Gaji Pertamaku

Giska mengambil kain sarung yang ia bawa dari rumah, ia merebahkan tubuhnya di kasur, lalu ia menarik kain sarung untuk menyelimuti sebagian tubuhnya.

"Disini kasurnya empuk, kamarnya juga lumayan luas, kamarnya juga sudah terpasang pintu. Andai saja kamarku di rumah ada pintunya, pasti aku akan selalu menguncinya ketika mau tidur, dan pasti kejadian itu tidak pernah terjadi." Giska meneteskan air mata nya. Terkadang ia masih tak percaya jika Bapak nya bisa berbuat hal keji terhadap nya.

Malam semakin larut, Giska masih berusaha memejamkan kedua matanya, hingga tak lama ia jatuh terlelap ke dalam mimpinya.

Srekkk, srekk, srekk.

Terdengar suara langkah kaki seseorang memasuki kamar Giska.

"Gis, menurutlah!"

"Aku akan memberikan apapun yang kau minta jika kau menurutiku. Kau hanya perlu diam dan menikmati semuanya." Ia meraba-raba seluruh tubuh Giska.

"Jangan, Pak. Jangan!!!"

"Aku ini anakmu! jangan lakukan ini! jangan!!"

Ceklek.

"Giska, kau kenapa, Gis?"

"Gis, ayo bangun, Gis." Atem menggoyang-goyangkan tubuh Giska.

"Huh, huh, huh." Napas Giska terengah-engah, ia pun membuka matanya, lalu ia beranjak duduk, ia memandang ada Bi Atem di depan nya.

"Kau kenapa, Gis? kau sampai berkeringat seperti ini." Ucap Atem, ia melihat Giska seperti ketakutan, bahkan wajahnya banyak mengeluarkan keringat dingin.

"Syukurlah, ini hanya mimpi, tapi kenapa mimpiku seperti nyata. Kenapa aku sulit melupakan kejadian itu." Batin Giska, seketika ia langsung memeluk Bi Atem.

"Bi, saya mimpi buruk tadi." Ucap Giska, kemudian ia melepaskan pelukan Bi Atem.

"Maaf, saya sudah lancang memeluk Bibi tanpa izin." Giska menunduk.

"Tidak apa-apa, Gis. Kemarilah!" Atem menarik Giska ke dalam dekapannya, ia mengelus punggung Giska.

"Kau mimpi apa, Gis?"

Giska mengeleng-gelengkan kepalanya, air matanya tumpah seketika, ia semakin mengeratkan pelukan nya.

"Sudah-sudah tidak apa-apa, menangislah. Tidak apa-apa jika kau tak mau cerita." Atem mengusap-usap punggung Giska, hingga Giska merasa tenang.

Giska merasa nyaman dipelukan Bi Atem, mungkin karena ia sudah lama tak memeluk seorang Ibu. Ya, Ibu nya sudah meninggal sejak Giska masih kelas 3 SD.

"Bi, terimakasih." Ucap Giska.

"Iya, sudah kau lanjutkan tidurmu lagi, nanti kita harus bangun pagi-pagi."

"Iya, Bi."

*****

Keesokan paginya, Giska nampak malas untuk bangun, rasanya ia benar-benar masih mengantuk, apalagi semalaman ia sulit tertidur gara-gara mimpi nya. Namun ia kembali tersadar jika saat ini ia tengah berada di rumah orang, dan dia kerja disini, seketika Giska langsung terbangun, ia berlari ke mandi untuk membasuh muka nya, lalu ia mulai mengerjakan pekerjaan nya.

Giska dan Bi Atem berbagi tugas untuk membersihkan rumah majikan nya. Setelah semuanya selesai, kini giliran Giska membersihakan tubuhnya sendiri (mandi).

Giska nampak cantik meski hanya mengenakan kaos polos dan celana pendek di bawah lutut. Ia mengikat rambut nya yang bergelombang, agar terlihat rapi. Kini ia hanya tinggal menunggu Nona kecil nya bangun.

"Anak-anak masih tidur, kau tunggulah mereka dikamar nya, Gis. Jadi saat Vellyn bangun, dia tak kesulitan mencarimu." Ucap Diana.

"Jaga anak ku dengan baik!" seru Johan (suami Diana).

Giska menganggukkan kepalanya, "Baik."

