EPISODE 8 : MAKAN SIANG

"Daniah!' panggil seseorang di belakang, Daniah memutar badannya menyahuti panggilan itu. Seorang laki-laki berpenampilan formal dengan kemeja putih berdasi dan balzer serta celana berwarna navy itu berhenti tepat di hadapan Daniah sambil memberikan senyuman.

"Kakaknya Ehsan." sebut Daniah. Ia masih ingat dengan laki-laki di hadapannya ini. Laki-laki yang bertemu dengannya di ruangan Arrazi.

"Dhafir, itu nama saya." ujar Dhafir memperkenalkan namanya.

"Oh , iya. Mas Dhafir." ucap Daniah dengan lirih.

"Lagi sibuk?"

"Ya emang selalu sibuk sih, Mas. Hehehe."

"Wah, jadi ganggu nih." ujar Dhafir merasa tidakenak.

"Nggak kok, tenang aja. Kebetulan baru banget selesai wawancara pasien. Oya, Ehsan gimana keadaannya Mas?" tanya Daniah teringat Ehsan yang didiagnosa sakit DBD. Namun setelah itu Daniah tidak ikut andil dalam menangani Ehsan. karena ia bertugas di bangsal lain.

Dhafir memasuki tangan di saku celananya. Menambah kesan cool di penampilannya. Melihat hal itu, Daniah justru malah teringat Atha, Abangnya yang selalu bersikap sok cool kala berbicara dengan orang lain.Gayanya persis seperti laki-laki di depannya.

"Trombositnya masih belum stabil. Mesti harus di rawat beberapa hari ke depan. Samapi trombositnya normal."

"Semoga kembali normal trombositnya, biar Ehsan cepat sembuh."

"Amin. Di jengukin Ehsan nya kasih hadiah. Di jamin deh langsung sembuh dia." canda Dhafir.

Daniah terkekeh mendengarnya. Ia pun memang berniat akan menjenguk Ehsan dan memberinya hadiah sesuai dengan janjinya saat itu.

"Oya Nia, saya mau nepatin janji nih. Nia bisa kapan?" tanya Dhafir memangil nama Daniah dengan sebutan 'NIA' seolah-olah ia sudah akrab dengan daniah.

"Janji?"

"Traktir makan, Nia."

"Ohhh itu......"

"Siang ini, bisa Nia?"

Daniah tidak langsung menjawab, ia melihat jam tangannya terlebih dahulu.

"20 menit lagi waktu istirahat, Mas." jawab Daniah setelah melihat jam. Dhafir mengangguk paham.

"Ya udah, saya tunggu di lobi ya."

"Iya. Terimakasih sebelumnya."

"Santai Nia." balas Dhafir. Lalu mereka berpisah dan akan kembali bertemu 20 menit lagi.

***

Dhafir : Zi, gue mau maksi sama Nia.

**Arrazi** : Nia siapa?

Alis Arrazi ikut menukik saat membalas chat dari Dhafir.

**Dhafir** : Daniah, anak koas itu.

Arrazi berdecak melihat jawaban Dhafir. Bocah satu ini memang paling bisa modusin anak orang. Sok akrab lagi, memanggil Daniah dengan sebutan 'NIA'.

**Arrazi** : lo mau modusin dia?

**Dhafir** : Su'udzon lo!

**Arrazi** : Dah kecium sih baunya.

**Dhafir** : Lo anjing?"

**Arrazi** : WTF!

**Dhafir** : Bisa nyium bau dari jarak jauh :P

**Arrazi** : O

**Dhafir** : Mau ikut nggak?

**Arrazi** :G

**Dhafir** : Dih baper! Dah ikut aja sini. Gue yang traktir.

**Arrazi** : Ogah. Gue nggak mau ganggu lo yang bakal beraksi jadi buaya darat. Lancar-lancar ya Bu!

**Dhafir** : asdfgkjbdjsck

***

Daniah dan Dhafir sudah berada di warung nasi padang dekat RS atas permintaan Daniah. Karena waktu istirahat makan siang hanya sedikit, juga nasi padang adalah makanan kesukaan Daniah, Dhafir mengiyakan saja. Padahal Dhafir niatnya akan mengajak Daniah makan siang di restoran langganannya yang lumayan berkelas.

"Gimana nge-koasnya Nia, seru nggak?" tanya Dhafir memulai obrolan setelah mereka memesan makan.

