Di tengah jalan raya di sebuah kota, orang-orang ramai melihat kecelakaan tragis. Seorang wanita korban tabrak lari yang sedang tergeletak bersimbah darah, dan tepat disebelahnya seorang wanita yang berwajah sama dengannya, menangis tersedu-sedu sambil memegang tangan wanita itu. "Ma.. maafkan aku, hanya ini yang bisa ku lakukan untukmu adikku. Hiduplah dengan baik dan ingatlah kakak selalu menyayangimu, Cintaa...."
Cinta kembali bermimpi tentang kecelakaan empat tahun yang lalu. Mimpi itu selalu membayanginya, seolah-olah ada yang ia lewatkan dari kejadian itu. Semakin lama mimpi itu semakin jelas, sebelumnya rupa yang terlihat samar dan kata-kata yang tidak lengkap membuatnya ragu untuk mengingatnya kembali.
Setelah Cinta terbangun, ia sadar air mata telah membasahi pipinya. " Kakak… maafkan Cinta."
Ia bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk termenung, tanpa sadar Tina yang dari tadi tertidur di sebelahnya pun ikut terbangun.
"Kakak sudah sadar...." Sambil mengucek-ngucek matanya. "Kenapa Kakak menangis? Apa ada yang sakit?"
Cinta menggelengkan kepalanya. "Maaf sudah merepotkanmu, pergilah tidur."
Dengan tangannya, Tina mengusap air mata Cinta. "Baiklah Kak, tapi Kakak jangan nangis lagi. Tina jadi ikut sedih kalau Kakak nangis."
Cinta sedikit mengangguk kepala dan meminta Tina untuk kembali ke kamarnya, lalu ia yang patuh beranjak pergi meninggalkannya. "Terima kasih, Tina. Kau akan selalu menjadi keluarga bagiku," gumam Cinta.
Di pagi hari yang cerah mereka bersiap untuk membuat serapan bersama.
Sebelum Cinta menjadi seorang artis mereka berdua sudah tinggal bersama, sudah hampir 5 tahun Tina menemani Cinta. Hubungan mereka sudah seperti saudara kandung.
Cukup lama Cinta memandangi Tina, "Tina mungkin tau, jika aku menanyakan tentang kakak."
"Tina… Apa kau tau tentang kakakku?" tanya Cinta.
"Kakaknya Kakak?"
"Iya, semalam aku memimpikannya. Selain saat kecelakaan, tidak ada ingatan lain tentang kakak. Siapa namanya? Dimana dia tinggal? Aku sama sekali tidak ingat."
"Hmm… itu...."
Belum selesai Tina menjawab, suara bel pintu berbunyi berulangkali. "Tin nong...tin nong."
"Berisik!" saut Cinta dengan kesal.
Cinta segera membukakan pintu dan ternyata Rangga dan Randi datang sambil memegang kantung plastik.
"Aku datang membawa belanjaan untuk serapan," saut Rangga sambil menyodorkan kantung plastiknya.
"Aku datang membawa buah. Buah ini bagus untuk menjaga kesehatan," saut Randi yang juga menyodorkan plastiknya.
"Oh terima kasih." Ia segera mengambil pemberian mereka dan menutup pintunya kembali.
Mereka berdua saling bertatapan melihat tingkah Cinta. "Kali ini apa salah kita?" pikir mereka.
Tidak lama kemudian Cinta kembali membukakan pintunya. "Kalian tidak mau masuk?"
"Mau," jawab mereka bersamaan.
"Kalian berdua tidak akan bertengkar lagi kan?"
"Tentu saja tidak, kami sudah berteman," jawab Randi sambil merangkul bahu Rangga.
Sedangkan Rangga menjawab dengan senyuman. Cinta pun akhirnya memutuskan membiarkan mereka masuk.
"Singkirkan tangan kotormu dariku," bisik Rangga sambil melepaskan rangkulannya.
"Lihat saja nanti, aku akan membalasmu," ancamnya dalam hati.
Mereka semua akhirnya serapan bersama. Selama makan, Cinta hanya diam tanpa suara, suasana hatinya yang buruk bisa dirasakan setiap orang yang ada di sekitarnya.
"Aku sudah kenyang, aku mau istirahat sebentar. Tina temani mereka."
"Iya kak," saut Tina.
Cinta kembali ke dalam kamarnya. Berbaring di atas kasur dan menutupi kedua matanya dengan lengannya. Pikirannya di penuhi dengan banyak hal.
"Ada apa denganku? Emosiku tidak bisa ditahan, aku tidak ingin terlihat menyedihkan di depan mereka."
"Banyak hal yang telah terjadi selama seminggu ini. Aku tidak ingin melibatkan yang lain. Mereka juga punya kehidupan mereka masing-masing."
Tring sebuah pesan dari Rangga masuk, "Aku tau kau butuh waktu sendiri, tapi jangan membebankan semuanya pada dirimu. Jika di perlukan, aku siap meminjamkan bahuku sebagai sandaran."
Tring pesan kedua Rangga masuk, "Menunjukan kelemahanmu di depan orang lain, bukanlah suatu hal yang buruk. Menceritakan masalahmu juga bisa meringankan sedikit beban dalam hati."
