Part 3. Merokok?

...Entah mengapa hati ini merasakan sikap dirimu seolah mengistimewakan diriku padahal kenyataannya kau bahkan tak menganggapku ada...

...-Most Wanted vs Nerd Girl-...

***

Suara berat milik Raja kini kembali terdengar di pengeras suara. Para junior yang mendengarnya lantas kembali berbaris di lapangan.

Ratu yang sudah berbaris di barisan kelasnya terdiam menyimak sang Ketua OSIS SMA Gold Garuda. Diam-diam Ratu mengagumi wajah datar milik Raja yang terlihat tampan di matanya. Bukan hanya di matanya melainkan di mata para gadis di sekolah SMA kebanggaannya. Ratu menggeleng kecil tersadar dari lamunannya.

Apakah Ratu mulai suka sama Kak Raja, ya? pikirnya.

Pandangan Raja beralih menatap Nathalie, Nathalie yang mengerti lantas mengambil alih mikrofon dari tangan Raja. "Oke, guys! Saya ambil alih."

"Saya bacain peraturan yang dibuat Ketua OSIS kita. Peraturan pertama, wajib mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa terkecuali. Kedua, tidak ada yang membolos. Satu ketahuan membolos, semua dihukum. Ketiga, tidak boleh bermain ponsel di saat kegiatan berlangsung dari hari pertama hingga hari terakhir ...." Nathalie terus membacakan peraturan yang telah dibuat oleh Raja.

"Dan sekarang waktunya saya umumkan susunan acara MOS tahun ini. Dengarkan baik-baik. Sampai ada yang tidak menyimak, saya sumpahin jomblo seumur hidup!" Nathalie terkekeh.

Banyak siswa yang justru mengoceh membuat wajah Raja memerah padam. "Tolong diam! Dengarin, gak usah banyak bacot bisa!?"

Seketika hening.

"MOS akan berlangsung tiga hari. Dan setiap harinya ada kegiatan masing-masing. Nanti akan dibagikan daftar acaranya. Dan acara puncaknya yaitu kemah dan ada acara api unggun yang akan membuat para jones meronta-ronta," jelas Nathalie mengeraskan kata jones alias jomlo ngenes.

"Sementara itu hari ini kita akan mulai MOS. Kami akan membagikan beberapa kelompok di setiap kelasnya. Nah, pembagian kelompoknya bisa kalian baca di papan yang ada di sana," tutur Nathalie menarik napasnya. "Lima belas menit untuk membaca. Silakan!"

Para siswa kini memadati dinding mading untuk melihat pembagian kelompok mereka dengan berdesakan. Berbeda halnya dengan Ratu yang hanya berdiri agak jauh dari dinding mading.

Sebenarnya Ratu sudah melihatnya sedari tadi. Tanpa sengaja tadi ekor matanya menjumpai pembagian kelompok itu. Karena itulah ia tak perlu repot-repot untuk berdesakan seperti mengantre sembako.

"Hai!" sapa seorang lelaki yang tiba-tiba mencolek lengannya.

Ratu hanya membalasnya dengan senyuman tanpa mengucap sepatah kata. Ia hendak berbalik, tetapi lelaki itu justru mencegahnya.

"Lo Ratu, 'kan? Gue minta nomor lo boleh, dong!" Mendengar pertanyaan itu membuat Ratu bergidik.

SKSD alias Sok Kenal Sok Dekat! umpatnya dalam hati.

"Boleh. Kosong delapan lima ... sisanya Kakak cari sendiri, ya? Kakak udah gede pasti bisa mandiri, 'kan? Lagipula kata Papa, nomor termasuk privasi Ratu. Jadi, Ratu gak bisa kasih ke sembarang orang," sosor Ratu membuat cowok itu melongo. "Dan Kakak bukan orang penting di MOS ini. Jadi, kayaknya gak akan ada kepentingan sama Ratu, jadi gak berhak punya nomor Ratu."

Cowok itu tampak mengeluarkan kertas dan bolpoin dari saku celananya. Ia menuliskan sebuah nomor entah itu nomor apa dan Ratu tidak mempedulikannya. "Nih, gue kasih nomor gue. Nama gue Dylan Aqlan Zacky. Panggil aja Dylan atau mau panggil gue 'sayang' juga boleh banget."

