Berbalut cahaya lampu yang gemerlap, di tengah suasana hening seorang pria dan wanita berdiri saling berhadapan. Pria itu meraih tangannya, dengan suara yang lembut ia berkata, "Aku ingin kau selalu ada di sampingku, menemaniku di kala senang, sedih, dan sakit hingga aku tua nanti. Maukah kau menjadi istriku?"
Wanita itu menitikan air mata sambil tersenyum. "Maaf aku tidak bisa, aku sudah menganggapmu sebagai Kakakku."
"Kumohon terimalah aku, kita ini hanya saudara tiri. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai Adiku, aku selalu menganggapmu sebagai Wanitaku." Sambil memaksa memeluknya.
Wanita itu melepaskan pelukannya lalu menampar pria itu dengan kuat hingga terdengar suara baaakk….
"Cutt …," teriak Sutradara.
"Wah … akting kak Cinta benar-benar bagus, lebih bagus dari naskah aslinya," saut salah satu kru.
"Sudah menamparku dibilang bagus. Pipi tampanku jadi bengkak, ni!" tegas Willi.
Seorang pria datang menghampirinya sambil memberikan sebuah kantung pengompres es. "Sabar Bang, yang penting cita-cita Abang jadi artis terkenal bakalan terwujud."
Sambil memandangi mereka dari jauh. "Lihat tu dia sama manegernya cekikikan, mereka sengaja dari awal mau menamparku. Dasar rubah bersaudara!" kesalnya.
"Kalau Abang sudah jadi artis terkenal, perbuatan mereka tadi, bisa kita balas berkali-kali lipat, Bang."
"Mereka pikir gue bakalan diam aja diperlakukan seperti ini! awas aja mereka nanti, orang kampung kayak mereka tu, gak cocok ada di kota!" ungkapnya.
Di lain sisi
"Hahaha lihat gak tadi ekspresi marahnya, hampir aja gak bisa nahan tawa waktuku gampar dia," ungkap Cinta.
"Bu.. bukannya kakak tadi terlalu berlebihan," sahut Tina.
"Pria playboy sepertinya memang cocok digituin, Tin. Kamu tu terlalu baik, jadi cewek tu, kalau ada pria brengsek deketin ya kita harus bisa jaga diri."
Teringat kejadian kemarin, ketika Willi nembak Tina di lokasi syuting dengan alasan sedang latihan akting. Tina hanya bisa diam dan menahan rasa malunya.
"Bukan gitu kak, Tina yakin setiap perbuatan pasti ada balasannya."
"Hmm kamu tu ya bisa aja ngelesnya, sudah la yang tadi anggap aja sebagai ganjaran untuknya. Apa jadwal kita selanjutnya?"
"Hari ini sudah selesai, besok CEO perusahaan fashion meminta Kakak untuk datang."
"CEO?" tanyanya.
"Benar, CEO yang memeluk Kakak saat pertama kali kalian bertemu," bisik Tina.
"Ooh pria brengsek itu! Aku belum membalasnya kemarin, lihat aja nanti akan kubalas dia."
"Dari tampangnya, sepertinya dia bukan pria brengsek Kak," jawab Tina.
"Eh… kenapa kau membelanya, apa jangan-jangan kau suka pria hidung belang seperti dia. Hah Tina-Tina." Sambil beranjak pergi meninggalkannya.
"Bu-bukan begitu. Tunggu aku, Kak!" teriak Tina
~
Dipinggir jalan di sebuah kota kecil, seorang wanita korban tabrak lari, bersimpah darah sambil memegang tangan wanita yang berada di sampingnya, ia berkata dengan suara lirih, "Ma-maafkan aku, hanya ini yang bisa ku lakukan untukmu A-dik-ku."
"Tidakk ...!" teriaknya.
Terbangun dari mimpi buruk dengan air mata membasahi pipinya. "Mimpi, ternyata hanya mimpi."
Semenjak Cinta mulai bekerja sebagai model di sebuah perusahaan besar di bidang fashion, ia mulai merasa sering bermimpi buruk, tanpa ia sadari mimpinya itu bukanlah mimpi biasa.
Kebiasaan Cinta saat terbangun dari mimpi buruknya, ia membaca dan membolak balik buku diarinya. "Hari ini ulang tahunku yang ke 12, tapi ibu tidak pernah membelikanku hadiah apapun, sebenarnya aku hanya ingin ibu datang di hari kelulusanku nanti."
"Aku tidak tau kenapa ibu tidak pernah menyayangiku, yang ibu pedulikan hanyalah uang. Apa aku hanya beban di mata ibu? Yang ku inginkan hanya satu, yaitu kasih sayang seorang ibu."
"Aku menyayangi ibu, tapi ibu tidak pernah menyayangiku. Sebenarnya untuk apa aku ada?" Sambil membaca ia pun merasa mengantuk dan akhirnya tertidur dengan lelap.