Kedua majikan nya pun langsung berangkat ke toko. Sementara Giska, ia langsung menuju kamar anak-anak majikan nya.

Setiap hari Johan dan Diana selalu sibuk bekerja di toko klontong milik mereka sendiri, berangkat pukul 8 pagi, dan nanti jam 5 sore mereka baru pulang. Jadi setiap hari anak-anak nya hanya di di rumah bersama neneknya, dan juga 2 Art nya (Giska dan Bi Atem).

˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚

Giska sudah berada di dalam kamar anak majikannya, ia menatap takjub pada kemewahan kamar ini, matanya berhenti berkedip. Ini kali kedua ia masuk ke ruangan ini, ya kemarin pertama kali ia masuk kesini, namun baru kali ini ia berani memandang seluruh isi ruangan ini.

"Mewah sekali kamar nya, ranjang nya besar, ada tv nya juga, ada Ac nya, lemari nya juga sungguh besar." Batin Giska merasa takjub. Ia pun langsung mendaratkan bokongnya di lantai sembari menunggu Nona-Nona kecil nya bangun.

"Mbak..." Vellyn memanggil dengan suara serak khas bangun tidur.

"Iya, Non." Giska mendekat ke arah ranjang.

"Susu." Ucap Vellyn yang masih memeluk gulingnya itu. Giska pun langsung membuatkan susu untuk Vellyn, lalu ia memberikan nya kepada Vellyn.

"Lucu sekali." Batin Giska, ia merasa gemas melihat Vellyn tengah mengenyot botol susu nya dengan mata yang masih terpejam, satu tangan nya juga memeluk guling kesayangan nya.

Siapapun pasti merasa gemas jika melihat Vellyn, gadis kecil cantik, kulitnya sungguh putih sekali, matanya sipit, siapapun pasti ingin mencium nya. Begitupun dengan Giska, ia juga ingin mencium Vellyn, namun ia tidak melakukan nya. Ya, majikan nya melarang kedua anak nya di cium oleh sembarang orang, apalagi Giska hanyalah seorang Art.

"Mbak, sudah selesai." Vellyn menyerahkan botol susu yang sudah kosong kepada Giska. Giska langsung menerimanya dan langsung mencuci nya. Usai mencuci botol nya, ia kembali menaruh ditempatnya.

"Ayo Non, mandi."

"Iya, Mbak." Vellyn mengangguk, ia beranjak turun dari ranjangnya.

"Mbak panggilnya Vellyn saja, tidak usah isi, Non!" pinta Vellyn dengan suara imutnya.

"Tapi, Non?"

"Harus mau!" paksa Vellyn.

"Iya, iya, Non eh Vellyn." Giska tersenyum.

.................................

"Sekarang Vellyn sudah cantik, sekarang waktunya Vellyn makan, ya," ucap Giska.

"Iya, Mbak."

"Gendong..." rengek Vellyn, Giska pun langsung menggendong nya menuju ruang makan.

Baru 2 hari Giska bekerja di sini, namun Vellyn sudah lengket sekali dengan nya. Giska merasa senang bisa menjaga gadia selucu Vellyn ini.

"Eh, anak cantik sudah bangun," sapa Nelly (Neneknya Vellyn).

"Iya, Bo (panggilan nenek)." Vellyn tersenyum manis.

"Bobo, sudah sarapan?" tanya Vellyn.

"Sudah, sekarang giliran Vellyn yang harus sarapan." Tutur Nelly sembari menjawil dagu Vellyn.

Giska pun menduduk kan Vellyn di kursi, lalu ia mengambilkan makanan nya. Dan ia juga menyuapi Vellyn.

"Duduk saja tidak apa-apa, Gis." Ucap Nelly yang melihat Giska menyuapi cucu nya sembari berdiri.

"Iya, Nyonya." Giska pun mendaratkan bokongnya di kursi dengan ragu-ragu.

Nelly sesekali mengajak Giska mengobrol, ia menanyakan alasan mengapa Giska sudah bekerja di usia muda. Di sela-sela mereka mengobrol, tiba-tiba terdengar ada yang memanggil Giska.

"Mbak... Mbak Giska..." Teriak Sephine dari kamar nya.

"Iya, Non, sebentar." Sahut Giska.

"Vellyn tunggu disini sebentar ya, Mbak mau ke kamar dulu, dipanggil Non Sephine." Ucap Giska. Vellyn pun mengangguk.