"Ya, kalo di bilang seru sih, seru. Dapat banyak ilmu, pengalaman, kenalan."

"And then....." tanya Dhafir merasa kalimat yang dikatakan Daniah belum selesai sampai di situ.

"Capek hati, capek pikiran, capek badan." kekeh Daniah.

"Terimakasih." ucap Daniah saat pramusaji datang membawa pesanan. Setelah menghidangkan makanan, kemudian pramusaji itu pergi.

Daniah langsung menyantap nasi padang yang begitu menggugah seleranya. Menggunakan tangan yang sudah ia cuci di air kobokan yang disediakan bersama hidangan yang di bawa oleh pramusaji itu.

"Capek banget hidup kamu, Nia!" kekeh Dhafir.

"Ya begitulah. Apalagi ngadepin Dokter galak. Makin capek saya Mas." ceplos Daniah.

Sepertinya ia mulai nyaman ngobrol dengan Dhafir, padahal ini kedua kalinya ia bertemu dan berbicara dengan Dhafir. Dan Dhafir juga terlihat asik diajak mengobrol.

"Dokter galak? Siapa?" tanya Dhafir pura-pura tidak tahu. Padahal Dhafir tau luar dalam Dokter galak yang di maksud Daniah.

"Dokter galak....eh, saya kasih tau. Tapi ini rahasia kita berdua aja ya Mas, ya meskipun bukan rahasia umum lagi di kalangan kami, kalau Dokter Arrazi itu galaknya nauzubillah. Apalagi sama saya. Ih.....dia tuh kayak punya dendam kesumat, Mas." ucap Daniah mengungkapkan isi hatinya.

Dhafir terkekeh mendengarnya. Kemudian ia menautkan alisnya. Serasa ada yang mengganjal.

"Panggilnya pake aku kamu aja bisa nggak Nia?" Lo gue juga boleh. Kayaknya kalo saya-sayaan kayak lagi ngomong sama dosen sih!" komentar Dhafir. Dania terkekeh.

"Oke, aku kamu aja ya, Mas. Kalo lo gue terkesan kurang sopan. Apalagi usia Mas Dhafir kayak lebih........" Daniah memandang wajah Dhafir. Wajah Dhafir termasuk yang good looking dan terlihat masih muda juga. Namun Daniah tahu kalau usianya Dhafir pasti diatas dirinya.

"Tua?" ucap Dhafir langsung menyebutkan kelanjutan kalimat yang di gantungkan Daniah. Lagi-lagi Daniah terkekeh.

"Nggak usah baper Mas. Aku juga punya beberapa teman laki-laki yang usianya diatas aku kok. Punya Abang juga. Kayaknya Abang aku seusia sama Mas Dhafir deh."

"Oya?"

"Hmmm. Apa Mas Dhafir juga mau di ganti aja panggilannya jadi Bang Dhafir?" ujar Daniah menawarkan.

"Boleh, Dek!" ucap Dhafir sambil mengangguk.

Mendengar itu, Daniah langsung tersedak nasi yang sedang di kunyahnya. Dhafir langsung memberikan minum kepada Daniah.

"Dih, geli." ucap Daniah setelah minum air dan tenggorokannya terasa lega. Dhafir terkekeh.

Beneran memang geli dan agak mengganjal di telinga Daniah saat Dhafir memanggilnya dengan sebutan 'DEK'. Risih Daniah mendengarnya. Pernah Atha memanggilnya dengan sebutan 'DEK', Daniah langsung menampar bibir Atha, karena tidak suka.

Makanya semenjak itu, Atha tidak pernah mau memanggilnya dengan sebutan 'DEK'. Cari aman dengan sang Adik. Dan kali ini Dhafir memanggilnya dengan seutan 'DEK'. Apakah Daniah mesti menampar bibir Dhafir juga?

"Panggil Nia aja. Itu udah cukup akrab kok." ujar Daniah memberi opsi yang tidak bisa di ganggu gugat.

"Oke, Nia."

"Siiip." Daniah mengacungkan jempolnya yang kini sudah ternoda oleh bumbu nasi padang.

"Di makan itu nasinya. Jangan di cuekin, ntar dia ngambek." celetuk Daniah sambil menunjuk ke arah sepiring nasi Padang milik Dhafir yang masih utuh, belum di makannya sama sekali.

Dhafir terkekeh mendengar celetukan Daniah dengan mulut yang penuh berisi nasi.