Ratu meraih kertas kecil dan membaca rentetan nomor yang tertulis dengan pena hitam. Detik kemudian ia menyunggingkan senyumnya seraya menyobek kertas itu sambil melemparkannya ke wajah Dylan. "Makasih, Kak. Tapi maaf, Ratu gak butuh!"

Ratu pergi meninggalkan Dylan yang menatap punggung Ratu yang kian menjauh dari penglihatannya. Ia terkekeh kecil, ujung bibirnya terangkat. "Baru kali ini gue ditolak. Hmm ... makin tertarik gue walaupun dia gak good looking."

...🍬...

Lima belas menit telah berlalu. Nathalie kembali berdiri di depan panggung. "Ekhem ... cek ... cek! Oke, kita mulai kegiatan selanjutnya yaitu ... kalian wajib meminta tanda tangan semua panitia MOS. Bagaimanapun dan apa pun caranya harus dapat."

"Dan ini dilakukan secara berkelompok, kelompoknya sesuai yang ada di dinding mading. Kalian paham?" terangnya dan dibalas anggukan oleh para juniornya.

"Mulai!" sambungnya lagi.

Para siswa berhamburan menyebar meminta tanda tangan pada para panitia yang menyebar di penjuru sekolah. Kebetulan Ratu satu kelompok dengan Niara—sahabatnya sedari duduk di bangku kelas tujuh. Kelompok mereka terdiri dari empat orang, yakni Ratu, Niara, Meyla, dan Alisya.

"Gue gak nyangka satu sekolah lagi sama lo, Cha!" Niara selalu memanggil Ratu dengan sebutan itu karena bagi Niara nama tengah Ratu—'Mischa' sangat unik.

"Iya, Ratu juga gak nyangka. Senang banget rasanya. Hmm ... total panitianya itu ada sekitar enam puluh, bukan? Nah, berarti kita bagi aja. Dan biar cepat kita berpencar kah?" usul Ratu dan disetujui oleh ketiga kawannya.

"Oke! Gue sama Alisya ke sana dan lo sama Niara ke situ," putus Meyla.

Keempatnya berpencar sesuai arahan Meyla untuk mempersingkat waktu. Karena hanya diberi waktu setengah jam untuk mendapat semua tanda tangan senior.

"Ra, kita pisah aja, ya? Ratu mau ke sana, Niara coba ke situ, deh," tunjuk Ratu ke arah koridor kelas XII MIPA.

"Oke." Niara mengangguk setuju melenggang meninggalkan sahabat terbaiknya.

Entah mengapa Ratu lebih tertarik untuk ke taman belakang yang mana dirinya mendapat hukuman dari Raja pagi tadi.

Siapa tahu ada di sana, pikirnya.

Senyumnya terukir jelas di wajah polosnya. Dalam benaknya teringat lelaki berwajah datar mengobati luka di jari mungilnya yang tertusuk duri.

"Ternyata Kak Raja peduli banget, ya? Ratu kira Kak Raja cuma galak doang," gumamnya menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Kok Ratu jadi deg-degan, ya?"

Ia membuang pandangannya ke arah taman. Kedua matanya menyipit memastikan cowok yang duduk menyender di kursi taman membelakanginya dengan rokok yang menyala di sela jarinya.

Ia memberanikan diri mendekati cowok itu. Seingatnya merokok sudah dilarang tegas di sekolah itu. Bahkan baru diumumkan beberapa saat yang lalu. "Heh!"

"Apa kamu gak tahu kalau merokok di sekolah itu dilarang? Bahkan Kak Raja udah tegas kasih tahu peraturannya. Apa kamu tuli!?" tegurnya dengan omelan panjang darinya.

Cowok itu bangkit dari posisinya dan berbalik badan. Kedua bola mata Ratu membulat sempurna, kedua kalinya mundur beberapa langkah karena cowok di hadapannya.

"K-Kak Raja?" gugupnya.

Raja menghisap nikotin dalam rokok lalu mengembuskannya ke udara menciptakan kepulan asap yang menyesakkan paru-paru.