"Sebentar ya, Nyonya." Pamitnya pada Nelly, lalu ia bergegas menuju kamar majikan nya.

Ceklek..

"Iya, Non."

"Mbak kenapa aku ditinggal di kamar sendirian? Vellyn dimana?"

"Maaf Non, Non Sephine tadi masih tidur, jadi saya membawa Non Vellyn ke ruang makan, dia sedang sarapan saat ini." Ucap Giska.

"Hmm, ya sudah. Aku mau mandi, Mbak."

"Baiklah, tunggu sebentar, saya siapkan air nya dulu," Giska beranjak masuk ke dalam kamar mandi, ia menyiapkan segala keperluan mandi untuk Sephine.

"Sudah, Non. Silahkan."

Note : Nelly (70 tahun) adalah Ibunya Johan. Josephine (8 tahun) adalah anak pertama Johan dan Diana. Jovellyn (4 tahun) adalah anak kedua Johan dan Diana.

Giska pun kembali ke ruang makan.

"Aaakkk, Mbak." Vellyn membuka mulut nya. Giska pun menyuapi nya.

"Pintar sekali." Ucap Giska tersenyum, Vellyn pun ikut tersenyum.

"Vellyn di suapi Bobo tidak mau, maunya di suapi sama Mbak Giska katanya." Ucap Nelly. Giska tersenyum mendengarnya.

"Iya, Mbak Giska kan Mbak nya Vellyn, Bo." Ucap Vellyn dengan imutnya, uhh rasanya gemas ingin mencium pipinya, tapi itu tidak mungkin.

"Iya, iya." Nelly mencubit gemas pipi gembil cucu nya itu.

Tak lama, Sephine muncul, ia terlihat cantik memakai dress rumahan bergambar princes, rambutnya yang lurus tergerai indah, kulitnya putih bersih, tak ada goresan sedikitpun, Sephine benar-benar terlihat sempurna. Mungkim saat dewasa nanti, ia akan menjadi incaran para lelaki di luaran sana.

"Pagi, Bo." Sapa Sephine sembari mendudukkan bokong nya di kursi.

"Pagi, kau baru bangun?" Sephine mengangguk.

"Cici, Vellyn tidak di sapa!" protes Vellyn.

"Pagi, Vellyn. Nah sudah itu!"

"Pagi, Cici..." Vellyn tersenyum senang.

Nelly dan Giska pun tersenyum melihat tingkah Vellyn.

"Mau Mbak ambilkan sarapan nya, Non?" tawar Giska.

"Tidak, Mbak. Sephine ambil sendiri saja."

"Nah iya, Sephine harus belajar mandiri." Timpal Nelly.

"Iya, Bo." Sahut Sephine.

*******

Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah 1 bulan Giska bekerja di sini, kini rutinitas nya bertambah lagi, setiap hari Giska harus menunggu Vellyn di sekolah nya, karena Vellyn masih TK A (TK kecil). Kebetulan juga sekolah nya terletak tepat di sebrang rumah majikan nya. Jadi ia hanya tinggal menyebrang jalan saja. Ya, baru 2 minggu yang lalu Sephine dan Vellyn kembali masuk ke sekolah.

Selama Giska menunggu Vellyn di sekolahnya, ia jadi mendapa teman baru, Mbak-mbak yang juga bekerja seperti dirinya. Mereka disana juga sama-sama sedang menunggu anak majikan nya sekolah.

Malam hari nya.

"Gis, ini gajimu."

"Apa kau betah bekerja disini?" tanya Diana sembari memberikan amplop kepada Giska. Giska pum dengan senang menerima nya.

"Terimakasih, Ce. Saya betah, Ce." Ucap Giska mengulas senyuman di bibirnya.

"Baguslah jika kau betah, nanti jika kerjamu semakin bagus, aku akan menaikkan gajimu."

"Iya, Ce. Terimakasih."

"Baiklah, sekarang kau istirahatlah!" titah Diana.

"Baik, Ce." Giska pun pamit untuk pergi ke kamar nya.

"Ahhh, senang nya aku, ini adalah gaji pertama ku," Giska menciumi amplop yang di pegang nya itu. Raut wajahnya nampak bahagia sekali.

