar?
40 Part 39. Persaingan
41 Part 40. Gaun Pernikahan
42 Part 41. Nasib Serupa
43 Part 42. Mama Tiri
44 Part 43. Siapakah Dia?
45 Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46 Part 45. Tembakan
47 Part 46. Hari yang Buruk
48 Part 47. Kejamnya Takdir
49 Part 48. Tak Mengingatku?
50 Part 49. Mimpi Buruk
51 Part 50. Sarapan dengan Drama
52 Part 51. School Again
53 Part 52. Pesan Misterius
54 Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55 Part 54. Promise
56 Part 55. Sebuah Permohonan
57 Part 56. Niara Tahu
58 Part 57. Mereka Kembali
59 Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60 Part 59. Hati yang Terluka
61 Part 60. Kacaunya Jiwa
62 Part 61. Akhir Perjuangan
63 Part 62. Menatap Dunia Kembali
64 Part 63. Hukuman Setimpal
65 Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66 Part 65. Bersatu Kembali
67 Part 66. Papa Stefan
68 Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69 Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70 Part 69. Anak-Anak Manis
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Prolog
2
Part 1. Hukuman
3
Part 2. UKS
4
Part 3. Merokok?
5
Part 4. Hukuman Pt 2
6
Part 5. Dylan dan Raja
7
Part 6. Benci Tangismu
8
Part 7. Satu Regu!?
9
Part 8. Tersesat
10
Part 9. Keluar Hutan
11
Part 10. Ruang UKS
12
Part 11. Keras Kepala
13
Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14
Part 13. Acara Puncak
15
Part 14. Acara Puncak II
16
Part 15. Menyebalkan
17
Part 16. Semakin Dibenci
18
Part 17. Tertidur
19
Part 18. Kebencian Papa
20
Part 19. Pacar?
21
Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22
Part 21. Iri Bilang Bos
23
Part 22. Papa dan Raja
24
Part 23. Tertidur di Bus
25
Part 24. Penyesalan Papa
26
Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27
Part 26. Rumah Baru
28
Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29
Part 28. Dihina Kembali
30
Part 29. Pulang Sekolah
31
Part 30. Kamu Demam
32
Part 31. Terpaksa Membolos
33
Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34
Part 33. Bercandakah?
35
Part 34. Kecoa
36
Part 35. Harapan Raja
37
Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38
Part 37. Pernikahan?
39
Part 38. Usir atau Lempar?
40
Part 39. Persaingan
41
Part 40. Gaun Pernikahan
42
Part 41. Nasib Serupa
43
Part 42. Mama Tiri
44
Part 43. Siapakah Dia?
45
Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46
Part 45. Tembakan
47
Part 46. Hari yang Buruk
48
Part 47. Kejamnya Takdir
49
Part 48. Tak Mengingatku?
50
Part 49. Mimpi Buruk
51
Part 50. Sarapan dengan Drama
52
Part 51. School Again
53
Part 52. Pesan Misterius
54
Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55
Part 54. Promise
56
Part 55. Sebuah Permohonan
57
Part 56. Niara Tahu
58
Part 57. Mereka Kembali
59
Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60
Part 59. Hati yang Terluka
61
Part 60. Kacaunya Jiwa
62
Part 61. Akhir Perjuangan
63
Part 62. Menatap Dunia Kembali
64
Part 63. Hukuman Setimpal
65
Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66
Part 65. Bersatu Kembali
67
Part 66. Papa Stefan
68
Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69
Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70
Part 69. Anak-Anak Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!