"Asik juga ngobrol sama si Nia." gumam Dhafir dalam hati. Lalu ia makan nasi padang miliknya.

"Nia, nanti kalo ada yang galakin kamu atau yang bikin kesal, kasih tau Abang ya. Biar Abang hadepin langsung orangnya." ujar Dhafir sambil mengunyah nasi padang.

Daniah menahan tawa mendengarnya.

"Jadi beneran nih, mau di panggil Abang aja?" tanya Daniah menekan kata 'ABANG' dalam pertanyaannya.

Dhafir mengangguk.

"Iya, keknya Abang lebih enak di denger daripada Mas. Kalo di panggil Mas berasa lagi di panggil sama istri. Ya nggak sih?" celetuk Dhafir. Lagi-lagi Daniah dibuat tersedak oleh kalimat yang di ucapkan Dhafir.

Hatinya terasa langsung mencelos, bisa Daniah rasakan, jantungnya tiba-tiba berdegup tidak wajar.

"Canda Nia." kekeh Dhafir sambil menuangkan air ke gelas Daniah dan memberikannya, Daniah langsung menerima dan meneguk airnya sampai habis.

"*Ni orang ngebaperin, malah bilangnya bercanda, mau gue sleding apa otaknya?" gerutu Daniah dalam hati*.

"Tapi kalo tawarannya serius Nia. Ya anggap aja Abang Dhafir ini backingan-nya Nia di RS. Jadi kalo ada apa-apa di sana, cerita aja ya Nia." ujar Dhafir.

"Iya Bang. Jangan lupa nanti ajak Ironmam atau Hulk juga boleh, soalnya orang yang mau di hadepin galaknya melebihi Thanos yang lagi ngambek."

Dhafir tertawa lepas mendengar celotehan Daniah.

***

Setelah makan siang, Dhafir mengajak Daniah berjalan di minimarket samping rumah makan Pdang. Ia membeli 2 batang coklat dan softdrink. Daniah tidak ikut masuk kedalam, ia menunggu di luar dan duduk di bangku yang telah di sediakan, karena ia tidak membeli apapun.

Daniah merasa tidak ada yang mau di belinya. Ia pun sudah kenyang.

"Nia, titip ini buat Arrazi ya." ujar Dhafir memberikan 2 batang coklat saat mereka sudah berada di depan RS.

Dhafir memberikan 2 batang coklat kepada Daniah.

"Buat Arrazi? Oh, Dokter Arrazi maksudnya?" gumam Daniah dalam hati.

"Satu lagi buat kamu." lanjut Dhafir.

"O.....oh iya." jawab Daniah dengan senang. Lalu mengambil kedua coklat itu dari tangan Dhafir.

"Makasih, Bang."

"Sama-sama Nia. Thanks juga udah luangin waktunya. Next time, bisalah kita ngobrol lagi ya, Nia."

"Iya, Bang."

"Aku duluan ya Nia, ada urusan mendadak di kantor. Jangan lupa kasih ke Arrazi ya coklatnya." ujar Dhafir mengingatkan kembali. Daniah mengangguk.

Lalu Dhafir pergi dengan terburu-buru. Daniah memperhatikan langkah Dhafir yang semakin menjauh, lalu menghilang dari pandangan saat Dhafir belok kiri.

"*Bang Dhafir ngasih coklat buat Dokter Arrazi? Kok bisa ya? Hubungan mereka itu apa sih? Kok ya kayak....Astaghfirullah Nia! Nggak boleh Su'udzon. Kali aja emang sekedar ngasih aja sebagai teman atau Dokter dari Adiknya. Udah jangan pikir yang aneh-aneh." gumam Daniah dalam hati. Lalu ia berbalik dan melanjutkan langkah menuju ke ruangan Arrazi*.

"Maaf Dokter, saya kesini mau antar titipin Bang Dhafir." ucap Daniah menyimpan sebatang coklat di atas meja, saat dirinya sudah berada di dalam ruangan Arrazi dan berhadapan dengan Arrazi.

"*Bang Dhafir?" gumam Arrazi dalam hati. Lalu ia tersenyum tipis. Sepertinya Dhafir sudah berhasil menaklukkan mangsanya*.

Daniah mengerutkan kening melihat ada senyuman di bibir Arrazi, saat ia menyimpan coklat di mejanya. Sebenarnya senyuman Arrazi itu begitu manis dan menambah ketampanan di wajahnya.