"Bi Atem, hari ini saya sudah menerima gaji." Giska tersenyum senang menunjukkan amplop nya kepada Atem.

Atem tersenyum, ia juga turut senang melihat Giska bahagia. "Selamat ya, Gis."

"Gaji pertama mu, akan kau buat apa?" tanya Atem.

"Saya ingin membelikan Bapak ponsel, Bi. Supaya saya bisa tetap berkomunikasi dengan Bapak." Ucap Giska.

"Baiklah, kau juga belilah baju untukmu sendiri, Gis. Setiap hari kau harus mengantar sekolah, kau juga pasti kumpul dengan teman-teman mu, jadi biar bajumu tidak itu-itu saja." Tutur Atem.

"Iya, Bi. Nanti kalau ada sisa nya."

"Iya, ya sudah kau istirahatlah!"

"Iya, Bi. Bibi juga istirahat ya, selamat malam, Bi." Ucap Giska, lalu ia beranjak menuju kamar nya sendiri.

"Eh, aku belum tau gaji ku berapa, aku buka ah..." Giska membuka amplop nya, ia melihat uangnya berjumlah 450 ribu.

"Akhirnya aku bisa mendapatkan uang sendiri, aku harus semangat bekerja, supaya aku bisa mengumpulkan uang banyak." Giska nampak bahagia sekali, ini pertama kalinya ia memegang uang sebanyak ini, dan ini juga hasil jerih payah nya sendiri.

Giska merebahkan tubuhnya ke kasur, ia mengguling-guling kan badan nya kesana kemari sembari memainkan ponsel ditangan nya. Setiap malam, ia selalu menyempatkan untuk bertukar pesan dengan kedua sahabat nya, namun malam ini, mereka bertiga terhubung melalui panggilan yang di gabungkan.

"Gis, aku merindukanmu." Ucap Dini.

"Aku juga, Gis." Timpal Rissa.

"Aku juga merindukan kalian, guys."

"Kita bertiga sama-sama saling merindukan." Sahut ketiganya berbarengan, mereka pun tertawa.

"Oh iya, bagaimana dengan sekolah kalian?" tanya Giska, nada suaranya terdengar sendu, jauh di dalam hati nya ia merasa sedih karena tak bisa melanjutkan sekolah nya.

"Menyebalkan, Gis. Apalagi saat MOS." Sahut Dini, suaranya terdengar kesal.

"Sama, Gis. disini juga menyebalkan, tapi disini murid laki-laki nya, tampan semua guys." Sahut Rissa.

"Ah, dasar Rissa, masih saja belum berubah, kalau urusan laki-laki tampan saja nomor 1." Sahut Giska. Dini hanya tertawa menanggapi ucapan kedua sahabat nya itu.

Mereka bertiga pun lanjut mengobrol hingga tak terasa malam sudah semakin larut, tanpa di sadari jika Giska sudah tertidur lebih dulu sebelum panggilan mereka berakhir.

"Din, sepertinya Giska sudah tertidur, kita panggil-panggil tidak menyaut." Ucap Rissa.

"Iya, Riss. Sudah biarkan saja, kasihan dia pasti kelelahan karena sudah bekerja seharian."

"Lebih baik kita juga tidur, Riss. Besok kan kita harus sekolah, lagipula bukankah di Bali sudah malam sekali ya ini, kan jam nya beda 1 jam dari sini." Ucap Dini.

"Iya, Din. Ya sudah kalau begitu, selamat malam buat kalian berdua, selamat istirahat, bye..."

"Iya, selamat malam dan selamat istirahat. Bye..." Mereka pun mengakhiri panggilan nya.

********

Keesokan paginya, Giska dan Bi Atem nampak melakukan tugasnya masing-masing. Setelah semua selesai, seperti biasa giliran mereka yang membersihkan tubuhnya masing-masing.

Kini Giska nampak sedang membantu Vellyn untuk bersiap ke sekolah. Ia mengepang rambut Vellyn, lalu ia menambahkan jepit-jepit lucu di sana, hingga membuat Vellyn nampak terlihat semakin cantik dan juga lucu.

"Sudah selesai, aduh... Vellyn kau sangat cantik sekali..." Giska rasanya gemas ingin mencubit pipi Vellyn, namun ia menahan nya.

"Terimakasih, Mbak."

"Kalau Vellyn cantik, pasti Felix semakin suka dengan Vellyn." Ucap nya dengan suara genit nya.