"Bangun… bangun Kak Cinta, kita terlambat!" teriak Tina.
"Nyam… nyam." Masih terlelap.
"Malinggg…," teriak Tina sekuat-kuatnya.
"Ha mana malingnya?" Ia pun langsung terbangun sambil mengangkat tangan, bersiap untuk memukul.
"Hahaha dasar Kak Cinta, bisa aja pagi-pagi buat Tina tertawa."
"Is kamu sih suka iseng."
"Iya maaf-maaf, ayo cepat Kak satu jam lagi kita pergi."
"Kamu aja yang pergi!" tegasnya lalu kembali tidur.
"Kakak… rumornya pak Rangga itu di siplin waktu. Emang Kakak mau nanti terlambat lalu tiba-tiba dipeluk lagi sama pak-"
"Iya iya, kamu tu ya dari tadi."
Cinta terdiam sejenak sambil membayangkan sosok pria itu. "Oh jadi namanya Rangga, tapi kalau diingat-ingat wajahnya tampan juga," pikir Cinta.
"Eh wajah kak Cinta memerah, apa Kakak sedang demam?" Sambil meraih dahi Cinta.
"Bukan, cuacanya mulai panas. "Sambil mengipasi wajah dengan tangan lalu beranjak pergi karena malu.
"Apa AC di kamar kak Cinta rusak ya, memang agak sedikit panas sih," gumam Tina.
Menaiki lift menuju lantai 30, terlihat Cinta, Tina dan seorang pegawai kantor yang sedang mengantar mereka menuju ke ruangan Rangga. Cinta dan Tina saling berbisik satu sama lain. "Kak, ibu Kakak menanyakan kabar Kakak." Sambil melihat hpnya.
"Transfer 20 juta padanya sekarang juga."
"Sekarang? Tapi kemarin baru saja…."
"Sudahlah kirimkan saja."
"Baiklah Kak."
Pintu lift pun terbuka. "Ahem... Mbak Cinta silahkan lewat sini," kata pegawai itu.
Dengan sedikit anggukan mereka pun mulai berjalan. "Kak, sepertinya dia mendengar percakapan kita."
"Sst sudahlah jangan berisik lagi!"
Di sebuah ruangan yang luas, terdapat meja, kursi tamu dan sebuah meja khusus yang tidak terlalu jauh. Di atas meja tersebut terlihat sebuah papan nama yang bertuliskan CEO Rangga Prasetya.
"Silahkan tunggu di sini, pak Rangga sebentar lagi akan sampai, saya permisi dulu." Pegawai itu pun pergi meninggalkan mereka.
Sambil duduk, Tina melihat-lihat sekelilingnya. "Wah... Kak, ruangan ini sangat besar untuk satu orang."
"Namanya juga ruangan pemilik perusahaan. Ruangan ini mencerminkan seberapa bagusnya perusahaan mereka," ungkap Cinta.
"Ohh begitu rupanya," saut Tina. Tring suara pesan masuk. "Pesan dari ibu Kakak." Sambil memberikan hpnya.
Cinta melihat isi pesan itu, "Ibu sayang kamu, terima kasih," tulisnya.
Setelah melihat isi pesan itu, ia terdiam dan tenggelam dalam pikirannya sendiri, "Ibu tidak pernah berubah, hanya menganggapku sebagi mesin pencari uang. Apa sesulit itu untuk bisa tulus menyayangi putrinya sendiri?"
Melihat Cinta termenung, Tina merasa gelisah. "Apa Kakak baik-baik saja?"
"Tak apa, aku sudah terbiasa dengan itu," ungkapnya.
"Ibu Kak Cinta keterlaluan!"
"Sudahlah dari dulu ibu memang seperti itu. Jadi, tolong jangan di bahas lagi. Kita lagi di luar gak enak kalau ada yang dengar."
"Baiklah Kak, maafkan Tina," sautnya.
Cinta melihat wajah Tina yang tulus mengkhawatirkan dirinya. "Maaf Tina, kakak hanya tidak ingin membahas wanita itu denganmu. Kakak tidak ingin kau merasakan apa yang Kakak rasakan," pikirnya.
Hal yang paling di inginkan seorang anak, hanyalah kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya.
🌺🌺
Halo sobat salam dari Aki Chan 😃
ini adalah novel perdanaku, Aki harap para pembaca memberi kritik, dan saran yang membangun untuk karya ini.
Jika berkenan silahkan di vote.💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
awesome ❤️❤️❤️
ijin promo thor 🙏
jgn lupa baca novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍭🍭🍭
kisah cinta beda agama,
jgn lupa tinggalkan jejak dg like and comment ya 🙏😁
2020-10-30
0
Puan Harahap
lanjut
2020-10-26
0
Boru Tanjung
like lagi
2020-10-15
0