Giska langsung mematikan seluruh lampu yang menyala di dalam rumah nya, lalu ia segera masuk ke kamar nya. Ia mengambil 2 celana jeans yang lumayan ketat di dalam lemarinya, dan ia langsung memakai ke dua celana jeans itu. Dengan gemetar ia merangkak naik ke kasur nya, ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Kenapa lampu nya di matikan semua, Gis?" teriak Bram dari dalam kamar nya. Karena kamar mereka bersebelahan, jadi suara Bram terdengar jelas.
"Aku lelah, aku mau istirahat." Jawab Giska datar. Ia tak perduli lagi dengan Bram, entah dia sudah minum obat atau belum, ia sudah tidak perduli.
"Bapak masih saja tidak mau berubah," gerutunya, "Kenapa aku yang mengalami seperti ini, bukankah seharusnya seorang Bapak yang melindungi anak nya, harus menjaga anak nya, tapi kenapa itu tidak terjadi padaku." Batin nya, air mata nya tak sengaja mengalir, hingga membasahi pipi nya.
Bukan hanya sekali Bram melakukan nya, dulu saat Giska masih berada di bangku SMP, setiap Bram ingin, ia selalu melakukan nya. Bukan Giska tak mau menolak atau melawan nya, semua itu sudah Giska lakukan, namun Bram selalu mengancam nya, hingga mau tak mau, Giska menuruti nya. Berbeda dengan sekarang, Giska sudah beranjak Dewasa, ia juga semakin mengerti, itu sebab nya ia selalu berjaga-jaga, hingga ia memilih untuk tak lagi tinggal di rumah.
Malam semakin larut, kedua mata Giska pun nampak sudah mengantuk, namun ia tak ingin memejamkan kedua matanya, bayang-bayang kejadian disaat ia tertidur beberapa tahun yang lalu kembali terlintas, di tambah lagi dengan kejadian tadi, ia semakin tak ingin memejamkan matanya, meski rasa kantuk tengah menerpa nya, sebisa mungkin ia berusaha agar tak tidur.
Sebenarnya Giska juga merasa tak nyaman, karena ia mengenakan 2 celana jeans sekaligus, ia berpikir, pasti akan aman jika seperti ini. Malam semakin larut, dingin nya angin malam yang masuk melalui celah-celah dinding dari anyaman bambu, membuat Giska sedikit kedinginan, tak bisa di pungkiri, kini kedua matanya semakin mengantuk, sekuat Giska berusaha untuk tak tidur, tanpa ia sadari ia malah tertidur.
***
Keesokan pagi nya, matahari nampak sudag berada di tempat peraduan nya, sinar nya menyusup masuk melalui celah-celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Suara burung terdengar berkiacauan di sekitar rumah nya, suara ayam berkokok pun juga terdengar nyaring.
Giska mengerjapkan kedua bola matanya, hingga ia membuka kedua matanya secara sempurna. Ia terkejut menyadari bahwa ia semalam tertidur, ia beranjak bangun dan duduk di tepi kasur nya, ia memeriksa seluruh pakaian nya, ada rasa lega di hati nya, ia melihat semua pakaian nya masih menempel secara utuh di tubuh nya.
Giska langsung meraih ponsel nya yang berada di samping bantal nya, ia segera mengirim pesan kepada Ari, untuk segera menjemputnya di depan Gang. Usai mengirim pesan, ia beranjak bangun dan segera berjalan ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh nya.
"Lho, Bapak kemana?" tanya nya dalam hati, pasalnya saat ia melewati kamar Bram, ia tak mendapati Bram di sana. Ia memutuskan mencari Bram terlebih dulu, dan ternyata Bram tengah duduk santai di belakang, sembari menghisap rokok nya.
"Sudah sehat?" tanya Giska, ia menghampiri Bram.
Bram mengangguk, "Sudah sedikit lebih baik." Jawab nya.
"Ohh, syukurlah. Pagi ini aku akan kembali bekerja." Ujar Giska, masih ada rasa marah di hati nya.
"Kenapa terburu-buru sekali, Gis?" Bram terlihat kecewa.
"Iya, hanya dapat libur 2 hari saja."
"Nanti sore saja berangkat nya, jangan sekarang!" pinta Bram.
"Tidak bisa, Pak. Harus pagi ini juga." Ujar Giska. Sebenarnya ia berangkat sore juga tidak apa-apa, namun ia memilih untuk berangkat pagi ini juga, ia tak ingin berlama-lama lagi berada di sini.
"Lho, itu Giska ya?" tanya tetangga yang sedang melewati rumah Giska, ia pun berjalan menghampiri Bram dan Giska.
"Iya, Bu." Jawab Giska tersenyum.
"Kapan kau datang, Gis?"
"2 hari yang lalu, Bu."
"Hmm, kau jarang sekali pulang ke rumah, Gis. Pasti uangmu sudah terkumpul banyak," Ujar Ibu itu.
"Kalau punya uang, perbaiki rumahmu, Gis. Biar sama seperti yang lain nya." Tutur Ibu itu.
"Iya, Bu." Jawab Giska, ia berusaha tersenyum.