"Heii, masih kecil tidak boleh suka-suka an, Vellyn..." Tutur Giska, ia tak mengerti mengapa anak usia 4 tahun sudah genit seperti ini. Sementara Vellyn, ia hanya tersenyum.

"Ayo berangkat!"

Sephine dan Vellyn selalu berangkat bersama Papa nya, meskipun sekolah mereka ada di sebrang rumahnya, namun Johan selalu mengantar jemput mereka menggunakam motor. Sementara Giska, ia hanya tinggal berjalan kaki, lalu menyebrangi jalan saja.

Jika anak-anak sudah masuk ke kelas nya, para Mbak-Mbak menunggu di ruang tunggu yang memang sudah di sediakan di area sekolah, seperti saat ini, Giska sedang duduk-duduk bersama para teman baru nya.

"Gis, sini bagi nomor ponselmu." Ucap Irma.

"Oh iya, kau belum punya nomorku ya, mana sini ponsel mu!" Irma memberikan ponsel nya, lalu Giska menuliskan nomornya disana.

"Eh, eh ,masa ya, tadi Lukman meminta nomorku." Ucap Nuri dengan hebohnya.

"Lukman siapa, Nur?" tanya Giska.

"Itu lho, Gis. Supir nya Ce Yin yin." Timpal Irma. Sementara Nuri mengangguk-anggukkan kepalanya.

Disini memang selain ada Mbak-Mbak, para supir pun juga ikut menunggu majikan nya, namun biasanya mereka menunggu di dalam mobil nya masing-masing, terkadang mereka juga menunggu di pos satpam.

"Astaga, memangnya yang mana sih orang nya? bukankah disini supir nya sudah tua semua ya?" sahut Giska.

"Masih muda dia, Gis. Ya, kira-kira umur nya 25 tahun an lah." Ucap Nuri sembari senyum-senyum sendiri.

Giska hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat teman nya itu. Sebenarnya kedua teman nya ini umurnya sudah diatasnya Giska, dan Giska sempat memanggilnya dengan Mbak, namum mereka berdua meminta Giska langsung memanggil nama saja.

Drttt, drttt, drttt.

"Ponsel siapa yang getar-getar itu?" tanya Irma.

"Ponselku, Ir." Giska melihat nama majikan nya di sana.

"Bos ku, aku angkat dulu sebentar." Giska pun langsung menjawab panggilan dari Bos nya.

"Hallo, iya Ce." Sapa Giska.

"Gis, kau datanglah ke toko sekarang, Vellyn masih lama kan pulangnya, kau naiklah sepeda yang ada di rumah!" pinta Diana.

"Baik, Ce."

Panggilan berakhir.

"Aku titip Vellyn sebentar ya, siapa tau nanti dia keluar. Aku di suruh ke toko soalnya." Ucap Giska kepada kedua teman nya.

"Iya, Gis. kau tenang saja."

"Baiklah, terimakasih, aku pergi dulu."

........................

"Gis, sebelum kau membawa belanjaan ini pulang, tolong belikan sosis kalengan di toko itu!" Diana menunjuk toko yang berada di sebrang tokonya.

"Baik, Ce."

Giska menyebrangi jalan dengan perlahan, sebenarnya ia takut, apalagi jalanan sangat ramai kendaraan yang melintas, namun ia harus memberanikan diri, karena ini sudah perintah dari majikan nya.

Giska menuju ke toko yang ditunjuk oleh majikan nya tadi, ia berjalan melewati pangkalan ojek, karena kebetulan toko itu ada di sebelah pangkalan ojek. Banyak laki-laki yang berkumpul disana, ada yang tua, ada juga yang masih muda, tapi sepertinya banyak yang tua-tua.

"Aduh..."

.

.

Bersambung...

Haii.. mohon dukungannya ya, beri like dan komen... Terimakasih😘😘😘

Terpopuler

Comments

Dania

Dania

Semoga kamu sukses Giska

2021-10-30

0

Qiana

Qiana

Sekarang Giska sedang apa ya??