Dengan cepat Ratu menutup hidungnya dengan tangan mungilnya. "Matiin! Ratu laporin sama senior yang lain atau sama guru!"

Ratu berbalik arah hendak melaporkan kejadian yang baru saja ia lihat. Baru satu langkah meninggalkan posisinya tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik ikat rambut Ratu hingga rambutnya terurai bebas.

Raja melemparkan seputung rokok ke dalam tong sampah yang tidak jauh dari posisinya berdiri. Terpaksa Ratu menghentikan langkahnya dengan perasaan kesal. "Kembaliin kucir Ratu!"

Sudut bibir Raja terangkat terlihat seperti senyum jahil. Raja justru melemparkan ikat rambut milik Ratu ke sembarang arah yang ternyata menyangkut di batang pohon yang tinggi.

Melihat nasib kucirnya yang malang, Ratu berteriak pada Raja dengan suara yang memekikkan telinga. "Ambilin kucir Ratu yang nyangkut di sana! Ratu sayang sama kucir itu."

"Masih ada kucir satunya," tunjuk Raja ke lengan Ratu dengan sorot matanya. Memang Ratu membawa dua kucir, yang satu ia lingkarkan di lengan kirinya.

"Ih, tapi Ratu suka kucir yang itu, warnanya ungu." celetuk gadis itu seraya memainkan rambutnya dengan jari telunjuk.

Childish, batin Raja.

Raja meraih kertas di tangan kiri Ratu dan pena di saku baju Ratu. Ia nampak menulis sesuatu di sana. "Kak, kembaliin! Itu punya Ratu!"

Raja melipat kembali kertas itu sesuai lipatan semula dan menyerahkannya pada Ratu. Tak lupa ia mengembalikan pena ungu milik Ratu dengan melemparnya, beruntung Ratu cekatan menangkapnya.

Ketika Ratu tengah memerhatikan kertas itu, Raja meraih ikat rambut di tangan kiri milik Ratu yang berwarna abu-abu itu.

"Kak! Ngeselin banget, sih! Kembaliin bisa gak? Tadi udah nyangkutin atas pohon sekarang ke mana? Atas genteng gitu?" omel Ratu dengan wajah memerah karena sebal.

"Boleh juga." Raja mengangkat sudut bibirnya menimbulkan senyum jahil di sana.

Bola mata Ratu membulat sempurna mendengar jawaban Raja barusan. "Eh, jangan! Itu satu-satunya yang Ratu punya. Ratu mohon kembaliin, ya?"

"Gak." Raja terus mendekati Ratu membuat sang empu tegang. Raja terkekeh dalam hati melihat wajah tegang Ratu yang menurutnya sangat lucu.

"K-Kakak mau ngapain?" gugupnya.

"Jangan berontak gua gak suka pemberontakan atau bibir gua berulah." Raja meraih rambut Ratu tanpa menyentuh kulit Ratu sedikit pun. Raja hendak mengikatkan rambut Ratu dengan satu ikat rambut yang lebih rapi.

Posisi Raja seperti hendak memeluk Ratu. Raja juga meraih kacamata hitam yang bertengger manis di hidung Ratu. Ratu mulai protes lantaran merasa tak nyaman. "Kak? Kakak mau ngapain, sih? Aku ga—"

Cup!

Ekspresi Ratu ketika dirinya dicium oleh Raja.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩкυᷞzͧєᷠуᷧ уιℓ∂ιzι🥑⃟𐋂⃟ʦ林