Daniah pernah mendengar, ada salah satu perawat memuji ketampanan Arrazi. Katanya wajah Arrazi seperti blasteran Nirwana dan dunia. Berlebihan emang! Namun berbeda dengan Daniah kesa pertama yang Daniah dapatkan dari wajah Arrazi dalah dingin bin judes.

Dan saat ini, ia malah merinding. Karena pertama kalinya Daniah melihat Arrazi tersenyum, meskipun tipis. Karena sebelumnya wajah Arrazi datar-datar saja. Lempeng malah. Sampai Daniah mengira kalau Arrazi mengalami paralis nervus fasialis atau kelumpuhan saraf wajah yang menyebabkan penderitaannya berwajah tanpa ekspresi.

Tapi ini kenapa tiba-tiba senyum saat mendapatkan coklat dari Dhafir?

"Ada yang lain?" tanya Arrazi. Mata Daniah membulat.

"*Ada yang lain? Emang dia ngarep di kasih apa lagi sama Bang Dhafir? batin Daniah*.

"I.....itu aja, Dokter." jawab Daniah dengan gugup.

"Oke."

"Saya permisi Dokter." ucap Daniah. Arrazi mengangguk pelan.

Daniah keluar dari ruangan Arrazi.

"*Sebenarnya mereka ada hubungan apa sih?" Tumben-tumbenan Dokter Arrazi bisa senyum begitu dapat coklat dari Bang Dhafir. Tapi sumpah deh, Dokter Arrazi makin ganteng kalo senyum gitu. Tapi kenapa mesti begini? Ah, timing-nya nggak tepat! Gue jadi mikir kemana-mana. Ya semoga aja mereka normal sih. Bukan jeruk makan jeruk. Ihhhh merinding gue!" Daniah membatin sambil melangkah menuju bangsal, karena ia akan melakukan pengecekan kepada para pasien*.

TING!

Suara notifikasi berasal dari HP yang saat ini sedang di gengggam Daniah. Ia segera membuka kunci HP dengan menggunakan sidik jarinya, ada chat dari Eliza.

**Eliza** : Nia.

**Daniah** : Nape?

**Eliza** : Lagi dimana?

**Daniah** : RS lah

**Eliza** : Lo sakit?

Pertanyaan Eliza membuat senyuman lear di bibir Daniah. Anak itu kalau randomnya lagi kumat, pasti ada sesuatu yang sedang dialaminya dan ia melampiaskan kepada Daniah untuk mencari pengalihan.

Kebetulan Daniah pun lagi ingin mencari pengalihan dari memikirkan hubungan antara Dhafir dan Arrazi yang aneh menurutnya.

**Daniah** : Lo sarap?

Balas Daniah untuk menanggapi kerandoman Eliza.

**Eliza** : Dih.

**Daniah** : Dah dih dah dih. Nggak usah ngaco El, nanyaknya. Dah tau gue kerjaanya di RS!

**Eliza** : Kok ngambek? Kan gue perhatian sama bestie yang paling gue sayangi, gue cintai <3.

**Daniah** : Geli Eliza! Lo kenapa dah? Sehat? Kalo sakit sini gue suntik pake virus corona :\>

**Eliza** : Kebal gue sama tu virus! Dia yang malah takut sama gue.

**Daniah** : Ngakak.

**Daniah** : Lo nganggur?

Tanya Daniah, karena tidak biasanya Eliza membalas dengan cepat chat di waktu kerja.

**Eliza** : Nggak, sejak kapan gue jualan anggur.

Chat dari Eliza semakin random. Meskipun Daniah lebih sabar di banding Eliza. Tapi kalau terus-terusan di pancing, kesabaran Daniah akan luntur juga.

**Daniah** : El, lama-lama gue jual otak lo ya. Masih kosong kayaknya.

**Eliza** : Barengan aja Nia. Kan lo juga kosong :D

**Daniah** : Ni orang kalo di suntik mati, halal kali ya?

**Eliza** : Emang lo bisa hidup tanpa gue?

Daniah terkekeh membaca chat itu.

**Daniah** : Gue nggak bisa hidup tanpa bernafas, Elizong.

Setelah membalas chat itu, Eliza tidak lagi online, chatnya hanya centang dua, belum berubah menjadi warna biru. Sepertinya Eliza kembali waras dari kerandomannya.