"Terkumpul apa nya, aku bahkan sama sekali belum memiliki tabungan. Lagipula tidak perlu kau beritahu, kalau punya uang nanti aku memang ingin memperbaiki rumah." Batin Giska.
"Permisi, Bu. Saya mau mandi, dulu. Mau siap-siap berangkat kerja lagi." Pamit Giska, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi yang tak jauh dari sana.
"Lebih baik, aku cepat-cepat mandi, mumpung Bapak masih mengobrol dengan orang itu." Batin nya.
***
Setelah drama Giska pamit dengan Bram yang berujung Bram kecewa, kini Giska sudah berada di jalan bersama Ari, menuju tempat kerja Giska.
"Gis, kenapa mendadak berangkat pagi? bukankah kemarin kau bilang, sore baru berangkat?" tanya Ari.
Giska yang tengah melamun di belakang, ia tak menyadari jika Ari mengajaknya bicara. Pikiran nya hanya tertuju kepada Bram, ada rasa sesal di hati nya karena telah meninggalkan Bram yang masih belum terlalu sehat. Entah karena masih labil atau bagaimana, Giska selalu saja menyesal setelah mengambil keputusan, apalagi ini menyangkut Bram. Jika di awal ia yakin untuk pergi, namun saat sudah pergi, rasa sesal muncul di hati nya.
"Gis... Giska!"
"Ada apa dengan nya? sejak tadi ku panggil tidak menyaut." Gumam Ari. Karena Giska masih tak menyauti nya, ia memilih menghentikan motor nya di tepi jalan.
"Lho, kenapa berhenti di sini, Mas?" tanya Giska, ia baru menyadari saat motor Ari telah berhenti.
"Kau kenapa, Gis? sejak tadi ku panggil tak menyaut." Ucap Ari, kini ia berdiri di hadapan Giska.
"Maaf, Mas. Aku tidak dengar tadi," Ucap Giska.
"Bukan tidak dengar, Gis. Sepertinya kau melamun tadi."
"Tidak, Mas." Giska mengelak.
"Ya sudah, bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar, Gis. Lagipula bukankah kemarin kau bilang mau berangkat sore?" ucap Ari.
"Iya, sih. Tapi kita mau kemana?"
"Sudah, kau ikut saja. Aku tau tempat yang bagus." Tutur Ari, ia tersenyum senang.
"Ya sudah, tapi sebentar saja."
"Iya." Ari pun kembali melajukan motor nya dengan kecepatan sedang, ia sengaja agar dia bisa berlama-lama berdua dengan Giska.
Sekitar 20 menit perjalanan, kini mereka terlihat berhenti di depan sebuah ruko berlantai dua. Ari pun langsung mengajak Giska masuk ke dalam ruko itu, hingga mereka berhenti di salah satu ruangan, setelah tadi Ari memesan pada Mbak-Mbak yang bertugas di depan.
"Kenapa kita kemari, Mas?"
"Ya mau bernyanyi lah, Gis. Aku rasa kau sedang mencemaskan sesuatu, maka dari itu aku mengajak mu kemari, agar kau bisa melupakan masalah mu sejenak." Tutur Ari.
"Sekarang kau pilih, mau bernyanyi lagu apa? kau tinggal pilih saja, Gis." Ucap Ari, sesaat setelah mereka masuk ke dalam ruangan itu, dan duduk di sofa yang ada di sana.
"Aku malu, ih."
"Tidak perlu malu, hanya ada kita berdua di sini."
"Iya, tapi aku tidak terbiasa bernyanyi, Mas. Ya sudah Mas Ari saja yang bernyanyi!" seru Giska.
"Ya sudah." Ari pun mulai memilih lagu yang berada di layar di depan nya, lalu ia pun memutar lagu itu, dan Ari pun mulai bernyanyi.
Giska yang awalnya hanya duduk diam saja, ia jadi ikut terpancing mendengar Ari bernyanyi. Tanpa ia sadari ia juga ikut bernyanyi. Giska yang awalnya malu-malu, kini ia tak mengingat malu nya lagi, ia mulai terbawa suasana, hingga ia sedikit bisa melupakan beban pikiran nya.
Cinta... Apa kah itu cinta a a.
Bertanya... tanpa sengaja.
Cinta... Berkorban jiwa a a.
Indah harum bermakna.
Heee ee eee ee
Haaa aa a aa
Mmm mmm mm
Oh, itukah cinta?
Liriknya terusin sendiri ya, hehe.
Giska nampak bernyanyi lepas, raut wajahnya juga terlihat bahagia, hingga tanpa sadar ia sudah benyanyi beberapa lagu.
"Minum dulu, Gis." Ari memberikan jus yang tadi ia pesan.
"Terimakasih, Mas." Giska langsung meminum jus itu, karena kebetulan ia juga merasa kehausan setelah bernyanyi beberapa lagu tadi.
.
.
.
Bersambung...
Mohon dukungan nya ya, beri like, rate dan komen..
Terimakasih😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
lanjutt like
2021-01-04
1
Puan Harahap
sudah ku boom Thor he he
2020-10-21
1
zhafa
kereeeen 🥳🥳😂😂🥳😂
2020-10-15
1