2021-10-30

0

BELVA

BELVA

ok bngt dah 😭😭😭

2021-02-02

0

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Aku ini anakmu!
3 Gaji Pertamaku
4 Siapa namamu?
5 Pengumuman
6 Apa aku akan di pecat?
7 Aduhh... Mati aku!
8 Bapak selalu saja seperti ini!
9 Aku tulus menyayangimu
10 Kenapa selalu seperti ini?
11 Oh, itukah cinta?
12 Dasar modus!
13 Kau lagi!
14 Masalah lagi
15 Jangan duduk di sana!
16 Berisik!
17 Menikahlah denganku!
18 Pria Nakal
19 Aku sudah tidak sabar
20 Apa syaratnya?
21 Visual cast.
22 Aku tidak setuju!
23 Hari Pernikahan
24 Istri Kecilku
25 Aku memberimu waktu, 2 hari
26 Dasar pelakor!
27 Sorry, salah orang.
28 Pengumuman
29 Sttt, diam dulu!
30 Aku benar-benar lelah.
31 Kau ini polos atau bodoh!
32 Aku berjanji.
33 Sorry
34 Penyakit Menular
35 Memanjakan Joni ku
36 Hanya Demi Uang
37 Hotel Aston
38 Aku minta maaf
39 Aku juga tidak segila itu!
40 Partner...
41 Lupakan kesepakatan itu!
42 Aku tidak bisa!
43 Aku akan mengurus semua nya
44 Kau mengusirku karena wanita ini?!
45 Jadi ? tunggu apa lagi ?
46 Beri aku waktu sebentar lagi
47 Akhir kisah dan menjadi awal perjalanan
48 Dia bukan istri simpanan!
49 Kau masih waras, kan?
50 Jangan pergi
51 Ini semua memang sudah resiko
52 Saat ini, aku memiliki 2 istri
53 Aku akan berusaha
54 Dia bukan sepertimu
55 Apa yang terjadi di sana?
56 Ada apa denganku ini?
57 Siapa saja yang melihat?
58 Jaga hatimu untukku
59 Sangat tidak masuk di akal
60 Bagaimana mungkin?
61 Sampai bertemu besok
62 Apa kau sangat merindukanku?
63 Apalagi yang kau ragukan?
64 Aku tidak akan menolak lagi
65 Ayo masuki aku
66 Tanya Google
67 Tidak semua seberuntung itu
68 Biarkan seperti ini saja
69 Kamar siapa ini?
70 Kau harus mulai mengenal mertuamu
71 Kau disini?
72 Aku takut
73 Sebenarnya...
74 Aku harap semua berjalan lancar
75 Aku bukan pedofilia
76 Tanpamu, aku juga bisa mendapat kepuasan #Tia
77 Jangan pernah tinggalkan aku
78 Bukan Up
79 Siapa yang melakukannya, Gis?
80 Apa aku salah?
81 Aku merindukanmu
82 Apa kau juga hamil?
83 Test kehamilan
84 Bagaimana hasilnya?
85 Tidak masalah, Sayang...
86 Harusnya aku...
87 Pengumuman
88 Periksa Ke Dokter Kandungan
89 6 Minggu
90 Takut Dibuang
91 Apa Kau Marah Padaku?
92 Sepertinya Dia Kesal Padaku
93 Merasa Tak Penting
94 Mungkin Aku Akan Menyusulmu
95 Menyusun Rencana
96 Apa Aku Sudah Salah?
97 Hati Nelangsa
98 Semakin Terluka
99 Ada Apa Denganmu, Giska?
100 Dipandang Sebelah Mata
101 Tolong Aku
102 Ini Kesalahanku
103 Akan Tinggal Bersama
104 Ibu Salah Paham
105 Bukan Waktu Yang Tepat
106 Bersiap Akan Pergi
107 Memutar Arah
108 Tidak Baik-Baik Saja
109 Bak Di Hukum
110 Kembali Ke Bali?
111 Mencari Keberadaan
112 Apakah Ini Nyata?
113 Bertemu Kembali
114 Sedikit Waktu
115 Satu Bulan Kemudian
116 Menjadi Aneh
117 Kembali Merasakan
118 Bukan Main-main
119 Membujuk
120 Jarang Memiliki Waktu
121 Rumah Sakit
122 Akan Menjadi Ibu
123 Hamil Dan Melahirkan
124 Kabar Mengejutkan
125 Kebahagiaan Lengkap
126 Kisah Giska Dan Bobby ( Tamat )