Episodes
1 EPISODE 1 : BANDARA
2 EPISODE 2 : ARRAZONG
3 EPISODE 3 : MALAIKAT KECIL
4 EPISODE 4 : KOAS - KAOS
5 EPISODE 5 : FLEBOTOMI
6 EPISODE 6 : SALING GIBAH
7 EPISODE 7 : RUMAH CINTA HARAPAN
8 EPISODE 8 : MAKAN SIANG
9 EPISODE 9 : GOSIP
10 EPISODE 10 : KELUARGA DANIAH
11 EPISODE 11 : TRAUMA
12 EPISODE 12 : OMPONG
13 EPISODE 13 : DONGKOL
14 EPISODE 14 : OMG!!
15 EPISODE 15 : DASAR EDUN!!
16 EPISODE 16 : PEREMPUAN MATRE
17 EPISODE 17 : PERNIKAHAN
18 EPISODE 18 : ULET KEKET
19 EPISODE 19 : APARTEMEN
20 EPISODE 20 : PERKARA KOPI
21 EPISODE 21 : SIANIDA
22 EPISODE 22 : RANDOM
23 EPISODE 23 : MENGGEMASKAN
24 EPISODE 24 : ENTOK
25 EPISODE 25 : KEMARAHAN ARRAZI
26 EPISODE 26 : LUKA
27 EPISODE 27 : PERLAKUAN MANIS
28 EPISODE 28 : DASTER
29 EPISODE 29 : KECEWA
30 EPISODE 30 : PEREMPUAN MASA LALU PAPI
31 EPISODE 31 : SUPPORT SYSTEM
32 EPISODE 32 : KABAR
33 EPISODE 33 : GOMBALAN SANG CEO
34 EPISODE 34 : DI MADU?
35 EPISODE 35 : PDKT
36 EPISODE 36 : SAYA SANGAT MENCINTAIMU
37 EPISODE 37 : SENYUMAN MANIS BIKIN SALTING
38 EPISODE 38 : CEMBURU?
39 EPISODE 39 : RACUN CINTA
40 EPISODE 40 : AKU KANGEN KAMU
41 EPISODE 41 : JANDA MENGGODA
42 EPISODE 42 : SI BOCAH PENYELAMAT
43 EPISODE 43 : TERIMAKASIH TELAH KEMBALI, MALAIKAT KECILKU
44 EPISODE 44 : MENGOBATI LUKA
45 EPISODE 45 : PEREMPUAN YANG DI SELINGKUHI
46 EPISODE 46 : BOSEN
47 EPISODE 47 : TERANCAM MERINDU
48 EPISODE 48 : AKHIRNYA....
49 EPISODE 49 : NGIDAM
50 EPISODE 50 : SALAH PAHAM
51 EPISODE 51 : NASIHAT DAN SARAN
52 EPISODE 52 : POSITIF
53 EPISODE 53 : ADA APA DENGAN ELIZA?
54 EPISODE 54 : TERNYATA ADIK KAKAK
55 EPISODE 55 : KESEDIHAN ELIZA
56 EPISODE 56 : RUMAH KITA
57 EPISODE 57 : BU RARA KABUR
58 EPISODE 58 : SURGA YANG TELAH KEMBALI
59 EPISODE 59 : TENTANG ELIZA DAN MAMINYA
60 EPISODE 60 : DIA ADIKKU
61 EPISODE 61 : KELAKUAN DHAFIR
62 EPISODE 62 : UDAH SAH, KITA
63 EPISODE 63 : HUBBY
64 EPISODE 64 : RESEPSI PERNIKAHAN DHAFIR & ELIZA
65 EPISODE 65 : BUMIL NGAMBEK
66 EPISODE 66 : SUPERFETASI
67 EPISODE 67 : PEREMPUAN SPEK UKHTI
68 EPISODE 68 : BEE
69 EPISODE 69 : BUNNY HAT
70 EPISODE 70 : CEMBURUNYA SEORANG ISTRI
71 EPISODE 71 : DUA PROSES PERSALINAN
72 EPISODE 72 : LAKI-LAKI YANG DI UJI
73 EPISODE 73 : PERMINTAAN DALAM MIMPI
74 EPISODE 74 : PUTRA PUTRI ARDA
75 EPISODE 75 : LUAPAN RINDU
76 EPISODE 76 : KELAKUAN SI KEMBAR
77 EPISODE 77 : HAPPY ENDING
Episodes