🍾⃝ͩкυᷞzͧєᷠуᷧ уιℓ∂ιzι🥑⃟𐋂⃟ʦ林

Wah main sosor aja si Raka 😁

2025-01-04

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1. Hukuman
3 Part 2. UKS
4 Part 3. Merokok?
5 Part 4. Hukuman Pt 2
6 Part 5. Dylan dan Raja
7 Part 6. Benci Tangismu
8 Part 7. Satu Regu!?
9 Part 8. Tersesat
10 Part 9. Keluar Hutan
11 Part 10. Ruang UKS
12 Part 11. Keras Kepala
13 Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14 Part 13. Acara Puncak
15 Part 14. Acara Puncak II
16 Part 15. Menyebalkan
17 Part 16. Semakin Dibenci
18 Part 17. Tertidur
19 Part 18. Kebencian Papa
20 Part 19. Pacar?
21 Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22 Part 21. Iri Bilang Bos
23 Part 22. Papa dan Raja
24 Part 23. Tertidur di Bus
25 Part 24. Penyesalan Papa
26 Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27 Part 26. Rumah Baru
28 Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29 Part 28. Dihina Kembali
30 Part 29. Pulang Sekolah
31 Part 30. Kamu Demam
32 Part 31. Terpaksa Membolos
33 Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34 Part 33. Bercandakah?
35 Part 34. Kecoa
36 Part 35. Harapan Raja
37 Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38 Part 37. Pernikahan?
39 Part 38. Usir atau Lempar?
40 Part 39. Persaingan
41 Part 40. Gaun Pernikahan
42 Part 41. Nasib Serupa
43 Part 42. Mama Tiri
44 Part 43. Siapakah Dia?
45 Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46 Part 45. Tembakan
47 Part 46. Hari yang Buruk
48 Part 47. Kejamnya Takdir
49 Part 48. Tak Mengingatku?
50 Part 49. Mimpi Buruk
51 Part 50. Sarapan dengan Drama
52 Part 51. School Again
53 Part 52. Pesan Misterius
54 Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55 Part 54. Promise
56 Part 55. Sebuah Permohonan
57 Part 56. Niara Tahu
58 Part 57. Mereka Kembali
59 Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60 Part 59. Hati yang Terluka
61 Part 60. Kacaunya Jiwa
62 Part 61. Akhir Perjuangan
63 Part 62. Menatap Dunia Kembali
64 Part 63. Hukuman Setimpal
65 Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66 Part 65. Bersatu Kembali
67 Part 66. Papa Stefan
68 Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69 Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70 Part 69. Anak-Anak Manis
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Prolog
2
Part 1. Hukuman
3
Part 2. UKS
4
Part 3. Merokok?
5
Part 4. Hukuman Pt 2
6
Part 5. Dylan dan Raja
7
Part 6. Benci Tangismu
8
Part 7. Satu Regu!?
9
Part 8. Tersesat
10
Part 9. Keluar Hutan
11
Part 10. Ruang UKS
12
Part 11. Keras Kepala
13
Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14
Part 13. Acara Puncak
15
Part 14. Acara Puncak II
16
Part 15. Menyebalkan
17
Part 16. Semakin Dibenci
18
Part 17. Tertidur
19
Part 18. Kebencian Papa
20
Part 19. Pacar?
21
Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22
Part 21. Iri Bilang Bos
23
Part 22. Papa dan Raja
24
Part 23. Tertidur di Bus
25
Part 24. Penyesalan Papa
26
Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27
Part 26. Rumah Baru
28
Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29
Part 28. Dihina Kembali
30
Part 29. Pulang Sekolah
31
Part 30. Kamu Demam
32
Part 31. Terpaksa Membolos
33
Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34
Part 33. Bercandakah?
35
Part 34. Kecoa
36
Part 35. Harapan Raja
37
Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38
Part 37. Pernikahan?
39
Part 38. Usir atau Lempar?
40
Part 39. Persaingan
41
Part 40. Gaun Pernikahan
42
Part 41. Nasib Serupa
43
Part 42. Mama Tiri
44
Part 43. Siapakah Dia?
45
Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46
Part 45. Tembakan
47
Part 46. Hari yang Buruk
48
Part 47. Kejamnya Takdir
49
Part 48. Tak Mengingatku?
50
Part 49. Mimpi Buruk
51
Part 50. Sarapan dengan Drama
52
Part 51. School Again
53
Part 52. Pesan Misterius
54
Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55
Part 54. Promise
56
Part 55. Sebuah Permohonan
57
Part 56. Niara Tahu
58
Part 57. Mereka Kembali
59
Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60
Part 59. Hati yang Terluka
61
Part 60. Kacaunya Jiwa
62
Part 61. Akhir Perjuangan
63
Part 62. Menatap Dunia Kembali
64
Part 63. Hukuman Setimpal
65
Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66
Part 65. Bersatu Kembali
67
Part 66. Papa Stefan
68
Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69
Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70
Part 69. Anak-Anak Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!