Tring pesan ke tiganya masuk, "Menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif merupakan cara yang paling ampuh untuk melupakan kesedihan."
Cinta membaca pesan dari Rangga, isi pesan tersebut sangat bermakna baginya. Setalah beberapa saat, Cinta membulatkan tekatnya dan keluar dari kamarnya.
Suasana yang tadinya ramai sudah terasa hening, sosok yang ingin ia temui sudah pergi dari rumahnya. Hatinya merasa sedikit kecewa, karena Rangga pergi tanpa pamit terlebih dahulu.
Melihat Cinta berdiri mematung seorang diri, Tina datang menghampirinya. "Kakak sedang apa?"
"Dimana mereka?"
"Oh mereka sudah pergi. Katanya ada pekerjaan yang harus dilakukan."
"Jadi begitu…." Berjalan kembali ke dalam kamarnya.
"Kasian Kakak… Apa tidak ada yang bisa kulakukan untuknya ya?"
Cinta menyadari suasana semakin terasa sunyi ketika ia seorang diri. Berdiri di dekat jendela, melihat sosok dirinya yang terpantul dari kaca.
"Kenapa aku merasa, tidak akan ada orang di sekitar ku yang tau tentang kakak. Bahkan di dalam diariku tidak ada tentangnya."
"Apa mungkin sampai umurku yang ke 15, aku tidak tau kalau aku punya seorang kakak?"
"Catatan terakhir diariku, hanya sampai umurku yang ke 15. Inti masalah ini, bisa di pecahkan jika ingatanku saat kecelakaan itu kembali."
"Tapi sudah hampir lima tahun, yang bisa kuingat, hanya saat kakak seperti itu. Berapa tahun lagi aku harus menunggu untuk bisa mengingatnya."
Ia mendesah. "Hanya waktu yang bisa menjawabnya...."
Cinta memandang hpnya cukup lama dan teringat tiga pesan Rangga sebelumnya. Akhirnya ia memutuskan untuk memberanikan diri mengambil inisiatif terlebih dahulu.
"Malam ini… bisakah luangkan waktumu sebentar? Aku akan menunggumu." Begitulah isi pesan yang dikirimkan Cinta pada Rangga.
Malam pun tiba waktu sudah hampir pukul 10 malam. Cinta duduk di sebuah ayunan di belakang rumah, sambil melihat hpnya. Tidak ada balasan dari pesan yang ia kirimkan pada Rangga.
"Apa dia sibuk ya? Apa tidak seharusnya bagiku mengirim pesan itu padanya?"
Ia pun memandang ke arah langit malam yang berbintang. "Sudahlah… langit malam ini dipenuhi dengan bintang-bintang seakan menunggu untuk dilihat."
"Apa yang terjadi pada kakak setelah kecelakaan itu? Aku ingin tau, kenapa kakak melindungiku waktu itu."
Dari belakang Cinta, seseorang menyelimutinya secara perlahan. Ia kira sosok pria yang ia tunggu akhirnya datang, tapi ternyata Tinalah yang datang menghampirinya.
"Kakak ini sudah malam, cuaca agak dingin, tidak baik untuk kesehatan. Bagaimana kalau Kakak menunggu di dalam saja?"
"Kau benar, kenapa aku harus menunggunya. Sebelumnya aku tidak pernah menunggu siapapun untuk datang. Ini salahku sudah berharap pada sesuatu yang tidak pasti," ungkapnya sambil beranjak masuk.
"Bu-bukan itu maksud Tina Kak."
Sesampainya di dalam rumah, Cinta mencoba menanyakan tentang kakaknya sekali lagi pada Tina, untuk memastikan benar atau tidak prasangkanya.
"Tina apa kau tau tentang kakakku?"
"Itu yang Kakak ingin tau dari Tina tadi pagi. Sebenarnya Tina juga tidak tau tentang itu, selama 5 tahun ini Kakak tidak pernah membahas tentangnya. Apa Kakak mengingat sesuatu?"
"Sudah kuduga tidak ada yang tau tentang kakak," gumam Cinta.
"Kenapa Kak?"
"Ah bukan apa-apa. Apa kau ingat apa yang terjadi 4 tahun yang lalu?"
"Tina tidak tau maksud Kakak, tapi selama beberapa bulan, Kakak tidak pulang. Saat pulang Kakak sudah tidak mengingat apapun."
"Oh waktu itu… kalau dipikir-pikir itu memang sedikit aneh. Pemilik toko tempat ku bekerja, memberikan alamat kos kita. Dia juga yang sudah menolong waktu itu."
"Pemilik toko?"
"Iya. Lain kali kalau kita ke sana, tidak ada salahnya berkunjung sekaligus bertanya, sekarang aku mau istirahat dulu."
🌺🌺
Halo sobat salam dari Aki Chan 😃
ini adalah novel perdanaku, Aki harap para pembaca memberi kritik, dan saran yang membangun untuk karya ini.
Jika berkenan silahkan di vote.💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
zhafa
like
2020-09-19
0
Eri San
pemberi harapan palsu 😫
2020-09-18
0
🍃🥀Fatymah🥀🍃
like 👍🏻👍🏻👍🏻
salam dari MAYLEA SI GADIS MASA DEPAN...
2020-09-08
0