Updated 77 Episodes

1
EPISODE 1 : BANDARA
2
EPISODE 2 : ARRAZONG
3
EPISODE 3 : MALAIKAT KECIL
4
EPISODE 4 : KOAS - KAOS
5
EPISODE 5 : FLEBOTOMI
6
EPISODE 6 : SALING GIBAH
7
EPISODE 7 : RUMAH CINTA HARAPAN
8
EPISODE 8 : MAKAN SIANG
9
EPISODE 9 : GOSIP
10
EPISODE 10 : KELUARGA DANIAH
11
EPISODE 11 : TRAUMA
12
EPISODE 12 : OMPONG
13
EPISODE 13 : DONGKOL
14
EPISODE 14 : OMG!!
15
EPISODE 15 : DASAR EDUN!!
16
EPISODE 16 : PEREMPUAN MATRE
17
EPISODE 17 : PERNIKAHAN
18
EPISODE 18 : ULET KEKET
19
EPISODE 19 : APARTEMEN
20
EPISODE 20 : PERKARA KOPI
21
EPISODE 21 : SIANIDA
22
EPISODE 22 : RANDOM
23
EPISODE 23 : MENGGEMASKAN
24
EPISODE 24 : ENTOK
25
EPISODE 25 : KEMARAHAN ARRAZI
26
EPISODE 26 : LUKA
27
EPISODE 27 : PERLAKUAN MANIS
28
EPISODE 28 : DASTER
29
EPISODE 29 : KECEWA
30
EPISODE 30 : PEREMPUAN MASA LALU PAPI
31
EPISODE 31 : SUPPORT SYSTEM
32
EPISODE 32 : KABAR
33
EPISODE 33 : GOMBALAN SANG CEO
34
EPISODE 34 : DI MADU?
35
EPISODE 35 : PDKT
36
EPISODE 36 : SAYA SANGAT MENCINTAIMU
37
EPISODE 37 : SENYUMAN MANIS BIKIN SALTING
38
EPISODE 38 : CEMBURU?
39
EPISODE 39 : RACUN CINTA
40
EPISODE 40 : AKU KANGEN KAMU
41
EPISODE 41 : JANDA MENGGODA
42
EPISODE 42 : SI BOCAH PENYELAMAT
43
EPISODE 43 : TERIMAKASIH TELAH KEMBALI, MALAIKAT KECILKU
44
EPISODE 44 : MENGOBATI LUKA
45
EPISODE 45 : PEREMPUAN YANG DI SELINGKUHI
46
EPISODE 46 : BOSEN
47
EPISODE 47 : TERANCAM MERINDU
48
EPISODE 48 : AKHIRNYA....
49
EPISODE 49 : NGIDAM
50
EPISODE 50 : SALAH PAHAM
51
EPISODE 51 : NASIHAT DAN SARAN
52
EPISODE 52 : POSITIF
53
EPISODE 53 : ADA APA DENGAN ELIZA?
54
EPISODE 54 : TERNYATA ADIK KAKAK
55
EPISODE 55 : KESEDIHAN ELIZA
56
EPISODE 56 : RUMAH KITA
57
EPISODE 57 : BU RARA KABUR
58
EPISODE 58 : SURGA YANG TELAH KEMBALI
59
EPISODE 59 : TENTANG ELIZA DAN MAMINYA
60
EPISODE 60 : DIA ADIKKU
61
EPISODE 61 : KELAKUAN DHAFIR
62
EPISODE 62 : UDAH SAH, KITA
63
EPISODE 63 : HUBBY
64
EPISODE 64 : RESEPSI PERNIKAHAN DHAFIR & ELIZA
65
EPISODE 65 : BUMIL NGAMBEK
66
EPISODE 66 : SUPERFETASI
67
EPISODE 67 : PEREMPUAN SPEK UKHTI
68
EPISODE 68 : BEE
69
EPISODE 69 : BUNNY HAT
70
EPISODE 70 : CEMBURUNYA SEORANG ISTRI
71
EPISODE 71 : DUA PROSES PERSALINAN
72
EPISODE 72 : LAKI-LAKI YANG DI UJI
73
EPISODE 73 : PERMINTAAN DALAM MIMPI
74
EPISODE 74 : PUTRA PUTRI ARDA
75
EPISODE 75 : LUAPAN RINDU
76
EPISODE 76 : KELAKUAN SI KEMBAR
77
EPISODE 77 : HAPPY ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!