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Awal mula
2
Aku ini anakmu!
3
Gaji Pertamaku
4
Siapa namamu?
5
Pengumuman
6
Apa aku akan di pecat?
7
Aduhh... Mati aku!
8
Bapak selalu saja seperti ini!
9
Aku tulus menyayangimu
10
Kenapa selalu seperti ini?
11
Oh, itukah cinta?
12
Dasar modus!
13
Kau lagi!
14
Masalah lagi
15
Jangan duduk di sana!
16
Berisik!
17
Menikahlah denganku!
18
Pria Nakal
19
Aku sudah tidak sabar
20
Apa syaratnya?
21
Visual cast.
22
Aku tidak setuju!
23
Hari Pernikahan
24
Istri Kecilku
25
Aku memberimu waktu, 2 hari
26
Dasar pelakor!
27
Sorry, salah orang.
28
Pengumuman
29
Sttt, diam dulu!
30
Aku benar-benar lelah.
31
Kau ini polos atau bodoh!
32
Aku berjanji.
33
Sorry
34
Penyakit Menular
35
Memanjakan Joni ku
36
Hanya Demi Uang
37
Hotel Aston
38
Aku minta maaf
39
Aku juga tidak segila itu!
40
Partner...
41
Lupakan kesepakatan itu!
42
Aku tidak bisa!
43
Aku akan mengurus semua nya
44
Kau mengusirku karena wanita ini?!
45
Jadi ? tunggu apa lagi ?
46
Beri aku waktu sebentar lagi
47
Akhir kisah dan menjadi awal perjalanan
48
Dia bukan istri simpanan!
49
Kau masih waras, kan?
50
Jangan pergi
51
Ini semua memang sudah resiko
52
Saat ini, aku memiliki 2 istri
53
Aku akan berusaha
54
Dia bukan sepertimu
55
Apa yang terjadi di sana?
56
Ada apa denganku ini?
57
Siapa saja yang melihat?
58
Jaga hatimu untukku
59
Sangat tidak masuk di akal
60
Bagaimana mungkin?
61
Sampai bertemu besok
62
Apa kau sangat merindukanku?
63
Apalagi yang kau ragukan?
64
Aku tidak akan menolak lagi
65
Ayo masuki aku
66
Tanya Google
67
Tidak semua seberuntung itu
68
Biarkan seperti ini saja
69
Kamar siapa ini?
70
Kau harus mulai mengenal mertuamu
71
Kau disini?
72
Aku takut
73
Sebenarnya...
74
Aku harap semua berjalan lancar
75
Aku bukan pedofilia
76
Tanpamu, aku juga bisa mendapat kepuasan #Tia
77
Jangan pernah tinggalkan aku
78
Bukan Up
79
Siapa yang melakukannya, Gis?
80
Apa aku salah?
81
Aku merindukanmu
82
Apa kau juga hamil?
83
Test kehamilan
84
Bagaimana hasilnya?
85
Tidak masalah, Sayang...
86
Harusnya aku...
87
Pengumuman
88
Periksa Ke Dokter Kandungan
89
6 Minggu
90
Takut Dibuang
91
Apa Kau Marah Padaku?
92
Sepertinya Dia Kesal Padaku
93
Merasa Tak Penting
94
Mungkin Aku Akan Menyusulmu
95
Menyusun Rencana
96
Apa Aku Sudah Salah?
97
Hati Nelangsa
98
Semakin Terluka
99
Ada Apa Denganmu, Giska?
100
Dipandang Sebelah Mata
101
Tolong Aku
102
Ini Kesalahanku
103
Akan Tinggal Bersama
104
Ibu Salah Paham
105
Bukan Waktu Yang Tepat
106
Bersiap Akan Pergi
107
Memutar Arah
108
Tidak Baik-Baik Saja
109
Bak Di Hukum
110
Kembali Ke Bali?
111
Mencari Keberadaan
112
Apakah Ini Nyata?
113
Bertemu Kembali
114
Sedikit Waktu
115
Satu Bulan Kemudian
116
Menjadi Aneh
117
Kembali Merasakan
118
Bukan Main-main
119
Membujuk
120
Jarang Memiliki Waktu
121
Rumah Sakit
122
Akan Menjadi Ibu
123
Hamil Dan Melahirkan
124
Kabar Mengejutkan
125
Kebahagiaan Lengkap
126
Kisah Giska Dan Bobby ( Tamat )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!